Prancis Juara Karena Taktik Pelatih Didier Deschamps

Selasa, 17 Juli 2018 - 10:20 WIB
Prancis Juara Karena Taktik Pelatih Didier Deschamps
Prancis Juara Karena Taktik Pelatih Didier Deschamps
A A A
MOSKOW - Meski tampil kurang agresif, Prancis berhasil menjadi juara Piala Dunia 2018 seusai mengalahkan Kroasia 4-2 di Luzhniki Stadium, Minggu (15/7).

Kesuksesannya itu dinilai berkat taktik jitu yang diterapkan Pelatih Didier Deschamps. Prancis memang kalah dalam penguasaan bola. Mereka hanya mencatatkan 39% dibandingkan Kroasia yang menembus 61%. Namun, Les Bleus mampu memanfaatkan setiap peluang dengan sangat baik.

Mereka berhasil mencetak empat gol, walau ada yang berstatus gol bunuh diri atas nama Mario Mandzukic (18) dan satu lagi dari titik putih lewat Antoine Griezmann (38). Sementara Vatreni–julukan Kroasia–hanya mampu menghasilkan dua gol, salah satunya lewat Mandzukic dengan memanfaatkan blunder kiper Prancis Hugo Lloris yang terlalu lama memainkan bola setelah mendapat backpass pada menit ke-69.

Ada faktor lain yang membuat Prancis meraih kemenangan di laga puncak itu, yakni kurang maksimalnya serangan lawan. Pelatih Kroasia Zlatko Dalic memang menerapkan formasi 4-3-3 dengan Marcelo Brozovic, Ivan Rakitic, dan Luka Modric di lini tengah. Namun, gaya permainan mereka tidak seperti biasanya.

Faktor lainnya adalah minimnya tekanan dari Kroasia. Penekanan yang efektif hampir tidak pernah terjadi di Piala Dunia kali ini. Alasannya karena akan menguras energi dan sulit dijalani dengan baik karena waktu yang terbatas saat latihan. Ini fenomena yang terjadi hampir di semua klub top Eropa selama beberapa musim terakhir.

Prancis mungkin menjadi salah satu peserta di Rusia yang tidak memenangkan penguasaan bola di hampir seluruh pertandingan. Namun, Paul Pogba dkk mampu mengatasi kekurangan itu. Terbukti, serangan balik yang dilancarkan cukup berbahaya. Apalagi, Kroasia bermain sedikit lebih terbuka ketika sedang tertinggal.

Bukan hanya itu, pertahanan Prancis juga sangat disiplin. Raphael Varane, Samuel Umtiti, serta dua bek sayap Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez membuat serangan Kroasia yang dilancarkan Mandzukic, Ante Rebic, dan Ivan Perisic menemui jalan buntu. Itulah salah satu alasan Prancis mampu meredam agresi lawan.

Meski demikian, Prancis tetap harus berterima kasih kepada tiga penyerangnya, Griezmann, Kylian Mbappe, dan Oliver Giroud. Mereka memiliki peran yang tidak biasa seperti halnya tugas seorang striker. Griezmann lebih banyak bermain lebih ke tengah, Mbappe berada di barisan sayap, sedangkan Giroud sebagai perusak lini belakang Kroasia. Semuanya mampu menjalankan tugas dengan sangat baik.

“Kemenangan ini bukan mengenai saya. Yang memenang kan pertandingan adalah para pemain. Selama 55 tahun, kami sudah melakukan banyak pekerjaan. Ini adalah penobatan tertinggi. Kami bangga menjadi orang Prancis, menjadi Bleus. Kemenangan dalam laga ini ber hubungan dengan mereka. Vive le France, Vive le Republique,” ungkap Deschamps, dilansir Telegraph.

Deschamps mengaku tidak peduli dengan gaya permainan Prancis pada Piala Dunia 2018. Menurutnya, Prancis dinilai lebih spektakuler dibandingkan saat Italia (2006), Spanyol (2010), dan Jerman (2014) menjadi juara. Pelatih berusia 59 tahun itu memang telah banyak mendapatkan kritik dalam beberapa tahun terakhir dan selama Piala Dunia. Tapi, berkat kerja kerasnya, dia bisa masuk sejarah dengan meraih trofi Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih setelah Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5763 seconds (0.1#10.140)