Kantong terisi, ekspektasi tak terkendali
A
A
A
Sindonews.com — Arema Cronous musim ini tak ubahnya klub-klub Eropa yang kaya mendadak. Kantong terisi, mendatangkan pelatih dan pemain level wahid, langsung berambisi juara secara instan. Sebenarnya ekspektasi supporter yang demikian itu sangat wajar.
Namun tak semua menyadari bahwa semua harus melalui sebuah proses. Arema Cronous bagaimana pun ‘tim baru’ hasil perpaduan tim Pelita Jaya dan Arema Indonesia. Aremania berharap pelatih Rahmad Darmawan menjadi tukang sulap yang menjadikan tim langsung juara.
Alasan utama Aremania berharap juara adalah fakta bahwa tim Arema adalah gugusan bintang dengan kontrak mahal. Memiliki skuad macam Christian Gonzales, Beto Goncalves, Greg Nwokolo, Hasyim Kipuw, hingga Kayamba Gumbs, Aremania merasa timnya layak juara.
Memang, Arema Cronous adalah tim paling serius dalam membangun kekuatan musim ini. Guyuran duit puluhan milyar bahkan membuat Arema menjadi tim terkaya di Indonesia Super League (ISL). Kondisi inilah yang langsung berimplikasi pada tak terkendalinya ekspektasi supporter.
Seakan tidak ingat musim sebelumnya yang berjibaku di papan bawah, Aremania sudah emosional ketika Singo Edan gagal menjuarai turnamen pra musim seperti Inter Island Cup, Trofeo Persija, serta Piala Gubernur. Kegelisahan semakin menjadi ketika menyadari Arema kalah superior disbanding Persipura Jayapura.
Lantas, gagal atau berhasilkah Arema Cronous dengan merebut posisi runner up musim ini? Tergantung sudut pandang mana yang dipakai. Jika berpikir pada jangka panjang, Arema berhasil karena telah menapaki fase bagus musim ini dan mencatat progress memukau disbanding musim sebelumnya.
Paling tidak ada harapan besar tim yang bersarang di Stadion Kanjuruhan ini lebih baik musim depan. Paling tidak ada pondasi kokoh yang dibuat manajemen serta pelatih untuk menapak di level lebih tinggi musim depan. Namun Arema juga bisa dipandang gagal jika hanya berpikir pada prestasi instant, karena gelar juara tak mampir di Malang.
Ada berbagai plus-minus jika berbicara Arema dari berbagai aspek musim ini. Gagal atau tidaknya klub memang terus menjadi perdebatan. Di bawah ini adalah rekaman semusim Arema yang mungkin bisa menjadi sudut pandang;
-Sehat Finansial
Berawal dari tim yang defisit milyaran rupiah tiap musim setelah ditinggal PT Bentoel Prima, Arema Cronous tiba-tiba menjadi klub kaya dengan masuknya PT Pelita Cronous. Masuknya Pelita memberikan perubahan drastis di wajah Singo Edan. Selain mendapatkan guyuran dana melimpah, Arema juga mendapatkan banyak pemain berkelas limpahan dari tim pelita Jaya tanpa harus berebut di bursa transfer. Plus pelatih domestik nomor satu Rahmad Darmawan. Bahkan sebelum musim dimulai pun publik bola sudah sepakat bahwa Arema adalah salah satu pemburu serius trofi ISL 2013. Arema musim ini jelas bukan Arema sebelumnya yang menunggak gaji pemain dan terseok-seok nyaris degradasi. Dari aspek finansial, Singo Edan menunjukkan prospek gemilang untuk musim berikutnya.
-Tantangan Bintang
Aremania boleh menyebut Rahmad Darmawan adalah pelatih bermental juara dan harusnya bisa membawa gelar di musim pertamanya bersama Arema. Namun situasinya tidak semudah itu. Pelatih asal Lampung itu menghadapi kendala serius dalam menyatukan dua tim yang baru bergabung beberapa bulan. Secara logika, sebuah tim saja tidak berani mengubah komposisi secara drastis demi menjaga soliditas untuk musim berikut. Sedangkan Arema justru kedatangan pemain yang masih asing dengan suasana Kanjuruhan. Ditambah lagi Rahmad Darmawan harus menyatukan pemain-pemain dengan label bintang. Itu sangat tidak mudah karena ego mereka jauh lebih tinggi dibanding pemain dengan kualitas biasa. Sangat jelas bahwa Arema Cronous membutuhkan proses yang tidak singkat untuk melengketkan pemain Pelita Jaya dengan Arema Indonesia. Mungkin itu juga menjadi alasan kenapa pelatih lebih sering menurunkan mayoritas bekas pemain Pelita Jaya.
