Persela rindu kembalinya sang 'prosesor' jenius
A
A
A
Sindonews.com - Persela Lamongan menjalani pekan buruk setelah hancur di tur Kalimantan. Kekalahan 3-1 dari Mitra Kukar terasa sangat menyakitkan. Pasalnya, Persela mendapatkan peluang setelah tuan rumah bermain dengan 10 orang. Sekilas ada yang benar-benar hilang di tim Laskar Joko Tingkir.
Ya, siapa kalau bukan sosok Gustavo Lopez. Absennya Lopez membuat Persela limbung di Samarinda dan Tenggarong. Efek hilangnya pemain Argentina yang tengah mengurus KIitas tersebut ternyata lebih parah dari dugaan semula. Ibarat komputer, Persela seperti kehilangan 'prosesor'.
Persela layak berharap Gustavo Lopez bisa cepat kembali sebelum pertandingan berikutnya menjamu Persiba Balikpapan, Rabu (3/7). Persela bakal kurang tenang menghadapi pertandingan karena tidak digelar di Stadion Surajaya yang tengah proses renovasi.
Dua laga ke depan, menjamu Persiba dan Barito Putra, tim kebanggaan LA Mania sementara bakal mengungsi ke Stadion Wilis, Madiun. Jelas sudah, Persela dalam situasi yang tidak menguntungkan, terutama setelah menderita dua kekalahan beruntun di tanah Borneo.
Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto mengakui timnya kehilangan sosok Gustavo Lopez yang selama ini menjadi otak tim. Di pertandingan kontra Mitra Kukar yang seharusnya bisa dimenangkan, tim justru merosot drastis karena tidak bisa menyusun serangan secara sistematis.
''Dia (Gustavo) katanya sudah bisa bermain menghadapi Persiba. Memang sangat sulit jika tim kehilangan salah satu pemain terbaiknya. Apalagi lawan yang dihadapi Persela memang bagus. Kami bahkan tidak memiliki kreatifitas yang memadai untuk memanfaatkan keunggulan pemain,” tutur Didik Ludiyanto.
Persela bermain di bawah form tanpa pemain dengan ciri khas bando di kepalanya tersebut. Gustavo yang biasanya rajin mengumpan, membantu bertahan, sekaligus menyodorkan umpan dan mengeksekusi bola mati, tidak tergantikan siapa pun di lapangan.
Saat kontra Mitra Kukar, tim biru laut kelihatan bakal membawa pulang minimal satu angka setelah Hendra Ridwan dikeluarkan wasit menit 32. Namun siapa sangka satu jam ke depan menjadi antiklimaks bagi Laskar Joko Tingkir. Justru Mitra yang seolah memiliki keunggulan jumlah pemain.
Mental anak-anak Lamongan rontok ketika Hamka Hamzah membuat timnya kembali unggul. Pemandangna yang kontras dengan saat Persela menghabisi PSPS Pekanbaru 9-1 di dua laga sebelumnya. Masalah besar bagi Didik Ludiyanto karena dia harus mengembalikan performa ketika timnya sementara tidak bisa berlaga di kandang sendiri. ''Apa pun situasi dan kondisinya, kami tidak boleh down dan harus bangkit,” cetusnya.
Dia mengakui bertanding di Stadion Wilis tentu sangat berbeda dengan di Stadion Surajaya. Walau kemungkinan tak sedikit LA Mania yang datang ke Madiun, pertandingan nanti jelas tidak bsia disamakan dengan di Surajaya. Beruntungnya, Persela pernah mengungsi ke sana beberapa musim silam.
''Memang Persela pernah bertanding di sana. Tapi kan tidak semua pemain pernah merasakan Stadion Wilis. Jadi saya berharap tim bisa adaptasi dengan situasi dan kondisi di Madiun,” tandas Didik Ludiyanto.
Ya, siapa kalau bukan sosok Gustavo Lopez. Absennya Lopez membuat Persela limbung di Samarinda dan Tenggarong. Efek hilangnya pemain Argentina yang tengah mengurus KIitas tersebut ternyata lebih parah dari dugaan semula. Ibarat komputer, Persela seperti kehilangan 'prosesor'.
Persela layak berharap Gustavo Lopez bisa cepat kembali sebelum pertandingan berikutnya menjamu Persiba Balikpapan, Rabu (3/7). Persela bakal kurang tenang menghadapi pertandingan karena tidak digelar di Stadion Surajaya yang tengah proses renovasi.
Dua laga ke depan, menjamu Persiba dan Barito Putra, tim kebanggaan LA Mania sementara bakal mengungsi ke Stadion Wilis, Madiun. Jelas sudah, Persela dalam situasi yang tidak menguntungkan, terutama setelah menderita dua kekalahan beruntun di tanah Borneo.
Pelatih Caretaker Persela Didik Ludiyanto mengakui timnya kehilangan sosok Gustavo Lopez yang selama ini menjadi otak tim. Di pertandingan kontra Mitra Kukar yang seharusnya bisa dimenangkan, tim justru merosot drastis karena tidak bisa menyusun serangan secara sistematis.
''Dia (Gustavo) katanya sudah bisa bermain menghadapi Persiba. Memang sangat sulit jika tim kehilangan salah satu pemain terbaiknya. Apalagi lawan yang dihadapi Persela memang bagus. Kami bahkan tidak memiliki kreatifitas yang memadai untuk memanfaatkan keunggulan pemain,” tutur Didik Ludiyanto.
Persela bermain di bawah form tanpa pemain dengan ciri khas bando di kepalanya tersebut. Gustavo yang biasanya rajin mengumpan, membantu bertahan, sekaligus menyodorkan umpan dan mengeksekusi bola mati, tidak tergantikan siapa pun di lapangan.
Saat kontra Mitra Kukar, tim biru laut kelihatan bakal membawa pulang minimal satu angka setelah Hendra Ridwan dikeluarkan wasit menit 32. Namun siapa sangka satu jam ke depan menjadi antiklimaks bagi Laskar Joko Tingkir. Justru Mitra yang seolah memiliki keunggulan jumlah pemain.
Mental anak-anak Lamongan rontok ketika Hamka Hamzah membuat timnya kembali unggul. Pemandangna yang kontras dengan saat Persela menghabisi PSPS Pekanbaru 9-1 di dua laga sebelumnya. Masalah besar bagi Didik Ludiyanto karena dia harus mengembalikan performa ketika timnya sementara tidak bisa berlaga di kandang sendiri. ''Apa pun situasi dan kondisinya, kami tidak boleh down dan harus bangkit,” cetusnya.
Dia mengakui bertanding di Stadion Wilis tentu sangat berbeda dengan di Stadion Surajaya. Walau kemungkinan tak sedikit LA Mania yang datang ke Madiun, pertandingan nanti jelas tidak bsia disamakan dengan di Surajaya. Beruntungnya, Persela pernah mengungsi ke sana beberapa musim silam.
''Memang Persela pernah bertanding di sana. Tapi kan tidak semua pemain pernah merasakan Stadion Wilis. Jadi saya berharap tim bisa adaptasi dengan situasi dan kondisi di Madiun,” tandas Didik Ludiyanto.
(aww)