Transfer terburuk putaran pertama ISL
A
A
A
Sindonews.com - Putaran pertama Indonesia Super League (ISL) telah dilewati tim-tim Jawa Timur. Sejauh ini empat tim Jawa Timur sudah menyelesaikan 10 pertandingan di fase pertama, tinggal menyisakan pertandingan tunda antara Arema Cronus lawan Persegres Gresik United di Stadion Kanjuruhan 8 Mei mendatang.
Selama berjibaku di putaran pertama, kinerja pemain tentu menjadi sorotan utama terutama terkait kinerjanya didalam tim. Skuat bakal kembali melakukan evaluasi demi perbaikan untuk fase selanjutnya. Tuntasnya episode pertama ISL bisa menjadi acuan bagaimana nasib pemain bersama tim pada putaran selanjutnya.
Dari sejumlah transfer yang dilakukan tim ISL Jawa Timur, tak semuanya mendatangkan kontribusi yang diharapkan. Ada sejumlah pemain matang dan berpengalaman justru harus melewati separuh musim dengan kekecewaan. Selain dihampiri cedera, performa yang menurun menjadi salah satu penyebab.
Secara statistik maupun kontribusi dalam mengangkat pamor tim, tercatat ada beberapa keputusan buruk yang diambil ketika memboyong pemain dalam bursa transfer. Akibatnya, selain tidak banyak membawa pengaruh pada tim, sang pemain juga menghadapi situasi sulit terkait masa depannya.
Di bawah ini adalah daftar pemain yang selama putaran pertama harus mengakui keputusannya salah dalam memilih klub. Dilihat dari berbagai aspek, mereka mengalami penurunan yang sangat drastis dibanding saat membela tim sebelumnya.
1. Arif Suyono (Mitra Kukar-Arema Cronus)
Winger yang pernah tercatat sebagai penggawa tim nasional (timnas) ini pada awal musim lalu bermimpi mengulang kejayaannya satu dekade silam di Arema Cronus. Setelah sempat merantau ke Sriwijaya FC kemudian Mitra Kukar, Arif memutuskan kembali ke Stadion Kanjuruhan. Berharap semakin matang di usia emas, kenyataan yang terjadi jauh di luar dugaan.
Bermain buruk sejak pra musim, membuat namanya langsung tenggelam dan malah tersingkir oleh pemain-pemain belia seperti Irsyad Maulana maupun Dendi Santoso. Pemain jebolan Persema Malang ini melewatkan sepatuh musim di bangku cadangan dan hanya sesekali dimainkan pelatih Suharno. Mengingat statusnya sebagai eks pemain timnas dengan usia matang, musim ini bisa dikatakan sebagai musim terburuk Arif Suyono di ISL.
2.Nopendi (Persiba Bantul-Persepam MU)
Didatangkan dari Persiba Bantul dengan proses yang tidak mudah pada Desember 2013, ternyata full back kanan ini tak memberikan kontribusi sama sekali untuk Persepam Madura United. Bahkan hingga separuh musim dia disibukkan cedera lututnya dan sama sekali belum bermain di pertandingan resmi Persepam, terutama ISL. Diprediksi menjadi bintang baru di Pulau Garam, Nopendi sudah cedera bahkan sebelum pra musim ISL 2014 dimulai. Blunder bagi Persepam, bencana bagi Nopendi. Walau perlahan kondisinya mulai pulih, dia juga belum mendapatkan kesempatan dari pelatih anyar Persepam Arcan Iurie hingga putaran pertama selesai.
3.Otavio Dutra (Persipura Jayapura-Persegres GU)
Ini transfer paling mencengangkan dan susah dipahami di ISL musim ini. Bek Brasil Otavio Dutra yang musim lalu menyabet gelar ISL bersama Persipura Jayapura akhirnya memilih 'hanya' sekelas Persegres Gresik United. Padahal bek sekaliber dia bisa saja mencari tim yang lebih kompetitif. Faktor uang sempat disebut sebagai alasan bergabungnya Dutra di Gresik, dengan banderol sekira Rp2 miliar.
Apa yang didapat? Papan bawah. Ya, Otavio Dutra tak memberi banyak pengaruh pada prestasi Laskar Joko Samudro. Tim masih terseok-seok di papan bawah ISL wilayah barat. Secara individu pamornya juga meredup. Sebuah keputusan buruk dari seorang pemain bergelar juara.
4. Jimmy Suparno, Dedi Indra, Fajar Handika (Persela Lamongan-Persegres GU)
Keputusan tiga pemain ini merapat ke tim tetangga mungkin bisa dimaklumi. Kala Persela mengalami krisis finansial dan terlambat membayar gaji pemain musim lalu, tak semua pemain bisa bersabar. Jimmy, Dedi dan Fajar akhirnya pilih bergeser ke Persegres yang musim lalu keuangannya sangat sehat. Namun yang terjadi kemudian di luar dugaan.
Persela Lamongan yang ditinggalkan justru melesat ke papan atas ISL wilayah timur, sementara Persegres justru stagnan di papan bawah wilayah barat. Situasi yang tentunya sangat tidak diinginkan ketiga pemain tersebut karena mereka bergerak ke Gresik di awal musim lalu juga mengangankan perbaikan prestasi. Salah satu hiburan mungkin adalah posisi mereka yang masih menjadi kekuatan utama tim arahan Alfredo Vera.
