Nih, alasan GP AS kalah bersaing dengan 'American Football'

Rabu, 20 November 2013 - 03:00 WIB
Nih, alasan GP AS kalah bersaing dengan American Football
Nih, alasan GP AS kalah bersaing dengan 'American Football'
A A A
Sindonews.com - Ajang balapan Grand Prix Formula 1 Amerika Serikat memang telah sukses digelar pada Senin (18/11) dini hari lalu. Namun, terdapat beberapa catatan yang menyertai suksesnya gelaran balap jet darat di Austin, Texas, tersebut.

Negara adidaya itu memiliki beberapa sirkuit balap di beberapa kota, namun hanya Circuit of the Americas, yang satu-satunya menjadi sirkuit untuk F1. Sirkuit tersebut memberikan landasan yang menarik untuk olahraga ini di AS, akan tetapi tak satu promotor pun yang mampu untuk mengembangkannya.

Bahkan, Austin, yang dikenal sebagai "The City Weirdest In Texas", F1 harus berjuang keras untuk menyedot animo penonton. Pasalnya, gelaran kemarin harus berkonfrontasi dengan ajang olahraga yang paling diminati di AS yakni rugby (American Football). Ketika tahap kualifikasi, F1 harus bersaing dengan laga University of Texas melawan Oklahoma State. Lalu harus bertatapan dengan pelaksanaan NFL pada saat balap dimulai.

Tiga hari kehadiran diumumkan bahwa GP Austin 'hanya' menyedot 250.324 penoton, yang itu berarti mengalami penurunan 6 persen dari acara perdana tahun lalu. Meskipun begitu, GP Austin tetap menjadi salah satu momen yang paling dinanti.

Selanjutnya, ditemukan alasan utama kenapa ajang GP Austin kurang diminati oleh masyarakat AS. Ternyata, 'sepi'-nya minat publik AS untuk menghadiri balap F1 secara langsung dikarenakan tidak adanya tim atau pembalap yang berasal dari negara yang dipimpin oleh Barrack Obama tersebut.

Upaya untuk membentuk tim yang berbasis di AS dengan pabrik di Charlotte, North Carolina, tiga tahun lalu, gagal. Lalu belum ada pembalap AS di sirkuit F1, setelah Scott Speed meninggalkan F1 pada 2007, yang kemudian banting setir ke ajang Nascar.

Beranjak dari hal tersebut, Bernie Ecclestone pun mengungkapkan, jika ingin F1 tumbuh berkembang di AS, maka yang mereka butuhkan adalah mengembangkan pembalap dari AS yang bisa menonjol atau paling tidak bisa kompetitif.

Sementara itu, Mario Andretti, yang mendapat kehormatan untuk menyerahkan trofi kepada pemenang GP Austin, Sebastian Vettel, tetap menjadi pembalap F1 terbaik asal AS. Pria keturunan Italia itu menjadi pembalap AS yang terakhir meraih gelar juara dunia F1 (pada 1978).
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3520 seconds (0.1#10.140)