Mitos Liga Europa dan Kesialan Unai Emery di Baku
A
A
A
BAKU - Reputasi Unai Emery sebagai 'pawang' di Liga Europa sudah tak lagi membius penikmat sepak bola di seluruh dunia. Sang kolektor trofi terbanyak di kompetisi kasta kedua Eropa itu terpaksa menelan pil pahit setelah Arsenal dipermalukan Chelsea dengan skor telak 1-4 di final yang berlangsung di Stadion Olimpiade Baku, Kamis (30/5) dini hari WIB.
Sebelum laga final Liga Europa berlangsung, banyak kalangan yang membicarakan tentang Emery. Maklum, pelatih asal Spanyol itu punya reputasi bagus selama menjalani kompetisi kasta kedua Eropa.
Hegemoni Emery di Liga Europa sudah tak terbantahkan lagi dan Arsenal bukan satu-satunya tim yang merasakan tuah dari pelatih berusia 47 tahun tersebut. Sebelumnya, Emery sukses mengukir sejarah sebagai pelatih pertama yang berhasil mengantarkan Sevilla keluar sebagai jawara dalam tiga musim beruntun (2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016).
Emery pun tercatat sebagai pelatih yang mampu membawa dua tim berbeda tampil di final Liga Europa. Berbeda dengan sewaktu masih menangani Sevilla, pelatih berusia 47 tahun itu justru gagal membawa Arsenal juara. Tak hanya gagal mengangkat trofi untuk keempat kalinya di Liga Europa, Emery juga gagal memberikan tiket Liga Champions buat Meriam London.
Awalnya, Arsenal sangat membutuhkan trofi Liga Europa untuk bisa mencicipi Liga Champions di musim depan setelah hanya mampu menyelesaikan pertandingan terakhir di Liga Inggris dengan berada di peringkat kelima. Namun, kesialan dialami Emery saat tampil di Baku, karena skenario itu tidak berjalan dan The Gunners terpaksa menutup musim tanpa trofi juara.
Dengan kata lain, mental juara Emery di Liga Europa hanyalah mitos belaka. Karena, dia gagal mengakhiri dahaga gelar Arsenal di kompetisi Eropa sejak 1993/1994 ketika Meriam London juara Piala Winners.
Sebelum laga final Liga Europa berlangsung, banyak kalangan yang membicarakan tentang Emery. Maklum, pelatih asal Spanyol itu punya reputasi bagus selama menjalani kompetisi kasta kedua Eropa.
Hegemoni Emery di Liga Europa sudah tak terbantahkan lagi dan Arsenal bukan satu-satunya tim yang merasakan tuah dari pelatih berusia 47 tahun tersebut. Sebelumnya, Emery sukses mengukir sejarah sebagai pelatih pertama yang berhasil mengantarkan Sevilla keluar sebagai jawara dalam tiga musim beruntun (2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016).
Emery pun tercatat sebagai pelatih yang mampu membawa dua tim berbeda tampil di final Liga Europa. Berbeda dengan sewaktu masih menangani Sevilla, pelatih berusia 47 tahun itu justru gagal membawa Arsenal juara. Tak hanya gagal mengangkat trofi untuk keempat kalinya di Liga Europa, Emery juga gagal memberikan tiket Liga Champions buat Meriam London.
Awalnya, Arsenal sangat membutuhkan trofi Liga Europa untuk bisa mencicipi Liga Champions di musim depan setelah hanya mampu menyelesaikan pertandingan terakhir di Liga Inggris dengan berada di peringkat kelima. Namun, kesialan dialami Emery saat tampil di Baku, karena skenario itu tidak berjalan dan The Gunners terpaksa menutup musim tanpa trofi juara.
Dengan kata lain, mental juara Emery di Liga Europa hanyalah mitos belaka. Karena, dia gagal mengakhiri dahaga gelar Arsenal di kompetisi Eropa sejak 1993/1994 ketika Meriam London juara Piala Winners.
(sha)