Derby belum membelah Bandung
A
A
A
Sindonews.com - Minggu 23 Juni 1996. Laga Persib Bandung kontra Mastrans Bandung Raya (MBR) di Stadion Siliwangi, Bandung, mendadak panas. Tidak seperti tiga pertemuan sebelumnya yang selalu berlangsung ‘salon’ dan berakhir imbang.
Peristiwa kontroversial terjadi selepas jeda babak pertama. Muncul gesekan yang melibatkan Kapten MBR, Adjat Sudrajat dengan Wali Kota Bandung sekaligus Ketua Umum Persib, Wahyu Hamijaya. Insiden tersebut bahkan nyaris membuat kedua tim baku hantam.
Adjat dan Wahyu terlibat perang kata-kata saat kedua tim akan memasuki ruang ganti. Tensi panas dua sosok yang kala itu cukup sentral di masing-masing tim, langsung maupun tidak langsung menjalar ke pertandingan. Jalannya pertandingan babak pertama yang semula berlangsung dalam tempo biasa-biasa saja, di babak kedua mendadak naik.
MBR akhirnya sukses mengalahkan Persib dengan skor tipis 1-0 melalui gol tunggal Peri Sandria. Kemenangan tersebut seolah menjawab kecurigaan banyak pihak yang kerap menuding Persib maupun MBR kerap bermain 'mata’ dengan mencari hasil imbang setiap bertemu.
Apalagi posisi Manajer masing-masing tim, dipegang oleh kakak dan adik. Kubu Persib dipegang Dwi Koernianto yang notabene adalah kakak dari Manajer MBR kala itu, Tri Goestoro. Opini publik tersebut bisa dikatakan terlihat dari animo penonton yang hadir di Stadion. Setiap Persib dan Bandung Raya bentrok, jumlah penonton yang hadir di Stadion Siliwangi, justru menyusut.
Padahal untuk ukuran laga derby seharusnya tempat duduk penuh sesak. Apalagi baik Persib maupun Bandung Raya saat itu, sebenarnya memiliki pendukung masing-masing yang tergolong fanatis.
Setelah 17 tahun berlalu, sejak kedua tim terakhir kali bertemu di babak 12 besar Liga Indonesia musim 1996/1997. Persib dan Bandung Raya kembali akan terlibat duel untuk mempertaruhkan gengsi dan pembuktian siapa yang terbaik di Kota Kembang.
Di atas kertas, Persib jelas berada di atas PBR. Apalagi dukungan Bobotoh dipastikan bakal jauh lebih melimpah dibandingkan Ultras PBR yang jumlahnya hanya sepersekian persen dari Bobotoh Persib yang kerap memadati Stadion Siliwangi.
Karena itu, meski labelnya adalah laga derby. Tapi atmosfer derby mungkin tidak akan lengkap karena suporter Persib yang bertindak sebagai tim tamu bakal jauh lebih mendominasi. Dengan kata lain, derby Bandung ini tidak bisa dikatakan berpotensi 'membelah’ Bandung seperti halnya derby Tangerang antara Persita dan Persikota atau derby Jakarta, Persija dan Persitara yang masing-masing tim memiliki suporter fanatik serta kerap terlibat bentrok.
“Seluruh orang yang akan hadir di Stadion tentu akan lebih mendukung Persib. Kita bersikap realistis saja,”ujar Pelatih PBR, Daniel Darko Janackovic usai memimpin latihan di Stadion Siliwangi, Selasa (12/3).
Peristiwa kontroversial terjadi selepas jeda babak pertama. Muncul gesekan yang melibatkan Kapten MBR, Adjat Sudrajat dengan Wali Kota Bandung sekaligus Ketua Umum Persib, Wahyu Hamijaya. Insiden tersebut bahkan nyaris membuat kedua tim baku hantam.
Adjat dan Wahyu terlibat perang kata-kata saat kedua tim akan memasuki ruang ganti. Tensi panas dua sosok yang kala itu cukup sentral di masing-masing tim, langsung maupun tidak langsung menjalar ke pertandingan. Jalannya pertandingan babak pertama yang semula berlangsung dalam tempo biasa-biasa saja, di babak kedua mendadak naik.
MBR akhirnya sukses mengalahkan Persib dengan skor tipis 1-0 melalui gol tunggal Peri Sandria. Kemenangan tersebut seolah menjawab kecurigaan banyak pihak yang kerap menuding Persib maupun MBR kerap bermain 'mata’ dengan mencari hasil imbang setiap bertemu.
Apalagi posisi Manajer masing-masing tim, dipegang oleh kakak dan adik. Kubu Persib dipegang Dwi Koernianto yang notabene adalah kakak dari Manajer MBR kala itu, Tri Goestoro. Opini publik tersebut bisa dikatakan terlihat dari animo penonton yang hadir di Stadion. Setiap Persib dan Bandung Raya bentrok, jumlah penonton yang hadir di Stadion Siliwangi, justru menyusut.
Padahal untuk ukuran laga derby seharusnya tempat duduk penuh sesak. Apalagi baik Persib maupun Bandung Raya saat itu, sebenarnya memiliki pendukung masing-masing yang tergolong fanatis.
Setelah 17 tahun berlalu, sejak kedua tim terakhir kali bertemu di babak 12 besar Liga Indonesia musim 1996/1997. Persib dan Bandung Raya kembali akan terlibat duel untuk mempertaruhkan gengsi dan pembuktian siapa yang terbaik di Kota Kembang.
Di atas kertas, Persib jelas berada di atas PBR. Apalagi dukungan Bobotoh dipastikan bakal jauh lebih melimpah dibandingkan Ultras PBR yang jumlahnya hanya sepersekian persen dari Bobotoh Persib yang kerap memadati Stadion Siliwangi.
Karena itu, meski labelnya adalah laga derby. Tapi atmosfer derby mungkin tidak akan lengkap karena suporter Persib yang bertindak sebagai tim tamu bakal jauh lebih mendominasi. Dengan kata lain, derby Bandung ini tidak bisa dikatakan berpotensi 'membelah’ Bandung seperti halnya derby Tangerang antara Persita dan Persikota atau derby Jakarta, Persija dan Persitara yang masing-masing tim memiliki suporter fanatik serta kerap terlibat bentrok.
“Seluruh orang yang akan hadir di Stadion tentu akan lebih mendukung Persib. Kita bersikap realistis saja,”ujar Pelatih PBR, Daniel Darko Janackovic usai memimpin latihan di Stadion Siliwangi, Selasa (12/3).
(aww)