Suharno: Momentum kebangkitan Persegres
A
A
A
Sindonews.com - Pelatih Persegres Gresik Suharno bisa dibilang musim ini dinaungi keberuntungan besar. Mendapat kesempatan melatih Persegres yang mulai berstatus sebagai 'tim kaya baru' dia termasuk dari sedikit dari pelatih lokal yang dipercaya mengendalikan sebuah tim dengan dana melimpah.
Dengan modal tak kurang dari Rp20 miliar, Persegres berambisi membangun kekuatan baru di Jawa Timur. Sejumlah pemain bintang telah diboyong ke Stadion Tri Dharma, seperti Aldo Baretto, Park Chul Hyung, Dirga Lasut, Siswanto, dan belum termasuk pemain yang masih dalam status incaran.
Bagi Suharno sendiri melatih tim bermodal besar tidak datang setiap musimnya. Malah bisa disebut inilah salah satu momentum terbaik Suharno sejak menjadi pelatih. Sebelumnya, dia lebih dikenal sebagai pelatih tim 'kelas dua' seperti Deltras Sidoarjo, Persiwa Wamena, Persikab Bandung, PSS Sleman, hingga PKT Bontang dan Persis Solo. Hanya Arema yang tercatat sebagai klub besar.
Walau belum pernah menangani sebuah tim kaya, Suharno pantas diacungi jempol karena tidak pernah menganggur sepanjang 22 tahun karirnya sebagai pelatih. Sejak mengawali kesibukan sebagai entrenador 22 tahun silam di Gelora Dewata Bali, dia selalu mendapatkan tawaran dari klub di kompetisi level atas setiap musimnya.
Pada akhirnya, kesempatan untuk mengawal tim yang kompotitif dan berdaya beli besar pun kesampaian. Tapi di sisi lain, kesempatan yang diberikan Persegres bisa menjadi tekanan tersendiri bagi melatih kelahiran Klaten, Jawa Tengah, tersebut. Dia dituntut mengorbitkan Persegres yang musim lalu limbung di papan bawah.
''Saya rasa semua pekerjaan adalah tantangan dan penuh dengan tekanan. Semua pelatih pasti merasakan tekanan atau beban untuk memenuhi target. Saya bersyukur hingga kini masih eksis di kompetisi ISL dan akan berupaya membayar kepercayaan yang diberikan Persegres,” ucapnya dihubungi Jumat (19/10).
Suharno sepakat jika musim ini menjadi momentum yang bagus bagi dirinya karena dipercaya Persegres. Dia menilai ambisi yang diusung Laskar Joko Samudro sangat serius untuk mengembalikan hegemoni Gresik sebagai kota sepakbola yang pernah ditorehkan satu dasawarsa silam.
“Saya menilai Persegres sangat serius. Bahkan kami sudah memulai kegiatan lebih sejak awal. Lebih tepatnya ini momentum yang bagus untuk Persegres, bukan untuk saya. Semoga di kompetisi musim depan persegres mendapatkan hasil sesuai dengan yang diperjuangkan selama ini,” harap Suharno.
Kendati memiliki kemampuan belanja besar, Suharno menyadari situasi finansial sepakbola Indonesia tidak selalu stabil. Dia pun tidak terlalu banyak meminta pemain dengan kontrak besar agar tak terlalu membebani keuangan Persegres yang belum didukung sponsor besar.
“Saya harus tahu kekuatan klub, terutama dalam membangun tim. Bukan hanya kekuatan saat ini, tapi juga efek jangka panjang. Misalnya klub memiliki sekian miliar untuk membeli pemain, maka tidak mungkin kami menghabiskan semua. Karena kami tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya nanti,” beber pelatih yang suka becanda ini.
Tak mengherankan jika Suharno bersikap biasa mendengar keinginan manajemen menggaur pemain sekelas Christian Gonzales dan Greg Nwokolo. Menurutnya dengan atau tanpa salah satu dari kedua pemain itu, dirinya tidak akan menuntut banyak karena nilai kontraknya jelas cukup mahal.
