Misi Didier Deschamps Kembalikan Kejayaan Les Bleus
A
A
A
NICE - Misi Didier Deschamps membangunkan Prancis dari tidur panjang terus bergulir. Juru taktik berusia 49 tahun tersebut bertugas mengembalikan kejayaan Les Bleus di level tertinggi.
Tahun ini bertepatan dengan 20 tahun kesuksesan Prancis saat menjuarai Piala Dunia 1998 di kandang sendiri. Ketika itu, Deschamps menjadi salah satu pemain yang berkontribusi besar atas kesuksesan timnya. Permainan lugas tanpa kompromi di lini tengah membuat Deschamps begitu disegani pada masanya.
Kini, dia berpeluang menorehkan prestasi yang sama sebagai pelatih. Pengalaman ketika aktif bermain tentu menjadi modal berharga. Maklum, sejak terakhir kali juara 1998, prestasi Prancis terbilang tidak terlalu menonjol. Dari empat keikutsertaan terakhir, pencapaian terbaik mereka adalah runner-up (2006).
Prancis terhenti di perempat final (2014) dan penyisihan grup (2002, 2010). Karena itu, Deschamps enggan terbebani. Dia mengatakan fokus utamanya adalah mempersiapkan timnya dengan sebaik mungkin. “Saya mengetahui bagaimana rasanya gagal di Piala Dunia. Tapi, kami punya ambisi.
Kami adalah kompetitor. Kami harus menjaga diri untuk tetap rendah hati,” kata Deschamps, dilansir sport24 . Ujian kian berat lantaran Prancis tergabung di Grup C bersama tim-tim tangguh lainnya seperti Australia, Peru, dan Denmark. Kendati difavoritkan, Deschamps enggan jemawa.
Dia menilai sepak bola tidak bisa diprediksi dan setiap tim memiliki peluang yang sama untuk lolos ke babak 16 besar. “Piala Dunia 2002 dan 2010 merupakan pelajaran berharga. Kami tidak pernah melupakannya. Orang boleh saja mengatakan kami lebih unggul.
Tapi, saat ini sepak bola sudah mencapai level tertinggi. Anda harus me nunjukkan rasa hormat Anda dan mengerahkan se lu ruh kemampuan serta mengalahkan setiap lawan,” tandasnya. Harapan Deschamps melihat potensi terbaik timnya didukung skuad yang ada.
Saat ini Prancis dihuni pemain-pemain berkualitas di semua lini, sebut saja Paul Pogba, Kylian Mbappe, hingga Antoine Griezmann. Ketiganya digadang-gadang mampu mengangkat permainan Les Bleus. Pogba, misalnya, kerap dirotasi di Manchester United (MU). Namun, permainan terbaiknya justru keluar ketika membela Prancis.
Kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baik membuatnya menjadi salah satu pilar utama Les Bleus di Rusia. Tapi, Deschamps tampaknya tidak ingin bergantung kepada satu sosok pemain. Juru taktik berusia 49 tahun tersebut membuktikannya dengan rotasi di beberapa laga uji coba terakhir di mana Prancis sukses meraih dua kemenangan beruntun, termasuk 2-0 atas Re - pu blik Irlandia, Selasa (29/5).
“Kami fokus dalam pertandingan. Kami membuat lawan lebih banyak berlari. Kami mampu mencetak gol dan itu sangat baik,” tandasnya. Deschamps berharap kinerja serupa ditunjukkan Prancis saat menjamu Italia pada laga uji coba di Allianz Riviera, Jumat (1/6). Prancis wajib waspada.
Pasalnya, sang lawan sedang berada dalam kepercayaan diri tinggi. Sementara itu, kehadiran Roberto Mancini sebagai pe latih Italia memunculkan gai rah baru dalam tim. Debutnya pun berjalan mulus dengan membawa Gli Azzurri menang 2-1 atas Arab Saudi, Selasa (29/5).
Hasil itu sekaligus meng akhiri rentetan buruk Italia yang gagal meraih kemenang an dalam empat laga sebelumnya. Kendati demikian, Mancini menyadari perjuangannya masih panjang. Dia bertekad membangun kekuatan tim dengan memaksimalkan laga-laga uji coba.
