Pelatih Ganda Putra: Kevin/Marcus Terlalu Nafsu Menyerang
A
A
A
JAKARTA - Ganda putra gagal menyumbang gelar di All England 2020. Pasangan nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon harus puas menjadi runner up setelah ditumbangkan duet Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di final. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi memaparkan empat pasangan putra Indonesia yang ambil bagian di ajang bergengsi tersebut.
Kevin/Marcus menyerah 18-21, 21-12, dan 19-21, di Birmingham Arena, Senin (16/3/2020) dini hari WIB. Sedangkan juara bertahan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan terhenti di perempat final, dan dua pasangan lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Ade Yusuf/Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira masing-masing terhenti di babak dua dan babak pertama.
Dalam wawancara denghan laman remsi PBSI (Badmintonindonesia.org), Heri IP mengupas penampilan keempat pasangan tersebut. Menurut Herri, penampilan Kevin/Marcus sudah maksimal.
"Cuma pada poin-poin akhir agak kurang sabar, kurang tenang sedikit. Khususnya Kevin yang terlalu buru-buru di depan. Tapi menurut saya selama enam penampilan lawan Jepang (Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe) ini, meski kalah terus, tapi saat final kemarin menurut saya ini yang paling maksimal. Paling mendekati dan memungkinkan untuk memenangkan pertandingan," Herri menjelaskan.
"Di game awal Kevin/Marcus selalu bernafsu menyerang terus. Padahal lawan pertahananannya kuat. Dan memang di lapangan pertama itu, posisinya jalan bolanya agak pelan. Jadi buat mereka yang bertahan jauh lebih mudah dibanding yang menyerang. Karena bolanya sedikit agak berhenti. Jadi strategi di game pertama kurang berhasil," ungkap Herri soal kekalahan Kevin/Marcus di game pertama.
"Performa Watanabe selama All England memang bagus sekali. Jarang membuat kesalahan sendiri. Kalau mau dapat poin dari mereka, kita harus lebih banyak membunuh dibanding menunggu mereka mati. Khususnya buat Watanabe."
"Sedangkan Endo masih banyak errornya. Jadi Watanabe benar-benar bintangnya. Menurut saya, pasangan ini motornya ada di Watanabe. Dia bisa cover semua lapangan. Bolanya juga sulit. Diserang juga bola kembaliannya menekan lagi. Memang penampilan mereka di All England ini baik dan bagus, khususnya Watanabe."
Endo/Watanabe juga mengalahkan Hendra/Ahsan di semifinal, namun Herri IP punya penilaian sendiri soal penampilan The Daddies. "Kasus Ahsan/Hendra mungkin agak berbeda. Ahsan/Hendra dari babak pertama mereka ketemunya Jepang terus, ketat terus dan juga rubber. Sampai pertandingan ketiganya mereka ketemu Endo/Watanabe."
"Jika bertemu Endo/Watanabe kondisi fisik harus benar-benar bugar. Karena kalau mau ambil poin dari mereka harus membunuh, dalam arti harus menyerang. Nggak bisa kita dapat poin gratis, menunggu kesalahan mereka. Jadi benar-benar harus membunuh, makanya tenaga dan fisik harus fresh dan nggak boleh kendor."
Tentang penampilan Fajar/Rian yang menurun dibanding tahun lalu lolos ke semifinal, Herri mengatakan menilai pemain Inggris Marcus Ellis/Chris Langridge bermain baik dan percaya diri di kandang sendiri.
Pertahanan keduanya baik dan sulit ditembus. Apalagi Fajar/Rian tampil di bawah performa terbaiknya. Herri mengatakan kaki Rian sedang bermasalah, jadi kecepatannya sedikit menurun. Plus Fajar banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Secara keseluruhan penampilan keduanya gak turun di All England tahun ini.
Sedangkan pasangan Ade/Wahyu yang merebut satu game dari Li Jun Hui/Liu Yu Chen (China), Herri IP mengatakan dari segi teknik permainan Ade/Wahyu tak kalah. Hanya saja, mental mereka naik turun. Kadang bisa bagus, kadang bisa drop.
"Ini menjadi PR dan evaluasi buat mereka sendiri. Kesempatan saya rasa cukup banyak dan cukup baik. Saya dan PBSI sudah memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut pertandingan dimana-mana. Cuma hasilnya masih kurang memuaskan. Ini memang terkait faktor individu mereka masing-masing. Kehidupan sehari-hari mereka seperti apa, mereka harus mengevaluasi diri."
