Deontay Wilder, Petinju Bayaran yang Menuai Kecaman
A
A
A
NEW YORK - Deontay Wilder menuntaskan perlawanan Dominic Breazeale dalam pertarungan perebuan sabuk juara WBC dengan kemenangan. Pada Pertarungan di Barclays Center, New York City, New York, Minggu (19/5/2019), petinju asal Amerika Serikat itu hanya membutuhkan satu ronde untuk menyelesaikan pertarungan ini.
Wilder, yang memiliki salah satu tangan kanan paling membahayakan dalam sejarah kelas berat berhasil menjatuhkan sang penantang dengan kemenangan KO saat laga menyisakan 43 detik lagi. Berkat pukulan tangan kanannya yang mengenai rahang lawannya, Breazeale pun akhirnya terkapar.
"Ketika saya memukulnya dengan tangan kanan, pertama kali bahasa tubuhnya berubah," kata Wilder. "Ketika kamu berada di sana dengan begitu banyak pria yang berbeda kamu belajar mengenali bahasa tubuh. Saya tahu dia melambat dan membuka," jelas Wilder dikutip dari Boxingscene, Selasa (21/5).
Sayangnya, keberhasilan Wilder mempertahankan sabuk juara WBC untuk sembilan kalinya menuai kecaman. Ini berkaitan dengan ucapannya sebelum pertarungan terjadi.
Saat itu, Wilder berbicara tentang rencananya kotornya untuk menghilangkan nyawa Breazeale di atas ring. "Semuanya keluar begitu saja dari saya. Ada penumpukan besar terhadap rasa benci untuk pertarungan ini. Ada banyak permusuhan, kekacauan, kebencian terhadap satu sama lain. Inilah yang membuat tinju begitu hebat.
"Ini adalah satu-satunya olahraga di dunia di mana Anda dapat membunuh seorang pria dan mendapatkan bayaran untuk itu pada saat yang sama, jadi mengapa tidak menggunakan hak saya untuk melakukannya?" tutur Wilder dikutip dari Irish Mirror.
Sontak, pernyataan itu menimbulkan kecaman dari banyak kalangan. Salah satunya datang dari Chloe Ross. Teman dekat dari mendiang Mike Towell itu berkata bahwa Wilder sudah tak pantas lagi mendapatkan ruang di olahraga tinju.
"Wowo, saya tidak percaya apa yang baru saja saya dengar. Sungguh manusia yang mengerikan....sangat mendambakan publisitas dan dia benar-benar mendapatkannya. Dia (Wilder) seharusnya tidak boleh bertarung lagi, sialan!!!," tulis Ross dalam akun Twitter pribadinya (@_xchloeross).
Wilder, yang memiliki salah satu tangan kanan paling membahayakan dalam sejarah kelas berat berhasil menjatuhkan sang penantang dengan kemenangan KO saat laga menyisakan 43 detik lagi. Berkat pukulan tangan kanannya yang mengenai rahang lawannya, Breazeale pun akhirnya terkapar.
"Ketika saya memukulnya dengan tangan kanan, pertama kali bahasa tubuhnya berubah," kata Wilder. "Ketika kamu berada di sana dengan begitu banyak pria yang berbeda kamu belajar mengenali bahasa tubuh. Saya tahu dia melambat dan membuka," jelas Wilder dikutip dari Boxingscene, Selasa (21/5).
Sayangnya, keberhasilan Wilder mempertahankan sabuk juara WBC untuk sembilan kalinya menuai kecaman. Ini berkaitan dengan ucapannya sebelum pertarungan terjadi.
Saat itu, Wilder berbicara tentang rencananya kotornya untuk menghilangkan nyawa Breazeale di atas ring. "Semuanya keluar begitu saja dari saya. Ada penumpukan besar terhadap rasa benci untuk pertarungan ini. Ada banyak permusuhan, kekacauan, kebencian terhadap satu sama lain. Inilah yang membuat tinju begitu hebat.
"Ini adalah satu-satunya olahraga di dunia di mana Anda dapat membunuh seorang pria dan mendapatkan bayaran untuk itu pada saat yang sama, jadi mengapa tidak menggunakan hak saya untuk melakukannya?" tutur Wilder dikutip dari Irish Mirror.
Sontak, pernyataan itu menimbulkan kecaman dari banyak kalangan. Salah satunya datang dari Chloe Ross. Teman dekat dari mendiang Mike Towell itu berkata bahwa Wilder sudah tak pantas lagi mendapatkan ruang di olahraga tinju.
"Wowo, saya tidak percaya apa yang baru saja saya dengar. Sungguh manusia yang mengerikan....sangat mendambakan publisitas dan dia benar-benar mendapatkannya. Dia (Wilder) seharusnya tidak boleh bertarung lagi, sialan!!!," tulis Ross dalam akun Twitter pribadinya (@_xchloeross).
(bbk)