Kisah Dovizioso sang Spesialis Runner Up MotoGP
A
A
A
BOLOGNA - Stempel spesialis runner up tampaknya kian melekat pada diri Andrea Dovizioso. Betapa tidak, dalam dua musim terakhir pembalap tim Ducati itu hanya mampu menyelesaikan pertempuran di ajang MotoGP dengan berada di posisi kedua atau tepat di belakang Marc Marquez.
Kecenderungan itu kembali terlihat kala Dovizioso tampil musim ini. Pasalnya, peluang untuk menjadi juara dunia MotoGP semakin tipis mengingat dia tertinggal 98 angka dari Marquez di klasemen sementara.
Sikap pasrah pun diutarakan Dovizioso jelang balapan di Grand Prix Thailand. Dia menekankan tujuannya saat ini adalah mengakhiri musim MotoGP 2019 untuk mengamankan tempat kedua dalam tiga tahun secara beruntun.
Dikatakannya, peluang untuk jadi pemenang sangat tipis mengingat semua lawan sudah berusaha sangat keras untuk menjadi yang terbaik di setiap serinya. Dovizioso tampaknya menyadari kelemahan yang tengah dihadapi tim Ducati.
Ini berkaitan dengan peta persaingan pada paruh kedua MotoGP musim ini. Salah satunya apa yang dilakukan tim Yamaha mengingat mereka mampu melakukan perbaikan signifikan pada bagian pengereman dan penyesuaian banfm dengan cermat.
"Lawan kami bekerja sangat keras", tegas Andrea Dovizioso dikutip dari Corse di Moto, Selasa (1/10/2019).
Sulit membuat prediksi di kejuaraan di mana ban dan aspal berubah menjadi variabel yang membuat frustrasi di dalam garasi. "Para pembalap Yamaha cepat di Aragon dalam sesi latihan bebas. Namun mereka memiliki sedikit masalah dalam balapan. Saya pikir itu karena cengkeraman (pengereman) dalam balapan berbeda dan Anda harus membalap secara berbeda. Saya percaya mereka telah meningkat di beberapa daerah dan tidak di daerah lain. Terkadang mereka lebih baik, misalnya di Misano. Itu selalu cerita itu sendiri."
Lebih jauh, Dovizioso menjelaskan satu-satunya yang aneh adalah penampilan Marc Marquez. Dia sepertinya sangat konsisten di setiap balapan dan tidak mengalami kesulitan.
"Satu-satunya yang aneh adalah Marc, sulit untuk dianalisis, karena ia selalu di depan. Dalam setiap balapan. Dia berjuang untuk kemenangan, sangat sulit. Itu tentu membuat perbedaan," pungkas Dovizioso.
Kecenderungan itu kembali terlihat kala Dovizioso tampil musim ini. Pasalnya, peluang untuk menjadi juara dunia MotoGP semakin tipis mengingat dia tertinggal 98 angka dari Marquez di klasemen sementara.
Sikap pasrah pun diutarakan Dovizioso jelang balapan di Grand Prix Thailand. Dia menekankan tujuannya saat ini adalah mengakhiri musim MotoGP 2019 untuk mengamankan tempat kedua dalam tiga tahun secara beruntun.
Dikatakannya, peluang untuk jadi pemenang sangat tipis mengingat semua lawan sudah berusaha sangat keras untuk menjadi yang terbaik di setiap serinya. Dovizioso tampaknya menyadari kelemahan yang tengah dihadapi tim Ducati.
Ini berkaitan dengan peta persaingan pada paruh kedua MotoGP musim ini. Salah satunya apa yang dilakukan tim Yamaha mengingat mereka mampu melakukan perbaikan signifikan pada bagian pengereman dan penyesuaian banfm dengan cermat.
"Lawan kami bekerja sangat keras", tegas Andrea Dovizioso dikutip dari Corse di Moto, Selasa (1/10/2019).
Sulit membuat prediksi di kejuaraan di mana ban dan aspal berubah menjadi variabel yang membuat frustrasi di dalam garasi. "Para pembalap Yamaha cepat di Aragon dalam sesi latihan bebas. Namun mereka memiliki sedikit masalah dalam balapan. Saya pikir itu karena cengkeraman (pengereman) dalam balapan berbeda dan Anda harus membalap secara berbeda. Saya percaya mereka telah meningkat di beberapa daerah dan tidak di daerah lain. Terkadang mereka lebih baik, misalnya di Misano. Itu selalu cerita itu sendiri."
Lebih jauh, Dovizioso menjelaskan satu-satunya yang aneh adalah penampilan Marc Marquez. Dia sepertinya sangat konsisten di setiap balapan dan tidak mengalami kesulitan.
"Satu-satunya yang aneh adalah Marc, sulit untuk dianalisis, karena ia selalu di depan. Dalam setiap balapan. Dia berjuang untuk kemenangan, sangat sulit. Itu tentu membuat perbedaan," pungkas Dovizioso.
(sha)