Gawat, Persebaya IPL SOS

Senin, 28 Januari 2013 - 13:06 WIB
Gawat, Persebaya IPL SOS
Gawat, Persebaya IPL SOS
A A A
Sindonews.com - Pembatalan laga Unity Cup 2013 antara Persebaya IPL melawan tim asal Malaysia Kelantan FA menjadi sinyal bahaya. Kini, Persebaya menyalakan alarm bahaya Save Our Soul (SOS). Siapa yang bertanggung jawab?

Pihak Persebaya masih bungkam terkait pembatalan laga Unity Cup melawan Kelantan FA pada 2 Februari mendatang. Namun, dari pihak Kelantan FA maupun pemegang hak siar memastikan jika Unity Cup tetap digelar. Namun, lawan yang akan dihadapi Kelantan FA bukan Persebaya melainkan juara Indonesian Premier League (IPL) Semen Padang.

Keputusan Kelantan FA memilih Semen Padang bisa jadi lantaran kondisi Persebaya kini sedang mati suri. Sudah hampir tiga pekan Erol Iba dkk tidak berlatih sejak diliburkan tanpa batas waktu mulai Jumat (4/1) lalu. Awalnya, sejumlah pengurus Persebaya berusaha menutupi masalah dengan mengatakan libur dilakukan karena manajemen masih membereskan masalah administrasi tim.

Pemain Persebaya bukan hanya libur latihan, tapi bisa dibilang merupakan aksi mogok masal yang disutradarai CEO Persebaya Gede Widiade. Meski sebenarnya, para pemain ingin berlatih namun tidak bisa berbuat apa-apa karena pelatih Ibnu Grahan juga menuruti perintah Gede.

Pekan lalu, di saat Persebaya sedang sekarat, tiba-tiba Gede justru mengobral uangnya dengan mengakuisisi klub Divisi Utama PT Liga Indonesia PS Mojokerto Putra (MP). Tidak tanggung-tanggung, Gede merogoh kocek sebesar Rp 5 miliar untuk mendapatkan hak pengelolan penuh tim berjuluk The Las Mojo itu.

Sebaliknya, untuk mengeluarkan biaya buat persiapan Persebaya menjelang bergulirnya IPL, Gede sudah menutup dompetnya rapat-rapat. Tidak hanya itu, sejumlah pemain muda Persebaya yang sudah terdaftar di PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) diboyong ke MP. Yaitu kiper Fafa Farista, Aryo Wage, Ambitus Dolus dan striker jebolan PON Jatim, Pradibtya Galuh. Mantan pemain Persebaya seperti Bejo Sugiantoro dan Anak Makruf juga diboyong.

PS MP semakin berwarna Persebaya setelah Gede juga sudah berancang-ancang membawa pelatih kiper Afif Markus ke Mojokerto. Ironisnya lagi, beberapa kali Pelatih Persebaya Ibnu Grahan juga lebih memilih menemani Gede ke Mojokerto daripada memimpin latihan Persebaya. Termasuk ikut menyaksikan pertandingan uji coba antara MP melawan Perserui. Padahal sejumlah pemain sudah berkumpul di Surabaya. .

Meski sebelumnya belum mau buka suara, namun ternyata tindakan Gede memasung Persebaya dan mengakuisisi MP merupakan manuver agar PT LPIS segera mengembalikan uang pribadinya sekitar Rp7 miliar yang terpakai untuk membiayai Persebaya musim lalu "Kita lihat saja sampai pekan depan apa ada jalan keluar atau tidak, " ancam Gede saat berada di Mojokerto, Jumat (25/1).

Memang belum jelas manuver apalagi yang akan dilakukan Gede jika uangnya tidak dikembalikan PT LPIS. Yang pasti uang sebesar itu kecil kemungkinan akan dikembalikan dalam waktu dekat. Masalah bertambah rumit karena dua petinggi Persebaya, Direktur Persebaya Indonesia Cholid Ghoromah dan Komisaris Persebaya Salah Ismail Mukadar terkesan melakukan pembiaran atas manuver Gede.

Kabarnya Gede juga bersitegang dengan Direktur Cholid Ghoromah lantaran ucapan yang dianggap tidak mengenakkan. Pertemuan Cholid dengan Gede di Jakarta juga tidak menghasilkan solusi apa-apa. Sebab, hingga kini belum diketahui pasti kapan Persebaya akan berlatih kembali. Apalagi laga melawan Kelantan FA sudah pasti batal.

Saat ditemui di sela-sela Musprolub PSSI Jatim di Mess Persebaya, Minggu (27/1), Cholid Ghoromah juga enggan bicara masalah Persebaya. "Satu-satu dulu, " elak nya sambil tersenyum lantan pergi tanpa menjelaskan maksud pernyataanya.

Sebelumnya, Cholid mengatakan tidak ada masalah di Persebaya. Berbagai spekulasi muncul dari berbagai pihak melihat kondisi Persebaya saat ini. Sekilas, apa yang terjadi di Persebaya terlihat cukup sederhana. Gede Widiade menuntut uangnya musim lalu dikembalikan PT LPIS dengan melakukan berbagai manuver.

Sementara Cholid maupun Saleh Mukadar memilih bersikap diam. Berbeda ketika kasus Andik Vermansyah akan hengkang dari Persebaya, Saleh langsung turun tangan.

Jika menengok ke belakang, masuknya Gede Widiade ke Persebaya sebenarnya justru dibawa oleh Cholid dan Salah Ismail Mukadar untuk memperbaiki kondisi tim pada putaran kedua IPL musim lalu. Awal Januari 2011, Gede masuk dengan langsung menjabat CEO Persebaya. Padahal di posisi itu sebenarnya sudah ada Dityo Pramono.

Alasan Cholid waktu itu, Dityo menjabat sebagai CEO corporate sedangkan Gede merupakan CEO operasional. Sedangkan di posisi manajer juga terjadi pergantian, Saleh Hanifah masuk mengantikan Edu Harijanto. Adanya "dua matahari" di Persebaya ini awalnya memang tidak bermasalah.

Namun, berjalannya waktu, mulai muncul berbagai persoalan internal. Mulai dari tunggakan gaji pemain selama dua bulan yang terungkap, tuntutan fee pemain dalam laga melawan QPR hingga hadiah runner up IPL yang belum terbayar. Atas berbagai masalah itu, Gede justru lepas tangan dan melempar tanggung jawab ke Dityo Pramono.

Akibatnya, Dityo memilih 'lari' dari Persebaya. "Apa yang terjadi di Persebaya sekarang merupakan imbas dari kondisi sepak bola secara nasional. Gede hanya pion saja, di belakangnya pasti ada lainnya sengaja untuk menciptakan kondisi seperti ini. Pengurus Persebaya busuk semua, " tuding Adi Dwi Cahyono kordinator Bonek Garis Keras.

Entah apa yang sebenarnya sedang dalam tubuh Persebaya. Apakah para petinggi seperti Gede Widade, Cholid Ghoromah dan Saleh Mukadar hanya sekadar bersandiwara. Atau memang sedang "bermain" sendiri-sendiri. Yang pasti, imbasnya membuat nama besar Persebaya kini mulai memudar.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0918 seconds (0.1#10.140)