Soal Spanduk Bernada Rasisme, Zenit Saint Petersburg Buka Mulut
A
A
A
SAINT PETERSBURG - Raksasa Rusia Zenit St Petersburg buka mulut soal tuduhan rasisme pada lanjutan Liga Rusia antara Zenit melawan Krasnodar Minggu (4/8/2019). Pada pertandingan itu suporter tuan rumah membentangkan spanduk bernada rasisme yang diduga untuk rekrutan anyar Zenit, Malcom.
Terima kasih para pemimpin (klub) untuk loyalitas terhadap tradisi-tradisinya. Demikian isi pesan spanduk tersebut. Tradisi yang dimaksud adalah kebijakan Zenit untuk tidak mendatangkan pemain berkulit hitam.
Menanggapi kejadian itu, Zenit memberikan klarifikasi bahwa itu bukan pesan yang sarkasme terkait rekrutan anyar mereka. Dan pesan, lanjut Zenit, itu telah disalah artikan oleh media. Melalui laman resmi klub, mereka membuat pernyataan.
"Zenit FC menyadari bahwa spanduk itu disalah artikan oleh sebagian orang, itu dibaca 'Terima kasih para pemimpin (klub) untuk loyalitas terhadap tradisi-tradisinya' dan makna pernyataan itu telah disalah artikan oleh berbagai media dan berdasarkan dari kesalahan itu, kesimpulan yang salah pun telah diambil tanpa melihat kenyataan sebenarnya."
"Dalam tradisi lama, klub selalu mendatangkan pemain terbaik tanpa memandang latar belakang. Etnis, negara dan itu jelas menandakan bahwa klub mendukung anti rasisme dan kesetaraan." ungkap Zenit dalam laman resminya.
Meskipun Rusia sukses menyelenggarakan Piala Dunia 2018, kasus rasisme ini bukan yang pertama terjadi di negara pecahan Uni Soviet ini. Rusia pernah didenda 22 ribu euro, karena nyanyian rasis saat melakoni laga persahabatan dengan Prancis, Mei 2018. Sementara suporter Zenit juga pernah meluncurkan kampanye untuk menghentikan klub mereka membeli pemain kulit hitam atau kaum gay pada 2012. (Celvin Moniaga Sipahutar)
Terima kasih para pemimpin (klub) untuk loyalitas terhadap tradisi-tradisinya. Demikian isi pesan spanduk tersebut. Tradisi yang dimaksud adalah kebijakan Zenit untuk tidak mendatangkan pemain berkulit hitam.
Menanggapi kejadian itu, Zenit memberikan klarifikasi bahwa itu bukan pesan yang sarkasme terkait rekrutan anyar mereka. Dan pesan, lanjut Zenit, itu telah disalah artikan oleh media. Melalui laman resmi klub, mereka membuat pernyataan.
"Zenit FC menyadari bahwa spanduk itu disalah artikan oleh sebagian orang, itu dibaca 'Terima kasih para pemimpin (klub) untuk loyalitas terhadap tradisi-tradisinya' dan makna pernyataan itu telah disalah artikan oleh berbagai media dan berdasarkan dari kesalahan itu, kesimpulan yang salah pun telah diambil tanpa melihat kenyataan sebenarnya."
"Dalam tradisi lama, klub selalu mendatangkan pemain terbaik tanpa memandang latar belakang. Etnis, negara dan itu jelas menandakan bahwa klub mendukung anti rasisme dan kesetaraan." ungkap Zenit dalam laman resminya.
Meskipun Rusia sukses menyelenggarakan Piala Dunia 2018, kasus rasisme ini bukan yang pertama terjadi di negara pecahan Uni Soviet ini. Rusia pernah didenda 22 ribu euro, karena nyanyian rasis saat melakoni laga persahabatan dengan Prancis, Mei 2018. Sementara suporter Zenit juga pernah meluncurkan kampanye untuk menghentikan klub mereka membeli pemain kulit hitam atau kaum gay pada 2012. (Celvin Moniaga Sipahutar)
(sha)