Dua Singo memanas
A
A
A
Sindonews.com --Jelang kompetisi unifikasi, perseteruan antara klub yang pernah terlibat dualisme kembali mengapung ke permukaan. Arema Cronous dan Arema IPL, mulai terlibat perang urat syaraf terkait siapa yang berhak mengikuti kompetisi unifikasi.
Melihat perkembangan terakhir, sebenarnya terlalu mudah diprediksi bahwa Arema Cronous bakal tetap bermain di kompetisi resmi musim depan. Salah satu sebabnya adalah kendali kompetisi yang dipegang PT Liga Indonesia (LI) sekaligus matinya Indonesian Premier League (IPL).
Arema Cronous yang menjadi pesakitan saat IPL masih berjaya sebagai kompetisi yang diakui PSSI, kini justru berada di posisi menguntungkan. Penghapusan IPL sekaligus operatornya PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) musim depan sudah menjadi pertanda bahwa Arema IPL ikut hangus.
Tapi dengan sisa-sisa kekuatannya, Arema IPL yang bermarkas di Stadion Gajayana berupaya memanaskan kembali persoalan itu. Manajemen klub tetap mengklaim dirinya sebagai Arema yang asli, berdasarkan pengakuan PSSI pada 2011 silam. Masalah ini ibarat api dalam sekam yang kembali menyala.
Dengan lantang Manajer Arema IPL Haris Fambudi menyatakan Arema IPL secara legalitas masih sah, dengan menyodorkan bukti keikutsertaan di AFC Cup 2012 silam. "Sudah jelas bahwa Arema IPL secara legalitas paling sah untuk mengikuti liga unifikasi musim depan," cetus Haris.
"Kekuatan hukum tidak bisa diubah begitu saja dengan peralihan kekuasaan. PSSI harus tetap menghormati dan menjalankan keputusan bahwa Arema IPL paling sah. Kan lucu kalau kami sudah bermain di AFC Cup tahu lalu kemudian dianggap klub yang tidak sah," tuturnya.
Dia tidak peduli apakah nanti Arema menggunakan dasar legalitas yang baru setelah merger dengan Pelita Jaya. Yang terpenting menurutnya adalah Arema IPL tetap berupaya ikut andil di liga unifikasi 2014 dengan mengikuti verifikasi yang dilakukan PT Liga Indonesia (LI).
Haris juga tidak mempersoalkan terbuangnya Arema IPL dari IPL yang beralih format menjadi play-off. Menurutnya itu tidak akan menyurutkan klubnya untuk mengikuti verifikasi, seperti Semen Padang yang juga tidak dilibatkan dalam babak play-off.
Komentar Arema IPL tentu saja menyulut tensi pihak Kanjuruhan alias Arema Cronous. Merasa mendapat dukungan total dari Aremania sekaligus PT LI sebagai operator ISL, Arema Cronous menganggap klaim Arema IPL tersebut hanyalah gertak sambal.
"Memangnya Arema IPL punya apa? Supporter saja tidak punya. Dikeluarkan dari kompetisi IPL kan sudah membuktikan kalau mereka sudah mati," sergah CEO Arema Cronous Iwan Budianto. Menanggapi klaim tersebut bagi Iwan hanyalah menghabiskan energi.
"Publik dan otoritas sepakbola semua sudah paham kok mana klub yang layak bermain di liga unifikasi nanti. Tunggu saja buktinya musim depan," imbuhnya. Arema Cronous sekilas menjadi salah satu klub 'kesayangan' PT LI jika mengintip ke masa silam.
Ketika Arema yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan tidak diakui PT LPIS, eksistensi mereka tetap dipertahankan PT LI di kompetisi ISL 2011-2012. Dalam keadaan krisis finansial dan masa depan yang tidak jelas saat itu, Arema tetap berjalan walau sempat menghadapi ancaman degradasi.
Melihat perkembangan terakhir, sebenarnya terlalu mudah diprediksi bahwa Arema Cronous bakal tetap bermain di kompetisi resmi musim depan. Salah satu sebabnya adalah kendali kompetisi yang dipegang PT Liga Indonesia (LI) sekaligus matinya Indonesian Premier League (IPL).
Arema Cronous yang menjadi pesakitan saat IPL masih berjaya sebagai kompetisi yang diakui PSSI, kini justru berada di posisi menguntungkan. Penghapusan IPL sekaligus operatornya PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) musim depan sudah menjadi pertanda bahwa Arema IPL ikut hangus.
Tapi dengan sisa-sisa kekuatannya, Arema IPL yang bermarkas di Stadion Gajayana berupaya memanaskan kembali persoalan itu. Manajemen klub tetap mengklaim dirinya sebagai Arema yang asli, berdasarkan pengakuan PSSI pada 2011 silam. Masalah ini ibarat api dalam sekam yang kembali menyala.
Dengan lantang Manajer Arema IPL Haris Fambudi menyatakan Arema IPL secara legalitas masih sah, dengan menyodorkan bukti keikutsertaan di AFC Cup 2012 silam. "Sudah jelas bahwa Arema IPL secara legalitas paling sah untuk mengikuti liga unifikasi musim depan," cetus Haris.
"Kekuatan hukum tidak bisa diubah begitu saja dengan peralihan kekuasaan. PSSI harus tetap menghormati dan menjalankan keputusan bahwa Arema IPL paling sah. Kan lucu kalau kami sudah bermain di AFC Cup tahu lalu kemudian dianggap klub yang tidak sah," tuturnya.
Dia tidak peduli apakah nanti Arema menggunakan dasar legalitas yang baru setelah merger dengan Pelita Jaya. Yang terpenting menurutnya adalah Arema IPL tetap berupaya ikut andil di liga unifikasi 2014 dengan mengikuti verifikasi yang dilakukan PT Liga Indonesia (LI).
Haris juga tidak mempersoalkan terbuangnya Arema IPL dari IPL yang beralih format menjadi play-off. Menurutnya itu tidak akan menyurutkan klubnya untuk mengikuti verifikasi, seperti Semen Padang yang juga tidak dilibatkan dalam babak play-off.
Komentar Arema IPL tentu saja menyulut tensi pihak Kanjuruhan alias Arema Cronous. Merasa mendapat dukungan total dari Aremania sekaligus PT LI sebagai operator ISL, Arema Cronous menganggap klaim Arema IPL tersebut hanyalah gertak sambal.
"Memangnya Arema IPL punya apa? Supporter saja tidak punya. Dikeluarkan dari kompetisi IPL kan sudah membuktikan kalau mereka sudah mati," sergah CEO Arema Cronous Iwan Budianto. Menanggapi klaim tersebut bagi Iwan hanyalah menghabiskan energi.
"Publik dan otoritas sepakbola semua sudah paham kok mana klub yang layak bermain di liga unifikasi nanti. Tunggu saja buktinya musim depan," imbuhnya. Arema Cronous sekilas menjadi salah satu klub 'kesayangan' PT LI jika mengintip ke masa silam.
Ketika Arema yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan tidak diakui PT LPIS, eksistensi mereka tetap dipertahankan PT LI di kompetisi ISL 2011-2012. Dalam keadaan krisis finansial dan masa depan yang tidak jelas saat itu, Arema tetap berjalan walau sempat menghadapi ancaman degradasi.
(wbs)