Edan, Persela hancurkan PSPS 9-1
A
A
A
Sindonews.com - Persela Lamongan mencetak rekor kemenangan terbesar sepanjang Indonesia Super League (ISL). Menjamu PSPS Pekanbaru di Stadion Surajaya, Rabu (12/6) sore, Persela menang dengan skor luar biasa, 9-1. Ini sekaligus rekor kemenangan terbesar dalam sejarah keikutsertaan Persela di ISL.
Lebih jauh, 9-1 adalah rekor skor terbesar di ISL dalam satu pertandingan. Kemenangan ini sungguh tak terduga walau terbaca di menit-menit awal, ketika sudah unggul 2-0 saat pertandingan baru berjalan delapan menit. Taufik Kasrun dan Gustavo Lopez mengawali pesta Laskar Joko Tingkir, sore itu.
Walau tim tamu sempat memperkecil skor melalui gol bunuh diri Djayusman Triasdi, pesta ternyata tidak terhenti. Selanjutnya, Dedi Indra, Mario Costas (tiga gol), Fandi Eko Utomo (dua gol), serta Jimmy Suparno, menggilir gawang PSPS yang semakin terpojok di dasar zona degradasi.
Terlalu sulit membuat kesimpulan, apakah permainan Persela yang sangat bagus atau PSPS yang sangat buruk. Yang jelas tim tamu tidak melakukan banyak hal di lapangan selain memungut bola dari gawang. Pantas menjadi catatan adalah striker Persela Fandi Eko utomo dan Mario Costas.
Mario Costas akhirnya mengakhiri kemarau gol dengan hattrick setelah lama mandul. Bahkan sebagian besar LA Mania, supporter Persela, mungkin sudah tidak ingat lagi kapan dia terakhir mencetak gol. Sedangkan Fandi mencatat produktivitas impresif dengan mencetak empat gol dalam dua laga terakhir.
Fandi sebelumnya memborong gol Persela kala bermain imbang 2-2 di kandang Pelita Bandung Raya. Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto cukup jeli mengamati grafik permainan anak muda ini. Langsung didorong sebagai striker menemani Costas, dia kembali mencetak dua gol ke jala PSPS.
Striker Samsul Arif pun hanya menjadi pemain pengganti dan tidak sempat menemukan jala di laga itu. ''Terima kasih kepada pemain. Kami memang berkomitmen untuk bangkit setelah gagal menang di kandang Pelita Bandung Raya. Ini hasil yang membanggakan,” cetus Didik Ludiyanto selepas laga.
''Saya telah menginstruksikan untuk menekan terus sejak awal pertandingan. Saya tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum posisi Persela di klasemen lebih baik,” lanjutnya. Soal dicadangkannya Samsul Arif, menurut Didik murni karena dia menginginkan ada penyegaran.
Dia menilai Fandi secara mental sangat siap bertarung setelah mencetak dua gol ke gawang PBR. Benar saja, walau berstatus pemain paling muda di tim biru laut, dia terlihat nyaman sepanjang pertandingan dan mencetak dua gol yang cukup apik ke gawang Susanto, kiper PSPS.
Di luar dugaan, pihak PSPS ternyata tidak terlalu terpukul dengan hasil ini. Justru mereka sedikit lega karena skor tidak sampai dua digit atau melebihi 10 gol. ''Saya hanya khawatir skor dua digit karena pemain tidak melakukan apa-apa di lapangan,” tutur pelatih PSPS Afrizal Tanjung.
Dia menyebut faktor persiapan jelang pertandingan yang kurang optimal sebagai biang kekalahan berat timnya. ''Bukan saya mencari kambing hitam, tapi ada banyak pemain saya yang kelelahan. Persela bermain sangat prima dan kami kalah segala-galanya,” aku Afrizal.
Dia juga menuturkan soal keberangkat ke Lamongan yang sempat terganggu, sekaligus banyaknya pemain yang kurang berpengalaman di level
Lebih jauh, 9-1 adalah rekor skor terbesar di ISL dalam satu pertandingan. Kemenangan ini sungguh tak terduga walau terbaca di menit-menit awal, ketika sudah unggul 2-0 saat pertandingan baru berjalan delapan menit. Taufik Kasrun dan Gustavo Lopez mengawali pesta Laskar Joko Tingkir, sore itu.
Walau tim tamu sempat memperkecil skor melalui gol bunuh diri Djayusman Triasdi, pesta ternyata tidak terhenti. Selanjutnya, Dedi Indra, Mario Costas (tiga gol), Fandi Eko Utomo (dua gol), serta Jimmy Suparno, menggilir gawang PSPS yang semakin terpojok di dasar zona degradasi.
Terlalu sulit membuat kesimpulan, apakah permainan Persela yang sangat bagus atau PSPS yang sangat buruk. Yang jelas tim tamu tidak melakukan banyak hal di lapangan selain memungut bola dari gawang. Pantas menjadi catatan adalah striker Persela Fandi Eko utomo dan Mario Costas.
Mario Costas akhirnya mengakhiri kemarau gol dengan hattrick setelah lama mandul. Bahkan sebagian besar LA Mania, supporter Persela, mungkin sudah tidak ingat lagi kapan dia terakhir mencetak gol. Sedangkan Fandi mencatat produktivitas impresif dengan mencetak empat gol dalam dua laga terakhir.
Fandi sebelumnya memborong gol Persela kala bermain imbang 2-2 di kandang Pelita Bandung Raya. Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto cukup jeli mengamati grafik permainan anak muda ini. Langsung didorong sebagai striker menemani Costas, dia kembali mencetak dua gol ke jala PSPS.
Striker Samsul Arif pun hanya menjadi pemain pengganti dan tidak sempat menemukan jala di laga itu. ''Terima kasih kepada pemain. Kami memang berkomitmen untuk bangkit setelah gagal menang di kandang Pelita Bandung Raya. Ini hasil yang membanggakan,” cetus Didik Ludiyanto selepas laga.
''Saya telah menginstruksikan untuk menekan terus sejak awal pertandingan. Saya tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum posisi Persela di klasemen lebih baik,” lanjutnya. Soal dicadangkannya Samsul Arif, menurut Didik murni karena dia menginginkan ada penyegaran.
Dia menilai Fandi secara mental sangat siap bertarung setelah mencetak dua gol ke gawang PBR. Benar saja, walau berstatus pemain paling muda di tim biru laut, dia terlihat nyaman sepanjang pertandingan dan mencetak dua gol yang cukup apik ke gawang Susanto, kiper PSPS.
Di luar dugaan, pihak PSPS ternyata tidak terlalu terpukul dengan hasil ini. Justru mereka sedikit lega karena skor tidak sampai dua digit atau melebihi 10 gol. ''Saya hanya khawatir skor dua digit karena pemain tidak melakukan apa-apa di lapangan,” tutur pelatih PSPS Afrizal Tanjung.
Dia menyebut faktor persiapan jelang pertandingan yang kurang optimal sebagai biang kekalahan berat timnya. ''Bukan saya mencari kambing hitam, tapi ada banyak pemain saya yang kelelahan. Persela bermain sangat prima dan kami kalah segala-galanya,” aku Afrizal.
Dia juga menuturkan soal keberangkat ke Lamongan yang sempat terganggu, sekaligus banyaknya pemain yang kurang berpengalaman di level
(aww)