Kenal Lebih Dekat dengan Nina Gusmita, Atlet Voli Duduk Putri Asian Para Games 2018
A
A
A
JAKARTA - Tim voli duduk putri ditargetkan menyumbang medali bagi Indonesia pada perhelatan Asian Para Games 2018. Nina Gusmita menjadi salah satu tumpuan tim Merah Putih untuk memenuhi harapan tersebut.
Sejak kecil Nina memang sudah gemar bermain voli mengaku tidak pernah menduga akan mewakili Indonesia di ajang olahraga internasional. Perjuangan Nina untuk menjadi wakil Indonesia bukanlah hal yang mudah. Saat masih aktif bermain pada level junior, ia mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016 yang menyebabkan kehilangan salah satu kakinya.
Kejadian tersebut sempat membuat gadis 20 tahun ini patah arang dan kehilangan semangat untuk melanjutkan karier sebagai atlet. Namun besarnya dukungan keluarga dan teman-teman berhasil menghidupkan nyala api semangat Nina yang hampir padam.
"Saat itu keluargaku tak hanya memberi dukungan moril, namun juga mencarikan klub voli untuk penyandang disabilitas," jelas Nina dalam pernyataan resmi yang diterima SINDOnews, Sabtu (29/9/2018).
Sempat mengalami kesulitan dalam beradaptasi, Nina tak pernah menyerah. Perlahan namun pasti, perjuangan Nina mulai membuahkan hasil. Prestasi dan bakat yang dimilikinya akhirnya menarik perhatian National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Utara yang kemudian menyodorkan kontrak kepada Nina.
Terus menekuni voli duduk, kesempatan bagi Nina untuk mewakili Tim Nasional Indonesia akhirnya datang. Ia mengaku bahwa menjadi penyandang disabilitas tidak menjadi penghambat baginya untuk menjalani aktivitas dan rutinitas.
"Dulu malah belum masuk Timnas. Setelah kecelakaan justru bisa masuk Timnas," ujar gadis lulusan SMAN 3 Medan ini.
Saat ini Nina telah bergabung bersama rekan-rekan tim voli putri lainnya mempersiapkan diri untuk Asian Para Games 2018. Setelah melakukan berbagai persiapan di pelatnas, kali ini fokusnya adalah menjaga kondisi dan menyiapkan mental.
"Saat ini saya hanya menjaga fisik saya agar siap jelang turnamen, seperti menjaga pola makan dan pola istirahat. Sisanya berlatih ringan bersama tim dan mematangkan strategi," jelas pemain bernomer punggung delapan tersebut.
Andri Asrul selaku pelatih voli duduk putri optimis mampu meraih medali perunggu yang telah ditargetkan. Ia menjelaskan bahwa telah menyiapkan kondisi timnya sebaik mungkin untuk ajang Asian Para Games III ini.
"Setelah melalui berbagai persiapan sebelumnya, tim voli duduk putri saat ini hanya tinggal melakukan simulasi gym untuk menjaga kekompakan dan melatih koordinasi," tutur Andri.
Meski sang pelatih menargetkan perunggu, Nina merasa bahwa bagi dirinya medali yang harus dipersembahkan adalah medali emas. "Tentunya saya ingin memberikan yang terbaik, oleh karena itu secara pribadi saya ingin berhasil meraih medali emas bersama tim voli putri," ujar Nina.
Demi meraih target tersebut, Nina beserta rekan-rekan lainnya menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi masing-masing lawan. Lebih lanjut, Nina mewaspadai Tiongkok sebagai pesaing terberat dalam ajang kali ini.
"Semua negara merupakan pesaing yang berat, namun harus diakui Tiongkok merupakan lawan terberat yang harus kami hadapi," terangnya.
Persiapan terakhir yang dibutuhkan Nina adalah dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Baginya dukungan masyarakat sangatlah berarti untuk memompa semangat dan menjaga mental diri dan rekan-rekanya.
Sejak kecil Nina memang sudah gemar bermain voli mengaku tidak pernah menduga akan mewakili Indonesia di ajang olahraga internasional. Perjuangan Nina untuk menjadi wakil Indonesia bukanlah hal yang mudah. Saat masih aktif bermain pada level junior, ia mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016 yang menyebabkan kehilangan salah satu kakinya.
Kejadian tersebut sempat membuat gadis 20 tahun ini patah arang dan kehilangan semangat untuk melanjutkan karier sebagai atlet. Namun besarnya dukungan keluarga dan teman-teman berhasil menghidupkan nyala api semangat Nina yang hampir padam.
"Saat itu keluargaku tak hanya memberi dukungan moril, namun juga mencarikan klub voli untuk penyandang disabilitas," jelas Nina dalam pernyataan resmi yang diterima SINDOnews, Sabtu (29/9/2018).
Sempat mengalami kesulitan dalam beradaptasi, Nina tak pernah menyerah. Perlahan namun pasti, perjuangan Nina mulai membuahkan hasil. Prestasi dan bakat yang dimilikinya akhirnya menarik perhatian National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Utara yang kemudian menyodorkan kontrak kepada Nina.
Terus menekuni voli duduk, kesempatan bagi Nina untuk mewakili Tim Nasional Indonesia akhirnya datang. Ia mengaku bahwa menjadi penyandang disabilitas tidak menjadi penghambat baginya untuk menjalani aktivitas dan rutinitas.
"Dulu malah belum masuk Timnas. Setelah kecelakaan justru bisa masuk Timnas," ujar gadis lulusan SMAN 3 Medan ini.
Saat ini Nina telah bergabung bersama rekan-rekan tim voli putri lainnya mempersiapkan diri untuk Asian Para Games 2018. Setelah melakukan berbagai persiapan di pelatnas, kali ini fokusnya adalah menjaga kondisi dan menyiapkan mental.
"Saat ini saya hanya menjaga fisik saya agar siap jelang turnamen, seperti menjaga pola makan dan pola istirahat. Sisanya berlatih ringan bersama tim dan mematangkan strategi," jelas pemain bernomer punggung delapan tersebut.
Andri Asrul selaku pelatih voli duduk putri optimis mampu meraih medali perunggu yang telah ditargetkan. Ia menjelaskan bahwa telah menyiapkan kondisi timnya sebaik mungkin untuk ajang Asian Para Games III ini.
"Setelah melalui berbagai persiapan sebelumnya, tim voli duduk putri saat ini hanya tinggal melakukan simulasi gym untuk menjaga kekompakan dan melatih koordinasi," tutur Andri.
Meski sang pelatih menargetkan perunggu, Nina merasa bahwa bagi dirinya medali yang harus dipersembahkan adalah medali emas. "Tentunya saya ingin memberikan yang terbaik, oleh karena itu secara pribadi saya ingin berhasil meraih medali emas bersama tim voli putri," ujar Nina.
Demi meraih target tersebut, Nina beserta rekan-rekan lainnya menyiapkan strategi khusus untuk menghadapi masing-masing lawan. Lebih lanjut, Nina mewaspadai Tiongkok sebagai pesaing terberat dalam ajang kali ini.
"Semua negara merupakan pesaing yang berat, namun harus diakui Tiongkok merupakan lawan terberat yang harus kami hadapi," terangnya.
Persiapan terakhir yang dibutuhkan Nina adalah dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Baginya dukungan masyarakat sangatlah berarti untuk memompa semangat dan menjaga mental diri dan rekan-rekanya.
(sha)