-Bakat Belum Berguna
Bersatunya Pelita Jaya dan Arema Indonesia membuat Kanjuruhan dipenuhi pemain-pemain muda dengan bakat luar biasa. Sayang banyaknya bintang di tim utama Arema tak member kesempatan pemain muda untuk bernafas. Pemain belia macam Reza Mustofa, Yericho Kristiantoko, Irsyad Maulana, I Made Wardana, Yandi Sofyan, hingga Engelberd Sani, tak mendapatkan banyak kesempatan dan malah beberapa di antaranya tak pernah sekalipun tampil di ISL.Kesempatan bagi mereka hanyalah di kompetisi pra musim, karena pada 2013 tidak ada kompetisi kedua alias Piala Indonesia yang bisa dijadikan kesempatan melakukan rotasi. Rahmad Darmawan pun posisinya sulit untuk memainkan pemain minim pengalaman di ISL, karena dirinya juga dalam tekanan dan tanggungjawab besar memperoleh hasil sempurna di tiap pertandingan. Tentunya dia tak akan mengambil risiko memainkan pemain yang belum teruji.
-Tim Inkonsisten
Standar performa Arema Cronous musim ini belum sepenuhnya stabil sepanjang musim. Kalah tujuh kali di ISL 2013 jelas belum memenuhi syarat sebagai salah satu tim pemburu gelar juara. Labilnya permainan Arema membuat mereka belum mendapatkan satu syarat menjadi tim juara, yakni mengalahkan tim kecil dan minimal menahan tim besar. Kalah di kandang klub sekelas Barito Putra, PSPS Pekanbaru, Persiba Balikpapan, jelas tak menjanjikan. Sementara Arema juga terjungkal di kandang pesaing berat macam Persipura Jayapura, Persib Bandung, Mitra Kukar dan Sriwijaya FC. Secara umum, performa seperti itu masih jauh dari persyaratan untuk menjadi kampiun, apalagi jika dibandingkan dengan sang juara Persipura Jayapura.
-Aremania Lepas Kontrol
Supporter Aremania musim ini agak lepas kontrol di tribun, terutama dengan datangnya sanksi Komisi Disiplin (Komdis) terkait pemakaian flare dan kembang api hingga menganggu pertandingan. Pada awal musim, Aremania agak bandel dan terus bersikukuh bahwa flare tidak illegal di sepakbola. Namun setelah mendapatkan sanksi dan terbukti asap kembang api menganggu pertandingan, mereka kemudian insyaf dan tidak terlihat lagi banyak flare di penghujung musim.
Namun tak semua menyadari bahwa semua harus melalui sebuah proses. Arema Cronous bagaimana pun ‘tim baru’ hasil perpaduan tim Pelita Jaya dan Arema Indonesia. Aremania berharap pelatih Rahmad Darmawan menjadi tukang sulap yang menjadikan tim langsung juara.
Alasan utama Aremania berharap juara adalah fakta bahwa tim Arema adalah gugusan bintang dengan kontrak mahal. Memiliki skuad macam Christian Gonzales, Beto Goncalves, Greg Nwokolo, Hasyim Kipuw, hingga Kayamba Gumbs, Aremania merasa timnya layak juara.
Memang, Arema Cronous adalah tim paling serius dalam membangun kekuatan musim ini. Guyuran duit puluhan milyar bahkan membuat Arema menjadi tim terkaya di Indonesia Super League (ISL). Kondisi inilah yang langsung berimplikasi pada tak terkendalinya ekspektasi supporter.
Seakan tidak ingat musim sebelumnya yang berjibaku di papan bawah, Aremania sudah emosional ketika Singo Edan gagal menjuarai turnamen pra musim seperti Inter Island Cup, Trofeo Persija, serta Piala Gubernur. Kegelisahan semakin menjadi ketika menyadari Arema kalah superior disbanding Persipura Jayapura.
Lantas, gagal atau berhasilkah Arema Cronous dengan merebut posisi runner up musim ini? Tergantung sudut pandang mana yang dipakai. Jika berpikir pada jangka panjang, Arema berhasil karena telah menapaki fase bagus musim ini dan mencatat progress memukau disbanding musim sebelumnya.
Paling tidak ada harapan besar tim yang bersarang di Stadion Kanjuruhan ini lebih baik musim depan. Paling tidak ada pondasi kokoh yang dibuat manajemen serta pelatih untuk menapak di level lebih tinggi musim depan. Namun Arema juga bisa dipandang gagal jika hanya berpikir pada prestasi instant, karena gelar juara tak mampir di Malang.