“Sangat penting bisa memenangkan pertandingan pertama (melawan Arab Saudi). Ke menangan membuat kepercayaan diri kami meningkat. Mereka adalah tim yang berlaga di Piala Dunia 2018. Sekarang, kami bersiap menghadapi Prancis,” sebutnya.
Tahun ini bertepatan dengan 20 tahun kesuksesan Prancis saat menjuarai Piala Dunia 1998 di kandang sendiri. Ketika itu, Deschamps menjadi salah satu pemain yang berkontribusi besar atas kesuksesan timnya. Permainan lugas tanpa kompromi di lini tengah membuat Deschamps begitu disegani pada masanya.
Kini, dia berpeluang menorehkan prestasi yang sama sebagai pelatih. Pengalaman ketika aktif bermain tentu menjadi modal berharga. Maklum, sejak terakhir kali juara 1998, prestasi Prancis terbilang tidak terlalu menonjol. Dari empat keikutsertaan terakhir, pencapaian terbaik mereka adalah runner-up (2006).
Prancis terhenti di perempat final (2014) dan penyisihan grup (2002, 2010). Karena itu, Deschamps enggan terbebani. Dia mengatakan fokus utamanya adalah mempersiapkan timnya dengan sebaik mungkin. “Saya mengetahui bagaimana rasanya gagal di Piala Dunia. Tapi, kami punya ambisi.
Kami adalah kompetitor. Kami harus menjaga diri untuk tetap rendah hati,” kata Deschamps, dilansir sport24 . Ujian kian berat lantaran Prancis tergabung di Grup C bersama tim-tim tangguh lainnya seperti Australia, Peru, dan Denmark. Kendati difavoritkan, Deschamps enggan jemawa.
Dia menilai sepak bola tidak bisa diprediksi dan setiap tim memiliki peluang yang sama untuk lolos ke babak 16 besar. “Piala Dunia 2002 dan 2010 merupakan pelajaran berharga. Kami tidak pernah melupakannya. Orang boleh saja mengatakan kami lebih unggul.
Tapi, saat ini sepak bola sudah mencapai level tertinggi. Anda harus me nunjukkan rasa hormat Anda dan mengerahkan se lu ruh kemampuan serta mengalahkan setiap lawan,” tandasnya. Harapan Deschamps melihat potensi terbaik timnya didukung skuad yang ada.
Saat ini Prancis dihuni pemain-pemain berkualitas di semua lini, sebut saja Paul Pogba, Kylian Mbappe, hingga Antoine Griezmann. Ketiganya digadang-gadang mampu mengangkat permainan Les Bleus. Pogba, misalnya, kerap dirotasi di Manchester United (MU). Namun, permainan terbaiknya justru keluar ketika membela Prancis.
Kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baik membuatnya menjadi salah satu pilar utama Les Bleus di Rusia. Tapi, Deschamps tampaknya tidak ingin bergantung kepada satu sosok pemain. Juru taktik berusia 49 tahun tersebut membuktikannya dengan rotasi di beberapa laga uji coba terakhir di mana Prancis sukses meraih dua kemenangan beruntun, termasuk 2-0 atas Re - pu blik Irlandia, Selasa (29/5).
“Kami fokus dalam pertandingan. Kami membuat lawan lebih banyak berlari. Kami mampu mencetak gol dan itu sangat baik,” tandasnya. Deschamps berharap kinerja serupa ditunjukkan Prancis saat menjamu Italia pada laga uji coba di Allianz Riviera, Jumat (1/6). Prancis wajib waspada.
Pasalnya, sang lawan sedang berada dalam kepercayaan diri tinggi. Sementara itu, kehadiran Roberto Mancini sebagai pe latih Italia memunculkan gai rah baru dalam tim. Debutnya pun berjalan mulus dengan membawa Gli Azzurri menang 2-1 atas Arab Saudi, Selasa (29/5).
Hasil itu sekaligus meng akhiri rentetan buruk Italia yang gagal meraih kemenang an dalam empat laga sebelumnya. Kendati demikian, Mancini menyadari perjuangannya masih panjang. Dia bertekad membangun kekuatan tim dengan memaksimalkan laga-laga uji coba.
“Sangat penting bisa memenangkan pertandingan pertama (melawan Arab Saudi). Ke menangan membuat kepercayaan diri kami meningkat. Mereka adalah tim yang berlaga di Piala Dunia 2018. Sekarang, kami bersiap menghadapi Prancis,” sebutnya.
(don)