Posisi digoyang, Gede tetap putar kompetisi
A
A
A
Sindonews.com - Pengcab PSSI Surabaya di bawah komando I Gede Widiade memang enggan menggunakan APBD. Namun bukan berarti induk organisasi sepak bola di Kota Pahlawan itu tidak butuh perhatian lagi. Sebaliknya, berharap Pemkot ikut dalam melakukan perbaikan fasilitas lapangan.
Saat ini, sedikitnya ada tujuh lapangan sepak bola yang berada di Surabaya membutuhkan perbaikan. Ketujuh lapangan itu digunakan sebagai tempat pertandingan kompetisi internal Pengcab PSSI Surabaya yang sudah bergulir, 7 September lalu.
"Memang tidak semua lapangan bisa digunakan sebagai tempat pertandingan. Sedikitnya ada tujuh
lapangan yang perlu diperbaiki," ujar Gede Widiade.
Sejak Pengcab PSSI Surabaya dipegang Gede, format kompetisi internal memang berubah. Tidak lagi home tournamen yang hanya mengunakan Lapangan Karanggayam dan Stadion Gelora 10 November seperti msim sebelumnya. Melainkan berubah memakai sistem home away. Konsekuensinya, setiap klub harus bertandingan di lapangan sendiri. "Masyarakat di sekitar biar tahu di daerahnya ada pembinaan sepak bola, " ucapnya.
Diakui Gede, sebelum memakai sistem home, sempat ada keraguan kompetisi tidak bisa maksimal karena kondisi lapangan tidak layak.
"Memang kekhawatiran itu muncul. Namun tetap saya putar agar masyarakat maupun Pemkot tahu bahwa lapangan butuh diperbaiki. Jika tidak dipakai pertandingan, malah nanti tidak ada yang tahu. Mudah-mudahan Walikota Surabaya memberikan perhatian untuk memperbaiki fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola," ucapnya.
Mantan Manajer Persebaya IPL itu yakin Pemkot akan memberikan perhatian. Sebab, selain Pengcab PSSI tidak lagi memakai dana APBD, animo masyarakat menonton pertandingan juga cukup tinggi. "Di
Lapangan Karangayam paling banyak hanya 200 orang. Tapi lapangan mereka sendiri (klub internal) jumlahnya lebih banyak. Untuk itu kita berharap segera lapangan diperbaiki karena masih ada yang berdebu. Tidak perlu langsung semua tapi bertahap, biar masyarakat bisa memakainya,''harapnya.
Sayangnya, harapan Gede membangun gairah pembinaan sepak bola di Surabaya masih sedikit tersendat. Sebab, Pengcab PSSI lama di bawah pimpinan Cholid Ghoromah masih belum rela. Terbukti, beberapa klub internal justru mulai melakukan gerakan mundur dari kompetisi internal.
"Saya ini sederhana saja, kalau mau ikut kompetisi silakan. Yang penting jangan bersikap mendua. Seperti dua sekolahan, sama-sama ada biarkan masyarakat yang menilai sekolah mana yang bagus,"ucapnya.
Meski posisinya mulai digoyang, Gede juga tidak khawatir. Bahkan dia tetap nekad akan terus memutar kompetisi internal hingga akhir musim. "Kalaupun ada empat klub tetap saya putar. Sekarang sudah kelihatan ada 14 klub yang sudah silakan tetap diputar. Kecuali kalau mandat PSSI Jatim dicabut, saya tidak bisa apa-apa, " ujarnya.
Saat ini, Pengcab PSSI Surabaya di bawah Gede Widiade masih tetap berkantor di salah satu ruangan Gelora 10 November. Sedangkan PSSI Surabaya versi Cholid Ghoromah menguasai Wisma Karanggayam. Namun tidak ada aktivitas, termasuk kompetisi internal yang belum bergulir.
Saat ini, sedikitnya ada tujuh lapangan sepak bola yang berada di Surabaya membutuhkan perbaikan. Ketujuh lapangan itu digunakan sebagai tempat pertandingan kompetisi internal Pengcab PSSI Surabaya yang sudah bergulir, 7 September lalu.
"Memang tidak semua lapangan bisa digunakan sebagai tempat pertandingan. Sedikitnya ada tujuh
lapangan yang perlu diperbaiki," ujar Gede Widiade.
Sejak Pengcab PSSI Surabaya dipegang Gede, format kompetisi internal memang berubah. Tidak lagi home tournamen yang hanya mengunakan Lapangan Karanggayam dan Stadion Gelora 10 November seperti msim sebelumnya. Melainkan berubah memakai sistem home away. Konsekuensinya, setiap klub harus bertandingan di lapangan sendiri. "Masyarakat di sekitar biar tahu di daerahnya ada pembinaan sepak bola, " ucapnya.
Diakui Gede, sebelum memakai sistem home, sempat ada keraguan kompetisi tidak bisa maksimal karena kondisi lapangan tidak layak.
"Memang kekhawatiran itu muncul. Namun tetap saya putar agar masyarakat maupun Pemkot tahu bahwa lapangan butuh diperbaiki. Jika tidak dipakai pertandingan, malah nanti tidak ada yang tahu. Mudah-mudahan Walikota Surabaya memberikan perhatian untuk memperbaiki fasilitas olahraga seperti lapangan sepak bola," ucapnya.
Mantan Manajer Persebaya IPL itu yakin Pemkot akan memberikan perhatian. Sebab, selain Pengcab PSSI tidak lagi memakai dana APBD, animo masyarakat menonton pertandingan juga cukup tinggi. "Di
Lapangan Karangayam paling banyak hanya 200 orang. Tapi lapangan mereka sendiri (klub internal) jumlahnya lebih banyak. Untuk itu kita berharap segera lapangan diperbaiki karena masih ada yang berdebu. Tidak perlu langsung semua tapi bertahap, biar masyarakat bisa memakainya,''harapnya.
Sayangnya, harapan Gede membangun gairah pembinaan sepak bola di Surabaya masih sedikit tersendat. Sebab, Pengcab PSSI lama di bawah pimpinan Cholid Ghoromah masih belum rela. Terbukti, beberapa klub internal justru mulai melakukan gerakan mundur dari kompetisi internal.
"Saya ini sederhana saja, kalau mau ikut kompetisi silakan. Yang penting jangan bersikap mendua. Seperti dua sekolahan, sama-sama ada biarkan masyarakat yang menilai sekolah mana yang bagus,"ucapnya.
Meski posisinya mulai digoyang, Gede juga tidak khawatir. Bahkan dia tetap nekad akan terus memutar kompetisi internal hingga akhir musim. "Kalaupun ada empat klub tetap saya putar. Sekarang sudah kelihatan ada 14 klub yang sudah silakan tetap diputar. Kecuali kalau mandat PSSI Jatim dicabut, saya tidak bisa apa-apa, " ujarnya.
Saat ini, Pengcab PSSI Surabaya di bawah Gede Widiade masih tetap berkantor di salah satu ruangan Gelora 10 November. Sedangkan PSSI Surabaya versi Cholid Ghoromah menguasai Wisma Karanggayam. Namun tidak ada aktivitas, termasuk kompetisi internal yang belum bergulir.
(aww)