Piala Dunia 2018 Duel Dua Benua, Eropa vs Amerika Latin

Kamis, 05 Juli 2018 - 10:05 WIB
Piala Dunia 2018 Duel Dua Benua, Eropa vs Amerika Latin
Piala Dunia 2018 Duel Dua Benua, Eropa vs Amerika Latin
A A A
LOLOSNYA Inggris ke perempat final hanya menegaskan satu hal: apa pun skenario, bagaimanapun dramanya, Piala Dunia pada akhirnya hanya akan menjadi milik dua Benua, Eropa dan Amerika Latin.

Lihat saja daftar gelar juara sejak pesta sepak bola terbesar digelar, hanya dari dua benua tersebut. Tahun ini, kisah klasik tersebut akan terulang. Indikasinya terlihat dari daftar peserta babak perempat final, dua Amerika Latin (Uruguay, Brasil) melawan empat wakil Eropa (Inggris, Swedia, Belgia, dan tuan rumah Rusia).

Dan, entah sengaja atau tidak, dua tim sudah menunjukkan tanda bisa berhadap an di final. Brasil akan menantang Belgia, Uruguay menghadapi Prancis di sisi kiri. Di seberang kanan, Inggris melawan Swedia dan tuan rumah Rusia berhadapan dengan Kroasia. Taruhlah Uruguay dan Brasil menang di perempat final, keduanya sudah harus saling bunuh di semifinal.

Di final, akan bertemu wakil Eropa. Selama ini, duel wakil dua benua tersebut layaknya laga derby. Dari sisi teknis, ini men jadi pertemuan antara tim yang indah dengan gerakan dan tarian khas Ame rika Latin melawan permainan fisik Ero pa yang disiplin, kaku, dan text book dalam permainan.

Tapi, dari sisi sosial dan sejarah memunculkan tudingan dan sentimen masa lalu: orang-orang Eropa dituduh sebagai sombong, imperialis, sedangkan Amerika Latin adalah eksplosif, temperamental, dan tidak disiplin. Sampai pernah ada boikot pada 1938, Argentina dan Uru guay memboikot Piala Dunia yang diselenggarakan di Prancis.

Pada Piala Dunia 1962, dua jurnalis Italia harus melarikan diri dari Cile setelah mereka menulis deskripsi pedas tentang negara yang dilanda gempa. Pertandingan Cile-Italia berikutnya dikenal sebagai Pertempuran Santiago, yang melibatkan bentrokan antarpemain di mana polisi harus campur tangan tiga kali.

Piala Dunia 1966 di Inggris tidak lebih baik. Itu ternodai oleh tim Amerika Selatan yang mengeluh tentang dugaan konspirasi wasit Eropa. Insiden yang paling terkenal adalah seorang wasit Jerman meng usir kapten Argentina Antonio Rattin yang sangat marah sehingga harus diseret polisi.

Pelatih Inggris Alf Ramsey menyebut tim Argentina “binatang” setelah pertandingan, yang dikenal di negara Amerika Selatan sebagai “robo del siglo" (perampokan abad ini). Persaingan itu mereda pada 1990-an dan 2000-an. Sekarang, ketika Piala Dunia mengerucut pada dua kubu, mungkin cerita itu akan kembali terulang.

Di final pun hanya ada dua skenario, Eropa vs Amerika Latin, atau Eropa vs Eropa. Tapi, di luar semua cerita seram itu, tetap ada cinta di antara mereka. Seperti yang dirasakan penyerang Prancis Antoine Griezmann.

“Uruguay adalah negara kedua saya. Ini akan menjadi permain an yang hebat untuk di main kan dan juga pengalaman yang sangat emosional,” ujar Griezmann, dikutip situs FIFA.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1363 seconds (0.1#10.140)
pixels