SFC tidak yakin Menpora berani bubarkan ISL
A
A
A
Sindonews.com - Manajemen Sriwijaya FC (SFC) meragukan pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo yang siap mencabut rekomendasi izin kompetisi Indonesia Super League (ISL). Alasannya, beberapa klub ISL masih menunggak gaji pemain.
Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), Augie Bunyamin, menyatakan, manajemen SFC tidak yakin kalau ISL dibubarkan. Karena melalui statuta dari surat FIFA, bahwa yang berhak mengelola kompetisi itu adalah PT Liga Indonesia.
''Artinya Indonesia Premier League (IPL) yang akan dibubarkan. Kalau IPL dibubarkan, asosiasi dikembalikan pada Djohar Arifin Husin, tetapi yang mengelola kompetisi adalah PT Liga Indonesia. Saya punya keyakinan seperti itu, karena itu semua yang tertulis dalam surat FIFA. Hal yang dilakukan FIFA dan AFC,” katanya.
Berdasarkan hasil dari kongres di Bali, sambung Augie, sebelum Djohar Arifin dilantik, FIFA dan AFC sudah mengatakan bahwa siapapun yang menjadi ketua PSSI, yang berhak mengelola kompetisi adalah PT Liga. Jadi, adanya pertemuan yang sekarang ini bahwa Menpora tetap melihat yang mengelola kompetisi itu PT Liga Indonesia.
''Jadi tidak ada kamusnya kalau ISL yang dibubarkan, kemudian bergabung dengan IPL. Saya sekali lagi tidak yakin kalau ISL dibubarkan. Kalau soal penggabungan ISL dan IPL memang sudah ada wacana, tapi bukan dalam waktu dekat ini,” sambungnya.
Terhadap permasalahan keterlambatan gaji pemain yang menjadi rujukan Menpora, Augie mengakui diakui kalau seluruh klub ISL termasuk SFC sendiri masih menunggak dua bulan gaji. Tapi bedanya, pemain SFC tidak terlalu banyak mengeluh, karena pada saat bulan itu, tidak ada satu menit pun ada pertandingan.
Artinya saat itu semua pemain dalam kondisi putus kontrak dan tidak lagi bermain di dalam kompetisi, artinya masih dalam kewajaran.
''Itu juga sudah kami utarakan pada pemain,bahwa pada saat musim 2013 ini kita dapat subsidi dari PT Liga Indonesia. Kita juga tahu saat subsidi pertama, dibagi dua (50%-50%), subsidi pertama harus dibagikan kepada pemain musim lalu, itu juga kita kembalikan pada PT Liga, bagaimana komitmennya. Dengan adanya dikumpulkan ke Menpora itu salah satu agendanya adalah mengenai hak pemain atau gaji,” tandasnya.
Jadi kalau sanksi itu dikembalikan pada klub dan pemain, Direktur Hotel Swarna Dwipa Palembang ini menambahkan bahwa mungkin itu tidak relevan. Artinya benahi dulu yang diatas, bagaimana klub atau pemain akan mengikuti aturan yang ada, sementara yang di atas masih bertikai.
''Saya rasa semua klub di Indonesia sepakat, tidak akan mau terjadi seperti ini, dualisme kepemimpinan dan klub sendiri sangat rumit dalam melakukan pengurusan izin-izin kerja dan lain-lain.tapi ini harus kita hadapi dan dilalui,” tukasnya lagi.
Sebelumnya, Menpora Roy Suryo mengaku siap mencabut rekomendasi untuk ISL dengan alasan beberapa klub di dalamnya masih menunggak gaji pemain. Tetapi, dia tidak akan langsung mencabut atau membubarkan liga tersebut. Dia baru akan mencabut rekomendasi atau melarangnya jika salah satu liga, dalam hal ini IPL, sudah berjalan.
Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), Augie Bunyamin, menyatakan, manajemen SFC tidak yakin kalau ISL dibubarkan. Karena melalui statuta dari surat FIFA, bahwa yang berhak mengelola kompetisi itu adalah PT Liga Indonesia.
''Artinya Indonesia Premier League (IPL) yang akan dibubarkan. Kalau IPL dibubarkan, asosiasi dikembalikan pada Djohar Arifin Husin, tetapi yang mengelola kompetisi adalah PT Liga Indonesia. Saya punya keyakinan seperti itu, karena itu semua yang tertulis dalam surat FIFA. Hal yang dilakukan FIFA dan AFC,” katanya.
Berdasarkan hasil dari kongres di Bali, sambung Augie, sebelum Djohar Arifin dilantik, FIFA dan AFC sudah mengatakan bahwa siapapun yang menjadi ketua PSSI, yang berhak mengelola kompetisi adalah PT Liga. Jadi, adanya pertemuan yang sekarang ini bahwa Menpora tetap melihat yang mengelola kompetisi itu PT Liga Indonesia.
''Jadi tidak ada kamusnya kalau ISL yang dibubarkan, kemudian bergabung dengan IPL. Saya sekali lagi tidak yakin kalau ISL dibubarkan. Kalau soal penggabungan ISL dan IPL memang sudah ada wacana, tapi bukan dalam waktu dekat ini,” sambungnya.
Terhadap permasalahan keterlambatan gaji pemain yang menjadi rujukan Menpora, Augie mengakui diakui kalau seluruh klub ISL termasuk SFC sendiri masih menunggak dua bulan gaji. Tapi bedanya, pemain SFC tidak terlalu banyak mengeluh, karena pada saat bulan itu, tidak ada satu menit pun ada pertandingan.
Artinya saat itu semua pemain dalam kondisi putus kontrak dan tidak lagi bermain di dalam kompetisi, artinya masih dalam kewajaran.
''Itu juga sudah kami utarakan pada pemain,bahwa pada saat musim 2013 ini kita dapat subsidi dari PT Liga Indonesia. Kita juga tahu saat subsidi pertama, dibagi dua (50%-50%), subsidi pertama harus dibagikan kepada pemain musim lalu, itu juga kita kembalikan pada PT Liga, bagaimana komitmennya. Dengan adanya dikumpulkan ke Menpora itu salah satu agendanya adalah mengenai hak pemain atau gaji,” tandasnya.
Jadi kalau sanksi itu dikembalikan pada klub dan pemain, Direktur Hotel Swarna Dwipa Palembang ini menambahkan bahwa mungkin itu tidak relevan. Artinya benahi dulu yang diatas, bagaimana klub atau pemain akan mengikuti aturan yang ada, sementara yang di atas masih bertikai.
''Saya rasa semua klub di Indonesia sepakat, tidak akan mau terjadi seperti ini, dualisme kepemimpinan dan klub sendiri sangat rumit dalam melakukan pengurusan izin-izin kerja dan lain-lain.tapi ini harus kita hadapi dan dilalui,” tukasnya lagi.
Sebelumnya, Menpora Roy Suryo mengaku siap mencabut rekomendasi untuk ISL dengan alasan beberapa klub di dalamnya masih menunggak gaji pemain. Tetapi, dia tidak akan langsung mencabut atau membubarkan liga tersebut. Dia baru akan mencabut rekomendasi atau melarangnya jika salah satu liga, dalam hal ini IPL, sudah berjalan.
(aww)