Ada berbagai plus-minus jika berbicara Arema dari berbagai aspek musim ini. Gagal atau tidaknya klub memang terus menjadi perdebatan. Di bawah ini adalah rekaman semusim Arema yang mungkin bisa menjadi sudut pandang;
-Sehat Finansial
Berawal dari tim yang defisit milyaran rupiah tiap musim setelah ditinggal PT Bentoel Prima, Arema Cronous tiba-tiba menjadi klub kaya dengan masuknya PT Pelita Cronous. Masuknya Pelita memberikan perubahan drastis di wajah Singo Edan. Selain mendapatkan guyuran dana melimpah, Arema juga mendapatkan banyak pemain berkelas limpahan dari tim pelita Jaya tanpa harus berebut di bursa transfer. Plus pelatih domestik nomor satu Rahmad Darmawan. Bahkan sebelum musim dimulai pun publik bola sudah sepakat bahwa Arema adalah salah satu pemburu serius trofi ISL 2013. Arema musim ini jelas bukan Arema sebelumnya yang menunggak gaji pemain dan terseok-seok nyaris degradasi. Dari aspek finansial, Singo Edan menunjukkan prospek gemilang untuk musim berikutnya.
-Tantangan Bintang
Aremania boleh menyebut Rahmad Darmawan adalah pelatih bermental juara dan harusnya bisa membawa gelar di musim pertamanya bersama Arema. Namun situasinya tidak semudah itu. Pelatih asal Lampung itu menghadapi kendala serius dalam menyatukan dua tim yang baru bergabung beberapa bulan. Secara logika, sebuah tim saja tidak berani mengubah komposisi secara drastis demi menjaga soliditas untuk musim berikut. Sedangkan Arema justru kedatangan pemain yang masih asing dengan suasana Kanjuruhan. Ditambah lagi Rahmad Darmawan harus menyatukan pemain-pemain dengan label bintang. Itu sangat tidak mudah karena ego mereka jauh lebih tinggi dibanding pemain dengan kualitas biasa. Sangat jelas bahwa Arema Cronous membutuhkan proses yang tidak singkat untuk melengketkan pemain Pelita Jaya dengan Arema Indonesia. Mungkin itu juga menjadi alasan kenapa pelatih lebih sering menurunkan mayoritas bekas pemain Pelita Jaya.
-Bakat Belum Berguna
Bersatunya Pelita Jaya dan Arema Indonesia membuat Kanjuruhan dipenuhi pemain-pemain muda dengan bakat luar biasa. Sayang banyaknya bintang di tim utama Arema tak member kesempatan pemain muda untuk bernafas. Pemain belia macam Reza Mustofa, Yericho Kristiantoko, Irsyad Maulana, I Made Wardana, Yandi Sofyan, hingga Engelberd Sani, tak mendapatkan banyak kesempatan dan malah beberapa di antaranya tak pernah sekalipun tampil di ISL.Kesempatan bagi mereka hanyalah di kompetisi pra musim, karena pada 2013 tidak ada kompetisi kedua alias Piala Indonesia yang bisa dijadikan kesempatan melakukan rotasi. Rahmad Darmawan pun posisinya sulit untuk memainkan pemain minim pengalaman di ISL, karena dirinya juga dalam tekanan dan tanggungjawab besar memperoleh hasil sempurna di tiap pertandingan. Tentunya dia tak akan mengambil risiko memainkan pemain yang belum teruji.
-Tim Inkonsisten
Standar performa Arema Cronous musim ini belum sepenuhnya stabil sepanjang musim. Kalah tujuh kali di ISL 2013 jelas belum memenuhi syarat sebagai salah satu tim pemburu gelar juara. Labilnya permainan Arema membuat mereka belum mendapatkan satu syarat menjadi tim juara, yakni mengalahkan tim kecil dan minimal menahan tim besar. Kalah di kandang klub sekelas Barito Putra, PSPS Pekanbaru, Persiba Balikpapan, jelas tak menjanjikan. Sementara Arema juga terjungkal di kandang pesaing berat macam Persipura Jayapura, Persib Bandung, Mitra Kukar dan Sriwijaya FC. Secara umum, performa seperti itu masih jauh dari persyaratan untuk menjadi kampiun, apalagi jika dibandingkan dengan sang juara Persipura Jayapura.
-Aremania Lepas Kontrol
Supporter Aremania musim ini agak lepas kontrol di tribun, terutama dengan datangnya sanksi Komisi Disiplin (Komdis) terkait pemakaian flare dan kembang api hingga menganggu pertandingan. Pada awal musim, Aremania agak bandel dan terus bersikukuh bahwa flare tidak illegal di sepakbola. Namun setelah mendapatkan sanksi dan terbukti asap kembang api menganggu pertandingan, mereka kemudian insyaf dan tidak terlihat lagi banyak flare di penghujung musim.
(wbs)