Selama berjibaku di putaran pertama, kinerja pemain tentu menjadi sorotan utama terutama terkait kinerjanya didalam tim. Skuat bakal kembali melakukan evaluasi demi perbaikan untuk fase selanjutnya. Tuntasnya episode pertama ISL bisa menjadi acuan bagaimana nasib pemain bersama tim pada putaran selanjutnya.
Dari sejumlah transfer yang dilakukan tim ISL Jawa Timur, tak semuanya mendatangkan kontribusi yang diharapkan. Ada sejumlah pemain matang dan berpengalaman justru harus melewati separuh musim dengan kekecewaan. Selain dihampiri cedera, performa yang menurun menjadi salah satu penyebab.
Secara statistik maupun kontribusi dalam mengangkat pamor tim, tercatat ada beberapa keputusan buruk yang diambil ketika memboyong pemain dalam bursa transfer. Akibatnya, selain tidak banyak membawa pengaruh pada tim, sang pemain juga menghadapi situasi sulit terkait masa depannya.
Di bawah ini adalah daftar pemain yang selama putaran pertama harus mengakui keputusannya salah dalam memilih klub. Dilihat dari berbagai aspek, mereka mengalami penurunan yang sangat drastis dibanding saat membela tim sebelumnya.
1. Arif Suyono (Mitra Kukar-Arema Cronus)
Winger yang pernah tercatat sebagai penggawa tim nasional (timnas) ini pada awal musim lalu bermimpi mengulang kejayaannya satu dekade silam di Arema Cronus. Setelah sempat merantau ke Sriwijaya FC kemudian Mitra Kukar, Arif memutuskan kembali ke Stadion Kanjuruhan. Berharap semakin matang di usia emas, kenyataan yang terjadi jauh di luar dugaan.
Bermain buruk sejak pra musim, membuat namanya langsung tenggelam dan malah tersingkir oleh pemain-pemain belia seperti Irsyad Maulana maupun Dendi Santoso. Pemain jebolan Persema Malang ini melewatkan sepatuh musim di bangku cadangan dan hanya sesekali dimainkan pelatih Suharno. Mengingat statusnya sebagai eks pemain timnas dengan usia matang, musim ini bisa dikatakan sebagai musim terburuk Arif Suyono di ISL.
2.Nopendi (Persiba Bantul-Persepam MU)
Didatangkan dari Persiba Bantul dengan proses yang tidak mudah pada Desember 2013, ternyata full back kanan ini tak memberikan kontribusi sama sekali untuk Persepam Madura United. Bahkan hingga separuh musim dia disibukkan cedera lututnya dan sama sekali belum bermain di pertandingan resmi Persepam, terutama ISL. Diprediksi menjadi bintang baru di Pulau Garam, Nopendi sudah cedera bahkan sebelum pra musim ISL 2014 dimulai. Blunder bagi Persepam, bencana bagi Nopendi. Walau perlahan kondisinya mulai pulih, dia juga belum mendapatkan kesempatan dari pelatih anyar Persepam Arcan Iurie hingga putaran pertama selesai.
3.Otavio Dutra (Persipura Jayapura-Persegres GU)
Ini transfer paling mencengangkan dan susah dipahami di ISL musim ini. Bek Brasil Otavio Dutra yang musim lalu menyabet gelar ISL bersama Persipura Jayapura akhirnya memilih 'hanya' sekelas Persegres Gresik United. Padahal bek sekaliber dia bisa saja mencari tim yang lebih kompetitif. Faktor uang sempat disebut sebagai alasan bergabungnya Dutra di Gresik, dengan banderol sekira Rp2 miliar.
Apa yang didapat? Papan bawah. Ya, Otavio Dutra tak memberi banyak pengaruh pada prestasi Laskar Joko Samudro. Tim masih terseok-seok di papan bawah ISL wilayah barat. Secara individu pamornya juga meredup. Sebuah keputusan buruk dari seorang pemain bergelar juara.
4. Jimmy Suparno, Dedi Indra, Fajar Handika (Persela Lamongan-Persegres GU)
Keputusan tiga pemain ini merapat ke tim tetangga mungkin bisa dimaklumi. Kala Persela mengalami krisis finansial dan terlambat membayar gaji pemain musim lalu, tak semua pemain bisa bersabar. Jimmy, Dedi dan Fajar akhirnya pilih bergeser ke Persegres yang musim lalu keuangannya sangat sehat. Namun yang terjadi kemudian di luar dugaan.
Persela Lamongan yang ditinggalkan justru melesat ke papan atas ISL wilayah timur, sementara Persegres justru stagnan di papan bawah wilayah barat. Situasi yang tentunya sangat tidak diinginkan ketiga pemain tersebut karena mereka bergerak ke Gresik di awal musim lalu juga mengangankan perbaikan prestasi. Salah satu hiburan mungkin adalah posisi mereka yang masih menjadi kekuatan utama tim arahan Alfredo Vera.
(akr)