Pembangunan Sirkuit GP Bahrain kental pelanggaran HAM
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Bahrain yakin penyelenggaraan Formula 1 musim 2013 Grand Prix Bahrain tidak akan terganggu dengan aksi protes massa. Bahkan Bos Formula One, Bernie Ecclestone yakin akan berjalan sukses.
GP Bahrain sempat terhenti tahun lalu setelah aksi protes yang menuntut diberlakukannya pemerintahan yang lebih demokratis berujung pada tewasnya 35 orang warga sipil.Bahkan pihak Federasi Otomotif Internasional, FIA sejauh ini juga belum berkeinginan untuk menghentikan balapan itu.
Grand Prix Bahrain dijadwalkan akan berlangsung Minggu, 21 April akhir pekan ini. Namun, protes serta reaksi negatif warga Bahrain terhadap penyelenggaraan F1 justru semakin gencar. Banyak hal yang melatarbelakangi tuntutan boikot F1 di Bahrain.
Dilansir dari situs independent.co, Selasa (16/4), saat sirkuit dibangun ratusan warga desa menjadi korban akibat kuasa kapitalis. Mereka juga diserang bahkan dilukai oleh Kepolisian Bahrain saat mencoba mempertahankan desanya. Lebih parah lagi, penyerangan yang dilakukan polisi tersebut juga menggunakan bom serta gas air mata.
"Tidak hanya itu, hingga saat ini kepolisian Bahrain masih melakukan pengamanan di pemukiman dekat area sirkuit yang menciptakan rasa takut," ujar Yousif Al Muhafda, juru bicara Bahrain Center of Human Rights.
Kondisi ini juga ditanggapi oleh mantan juara dunia F1, Damon Hill. "Kami ingin menikmati F1, banyak hal positif yang bisa diambil dari balapan tersebut. Tapi berhentilah menyerang sesama. Saya tidak akan berangkat ke Bahrain jika warga Bahrain masih diperlakukan dengan buruk."
Sementara itu, isu pelanggaran HAM ini juga membuat beberapa sponsor menarik kembali kerjasama mereka. Vodafone misalnya, mereka mencabut kembali sponsorship GP Bahrain setelah mengetahui apa yang terjadi.
Pada dasarnya tentu sangat disayangkan jika dibalik megahnya gelaran F1, ratusan orang harus menjadi tumbal dan diperlakukan tidak layak.
GP Bahrain sempat terhenti tahun lalu setelah aksi protes yang menuntut diberlakukannya pemerintahan yang lebih demokratis berujung pada tewasnya 35 orang warga sipil.Bahkan pihak Federasi Otomotif Internasional, FIA sejauh ini juga belum berkeinginan untuk menghentikan balapan itu.
Grand Prix Bahrain dijadwalkan akan berlangsung Minggu, 21 April akhir pekan ini. Namun, protes serta reaksi negatif warga Bahrain terhadap penyelenggaraan F1 justru semakin gencar. Banyak hal yang melatarbelakangi tuntutan boikot F1 di Bahrain.
Dilansir dari situs independent.co, Selasa (16/4), saat sirkuit dibangun ratusan warga desa menjadi korban akibat kuasa kapitalis. Mereka juga diserang bahkan dilukai oleh Kepolisian Bahrain saat mencoba mempertahankan desanya. Lebih parah lagi, penyerangan yang dilakukan polisi tersebut juga menggunakan bom serta gas air mata.
"Tidak hanya itu, hingga saat ini kepolisian Bahrain masih melakukan pengamanan di pemukiman dekat area sirkuit yang menciptakan rasa takut," ujar Yousif Al Muhafda, juru bicara Bahrain Center of Human Rights.
Kondisi ini juga ditanggapi oleh mantan juara dunia F1, Damon Hill. "Kami ingin menikmati F1, banyak hal positif yang bisa diambil dari balapan tersebut. Tapi berhentilah menyerang sesama. Saya tidak akan berangkat ke Bahrain jika warga Bahrain masih diperlakukan dengan buruk."
Sementara itu, isu pelanggaran HAM ini juga membuat beberapa sponsor menarik kembali kerjasama mereka. Vodafone misalnya, mereka mencabut kembali sponsorship GP Bahrain setelah mengetahui apa yang terjadi.
Pada dasarnya tentu sangat disayangkan jika dibalik megahnya gelaran F1, ratusan orang harus menjadi tumbal dan diperlakukan tidak layak.
(wbs)