Derby Pantura berakhir sama kuat
A
A
A
Sindonews.com - Persegres Gresik meneruskan rekor tak pernah menang dalam sembilan pertandingan di Indonesia Super League (ISL). Menghadapi tim tetangga Persela Lamongan di Stadion Petrokimia, Selasa (9/4), Persegres hanya mampu meraih satu angka setelah hasil imbang 1-1.
Jelas ini debut kurang mengesankan bagi Widodo C. Putro yang baru saja ditunjuk sebagai pelatih Persegres. Unggul dulu di pengujung babak pertama via penalti Shohei Matsunaga, tuan rumah kehilangan angka pada menit 87 setelah striker Mario Costas mencetak gol untuk Persela.
Dalam Derby Pantura (pantai utara) ini kedua pelatih menurunkan komposisi yang mengejutkan. Pelatih Widodo C. Putro menyimpan Gustavo Chena yang selama ini menjadi kekuatan utama Laskar Joko Samudro. Sedangkan Persela justru mengalami perubahan lebih banyak.
Centreback Han Sang Min dipinggirkan dan diganti Djayusman Triasdi. Mario Costas juga disimpan untuk memberi jalan pada pemain muda Fandi Eko Utomo. Paling terasa adalah masuknya debutan Eki Taufik yang menempati pos bek kanan.
Taufik tak bisa berbangga dengan debutnya bersama tim senior Laskar Joko Tingkir. Tacklingnya pada David Faristian menit 44 dan berbuah pinalti untuk Persegres menjadi harga yang dibayar Persela karena menurunkan pemain minim pengalaman.
Secara umum Persegres lebih baik dalam menyusun serangan dan membuka peluang. Kendati tidak banyak peluang yang berpotensi gol, paling tidak mereka berupaya keras menunjukkan siapa pemilik Stadion Petrokimia.
Sedangkan Persela agak kurang gereget dan lambat panas karena macetnya lini tengah. Gustavo Lopez yang biasanya menjadi konduktor timnya, tak begitu menonjol di pertandingan ini walau pada akhirnya menciptakan assist pada gol yang diceploskan Mario Costas. Persela mendapat keuntungan dari kendurnya konsentrasi lini belakang tuan rumah.
Buruknya tangkapan bola kiper Hery Prasetya saat menahan tendangan bebas, berbuah skrimit dan gol Persela. Pelatih Persegres Widodo C. Putro menyesali menurunnya fokus pemain hingga akhirnya harus kehilangan dua angka di kandang pada menit-menit akhir.
"Seharusnya kami lebih waspada dalam situasi unggul. Ada beberapa kesalahan di lini belakang karena menurunnya konsentrasi. Kami bermain bagus dan pantas menang, tapi semuanya hilang karena kesalahan kami sendiri," tutur Widodo C Putro.
Rendahnya naluri mencetak gol juga menjadi catatan pelatih berusia 42 tahun ini. Dari beberapa peluang yang terhidang di depan gawang Persela, tak satu pun yang berbuah gol. "Kurang tenangnya menyelesaikan peluang menjadi masalah yang harus kami tangani," tambahnya.
Sementara, Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto bersyukur timnya terhindar dari kekalahan. Dalam situasi seperti sekarang, menurutnya satu angka sudah memberikan makna penting untuk tim. "Sayang sekali kami harus terkena pinalti di babak pertama," katanya.
"Saya tidak tahu bagaimana prosesnya, yang pasti pinalti itu membuat pemain agak down. Beruntung kami mampu menguasai diri, berupaya bangkit dan mencetak gol di babak kedua," kata Didik.
Dia enggan mengulas kenapa Mario Costas tidak masuk dalam starting line-up. Menurutnya itu murni bagian dari strategi.
Jelas ini debut kurang mengesankan bagi Widodo C. Putro yang baru saja ditunjuk sebagai pelatih Persegres. Unggul dulu di pengujung babak pertama via penalti Shohei Matsunaga, tuan rumah kehilangan angka pada menit 87 setelah striker Mario Costas mencetak gol untuk Persela.
Dalam Derby Pantura (pantai utara) ini kedua pelatih menurunkan komposisi yang mengejutkan. Pelatih Widodo C. Putro menyimpan Gustavo Chena yang selama ini menjadi kekuatan utama Laskar Joko Samudro. Sedangkan Persela justru mengalami perubahan lebih banyak.
Centreback Han Sang Min dipinggirkan dan diganti Djayusman Triasdi. Mario Costas juga disimpan untuk memberi jalan pada pemain muda Fandi Eko Utomo. Paling terasa adalah masuknya debutan Eki Taufik yang menempati pos bek kanan.
Taufik tak bisa berbangga dengan debutnya bersama tim senior Laskar Joko Tingkir. Tacklingnya pada David Faristian menit 44 dan berbuah pinalti untuk Persegres menjadi harga yang dibayar Persela karena menurunkan pemain minim pengalaman.
Secara umum Persegres lebih baik dalam menyusun serangan dan membuka peluang. Kendati tidak banyak peluang yang berpotensi gol, paling tidak mereka berupaya keras menunjukkan siapa pemilik Stadion Petrokimia.
Sedangkan Persela agak kurang gereget dan lambat panas karena macetnya lini tengah. Gustavo Lopez yang biasanya menjadi konduktor timnya, tak begitu menonjol di pertandingan ini walau pada akhirnya menciptakan assist pada gol yang diceploskan Mario Costas. Persela mendapat keuntungan dari kendurnya konsentrasi lini belakang tuan rumah.
Buruknya tangkapan bola kiper Hery Prasetya saat menahan tendangan bebas, berbuah skrimit dan gol Persela. Pelatih Persegres Widodo C. Putro menyesali menurunnya fokus pemain hingga akhirnya harus kehilangan dua angka di kandang pada menit-menit akhir.
"Seharusnya kami lebih waspada dalam situasi unggul. Ada beberapa kesalahan di lini belakang karena menurunnya konsentrasi. Kami bermain bagus dan pantas menang, tapi semuanya hilang karena kesalahan kami sendiri," tutur Widodo C Putro.
Rendahnya naluri mencetak gol juga menjadi catatan pelatih berusia 42 tahun ini. Dari beberapa peluang yang terhidang di depan gawang Persela, tak satu pun yang berbuah gol. "Kurang tenangnya menyelesaikan peluang menjadi masalah yang harus kami tangani," tambahnya.
Sementara, Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto bersyukur timnya terhindar dari kekalahan. Dalam situasi seperti sekarang, menurutnya satu angka sudah memberikan makna penting untuk tim. "Sayang sekali kami harus terkena pinalti di babak pertama," katanya.
"Saya tidak tahu bagaimana prosesnya, yang pasti pinalti itu membuat pemain agak down. Beruntung kami mampu menguasai diri, berupaya bangkit dan mencetak gol di babak kedua," kata Didik.
Dia enggan mengulas kenapa Mario Costas tidak masuk dalam starting line-up. Menurutnya itu murni bagian dari strategi.
(aww)