Kembalinya hegemoni sepak bola Jawa Timur

Senin, 16 September 2013 - 00:24 WIB
Kembalinya hegemoni sepak bola Jawa Timur
Kembalinya hegemoni sepak bola Jawa Timur
A A A
Sindonews.com - Setelah sempat porak-poranda karena dualisme kompetisi, dualism klub, hingga krisis finansial, akhirnya Jawa Timur mendapat obat pelipur lara. Musim depan provinsi paling timur di Pulau Jawa ini bakal mengirimkan enam klub di kompetisi Indonesia Super League (ISL).

Promosi yang digenggam Persebaya dan Persik Kediri melengkapi empat tim sebelumnya yang memastikan bertahan di level satu, yakni Persela Lamongan, Persegres Gresik United, Arema Cronous dan Persepam Madura United. Hegemoni Jawa Timur sebagai barometer sepakbola nasional pun bakal kembali.

Jawa Timur sejatinya kehilangan klub yang kemungkinan merosot ke level amatir musim depan, yakni Persema Malang dan Persibno Bojonegoro. Arema IPL dan Persebaya 1927 pun kemungkinan harus raib dari muka bumi, kecuali bersedia merger dengan tim pecahannya.

Namun hilangnya klub-klub Indonesian Premier League (IPL) itu ternyata justru menambah kuantitas tim di kompetisi unifikasi. Praktis, musim depan menjadi sejarah baru bagi Jawa Timur yang mengirimkan kontestan terbanyak sejak era ISL digulirkan.

Jika ISL musim depan beranggotakan 22 klub, maka kontestan dari Jawa Timur mencapai seperempat dari total jumlah kontestan. Apalagi klub-klub yang bertanding nanti adalah mereka yang memiliki tradisi juara dan domain supporter besar, seperti Persik Kediri, Arema Cronous, Persebaya dan Persegres.

Kembalinya Persebaya dan Persik bakal semakin meramaikan kompetisi ISL karena keduanya memiliki basis supporter yang besar. Saya yakin persaingan di kompetisi nanti bakal semakin ramai, terutama di antara klub Jawa Timur sendiri, kata Daniel Roekito, pelatih Persepam Madura United.

Daniel Roekito sendiri sangat akrab dengan sepakbola Jawa Timur karena pernah melatih Arema Malang dan bahkan membawa Persik Kediri juara Divisi Utama 2006 (sebelum era ISL). Namun dia mengingatkan agar situasi persepakbolaan tetap dijaga, terutama jika berkaitan dengan rivalitas supporter.

Akan lebih bagus lagi kalau supporter lebih dewasa dan tidak melakukan hal-hal negatif saat klubnya bertanding. Kalau itu tak diubah, pasti akan mendatangkan kerugian bagi semua pihak, lanjutnya. Ucapan Daniel memang beralasan, sebab permusuhan antar supporter bakal menjadi tantangan terbesar musim depan.

Tercatat hanya Persepam Madura United dan Persegres Gresik yang tidak memiliki rival panas. Sedangkan Arema Cronous, Persik Kediri, Persebaya Surabaya, serta Persela Lamongan memilikii hubungan kurang harmonis. Aremania (supporter Aremania), tak pernah rukun dengan Bonek (Persebaya) dan Persikmania (Persik).

Sedangkan Bonek tidak harmonis dengan Aremania dan LA Mania (supporter Persela Lamingan). Persikmania sendiri mempunyai masa lalu yang kelam dengan Aremania. Situasi inilah yang pantas menjadi bahan pemikiran semua elemen supporter di Jawa Timur.

Rivalitas yang menjurus kekerasan tampaknya masih terlampau sulit diperbaiki. Publik bola tentu ingat pada awal 2013 lalu kala Aremania dan Bonek bentrok di jalan tol Dupak, Surabaya, saat Arema Cronous bertanding di Gresik. Bahkan perseteruan bukan lagi urusan sepakbola di lapangan.

Dari aspek finansial, tampaknya enam klub yang bakal bertarung di ISL cukup menjanjikan atau minimal tidak terancam krisis. Itu jika mengaca pada perjalanan musim ini dengan tidak adanya klub yang menunggak gaji pemain, termasuk klub yang baru promosi yakni Persik Kediri dan Persebaya Surabaya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4195 seconds (0.1#10.140)