Sebagai pelatih, Harno mengaku senang mendapatkan pemain berkualitas atau kelas atas. Tapi di sisi lain kondisi klub-klub yang mengalami krisis keuangan belakangan ini juga menjadi kekhawatiran dirinya. “Saya jadi khawatir kalau harga kontrak pemain terlalu tinggi nantinya akan memberatkan klub. Tapi kalau manajemen merasa mampu, ya nggak apa-apa juga,” katanya sembari tertawa
Dengan modal tak kurang dari Rp20 miliar, Persegres berambisi membangun kekuatan baru di Jawa Timur. Sejumlah pemain bintang telah diboyong ke Stadion Tri Dharma, seperti Aldo Baretto, Park Chul Hyung, Dirga Lasut, Siswanto, dan belum termasuk pemain yang masih dalam status incaran.
Bagi Suharno sendiri melatih tim bermodal besar tidak datang setiap musimnya. Malah bisa disebut inilah salah satu momentum terbaik Suharno sejak menjadi pelatih. Sebelumnya, dia lebih dikenal sebagai pelatih tim 'kelas dua' seperti Deltras Sidoarjo, Persiwa Wamena, Persikab Bandung, PSS Sleman, hingga PKT Bontang dan Persis Solo. Hanya Arema yang tercatat sebagai klub besar.
Walau belum pernah menangani sebuah tim kaya, Suharno pantas diacungi jempol karena tidak pernah menganggur sepanjang 22 tahun karirnya sebagai pelatih. Sejak mengawali kesibukan sebagai entrenador 22 tahun silam di Gelora Dewata Bali, dia selalu mendapatkan tawaran dari klub di kompetisi level atas setiap musimnya.
Pada akhirnya, kesempatan untuk mengawal tim yang kompotitif dan berdaya beli besar pun kesampaian. Tapi di sisi lain, kesempatan yang diberikan Persegres bisa menjadi tekanan tersendiri bagi melatih kelahiran Klaten, Jawa Tengah, tersebut. Dia dituntut mengorbitkan Persegres yang musim lalu limbung di papan bawah.
''Saya rasa semua pekerjaan adalah tantangan dan penuh dengan tekanan. Semua pelatih pasti merasakan tekanan atau beban untuk memenuhi target. Saya bersyukur hingga kini masih eksis di kompetisi ISL dan akan berupaya membayar kepercayaan yang diberikan Persegres,” ucapnya dihubungi Jumat (19/10).
Suharno sepakat jika musim ini menjadi momentum yang bagus bagi dirinya karena dipercaya Persegres. Dia menilai ambisi yang diusung Laskar Joko Samudro sangat serius untuk mengembalikan hegemoni Gresik sebagai kota sepakbola yang pernah ditorehkan satu dasawarsa silam.
“Saya menilai Persegres sangat serius. Bahkan kami sudah memulai kegiatan lebih sejak awal. Lebih tepatnya ini momentum yang bagus untuk Persegres, bukan untuk saya. Semoga di kompetisi musim depan persegres mendapatkan hasil sesuai dengan yang diperjuangkan selama ini,” harap Suharno.
Kendati memiliki kemampuan belanja besar, Suharno menyadari situasi finansial sepakbola Indonesia tidak selalu stabil. Dia pun tidak terlalu banyak meminta pemain dengan kontrak besar agar tak terlalu membebani keuangan Persegres yang belum didukung sponsor besar.
“Saya harus tahu kekuatan klub, terutama dalam membangun tim. Bukan hanya kekuatan saat ini, tapi juga efek jangka panjang. Misalnya klub memiliki sekian miliar untuk membeli pemain, maka tidak mungkin kami menghabiskan semua. Karena kami tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya nanti,” beber pelatih yang suka becanda ini.
Tak mengherankan jika Suharno bersikap biasa mendengar keinginan manajemen menggaur pemain sekelas Christian Gonzales dan Greg Nwokolo. Menurutnya dengan atau tanpa salah satu dari kedua pemain itu, dirinya tidak akan menuntut banyak karena nilai kontraknya jelas cukup mahal.
Sebagai pelatih, Harno mengaku senang mendapatkan pemain berkualitas atau kelas atas. Tapi di sisi lain kondisi klub-klub yang mengalami krisis keuangan belakangan ini juga menjadi kekhawatiran dirinya. “Saya jadi khawatir kalau harga kontrak pemain terlalu tinggi nantinya akan memberatkan klub. Tapi kalau manajemen merasa mampu, ya nggak apa-apa juga,” katanya sembari tertawa
(aww)