Kevin/Marcus menyerah 18-21, 21-12, dan 19-21, di Birmingham Arena, Senin (16/3/2020) dini hari WIB. Sedangkan juara bertahan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan terhenti di perempat final, dan dua pasangan lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Ade Yusuf/Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira masing-masing terhenti di babak dua dan babak pertama.
Dalam wawancara denghan laman remsi PBSI (Badmintonindonesia.org), Heri IP mengupas penampilan keempat pasangan tersebut. Menurut Herri, penampilan Kevin/Marcus sudah maksimal.
"Cuma pada poin-poin akhir agak kurang sabar, kurang tenang sedikit. Khususnya Kevin yang terlalu buru-buru di depan. Tapi menurut saya selama enam penampilan lawan Jepang (Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe) ini, meski kalah terus, tapi saat final kemarin menurut saya ini yang paling maksimal. Paling mendekati dan memungkinkan untuk memenangkan pertandingan," Herri menjelaskan.
"Di game awal Kevin/Marcus selalu bernafsu menyerang terus. Padahal lawan pertahananannya kuat. Dan memang di lapangan pertama itu, posisinya jalan bolanya agak pelan. Jadi buat mereka yang bertahan jauh lebih mudah dibanding yang menyerang. Karena bolanya sedikit agak berhenti. Jadi strategi di game pertama kurang berhasil," ungkap Herri soal kekalahan Kevin/Marcus di game pertama.
"Performa Watanabe selama All England memang bagus sekali. Jarang membuat kesalahan sendiri. Kalau mau dapat poin dari mereka, kita harus lebih banyak membunuh dibanding menunggu mereka mati. Khususnya buat Watanabe."
"Sedangkan Endo masih banyak errornya. Jadi Watanabe benar-benar bintangnya. Menurut saya, pasangan ini motornya ada di Watanabe. Dia bisa cover semua lapangan. Bolanya juga sulit. Diserang juga bola kembaliannya menekan lagi. Memang penampilan mereka di All England ini baik dan bagus, khususnya Watanabe."
Endo/Watanabe juga mengalahkan Hendra/Ahsan di semifinal, namun Herri IP punya penilaian sendiri soal penampilan The Daddies. "Kasus Ahsan/Hendra mungkin agak berbeda. Ahsan/Hendra dari babak pertama mereka ketemunya Jepang terus, ketat terus dan juga rubber. Sampai pertandingan ketiganya mereka ketemu Endo/Watanabe."
"Jika bertemu Endo/Watanabe kondisi fisik harus benar-benar bugar. Karena kalau mau ambil poin dari mereka harus membunuh, dalam arti harus menyerang. Nggak bisa kita dapat poin gratis, menunggu kesalahan mereka. Jadi benar-benar harus membunuh, makanya tenaga dan fisik harus fresh dan nggak boleh kendor."
Tentang penampilan Fajar/Rian yang menurun dibanding tahun lalu lolos ke semifinal, Herri mengatakan menilai pemain Inggris Marcus Ellis/Chris Langridge bermain baik dan percaya diri di kandang sendiri.
Pertahanan keduanya baik dan sulit ditembus. Apalagi Fajar/Rian tampil di bawah performa terbaiknya. Herri mengatakan kaki Rian sedang bermasalah, jadi kecepatannya sedikit menurun. Plus Fajar banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Secara keseluruhan penampilan keduanya gak turun di All England tahun ini.
Sedangkan pasangan Ade/Wahyu yang merebut satu game dari Li Jun Hui/Liu Yu Chen (China), Herri IP mengatakan dari segi teknik permainan Ade/Wahyu tak kalah. Hanya saja, mental mereka naik turun. Kadang bisa bagus, kadang bisa drop.
"Ini menjadi PR dan evaluasi buat mereka sendiri. Kesempatan saya rasa cukup banyak dan cukup baik. Saya dan PBSI sudah memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut pertandingan dimana-mana. Cuma hasilnya masih kurang memuaskan. Ini memang terkait faktor individu mereka masing-masing. Kehidupan sehari-hari mereka seperti apa, mereka harus mengevaluasi diri."
(sha)