Jika Tak Laku, Cassano Gantung Sepatu
A
A
A
PARMA - Antonio Cassano mengambil keputusan drastis terkait masa depannya seusai memutus kontrak dengan Parma, Senin (26/1/2015). Mantan striker Real Madrid itu mengaku tak menyesal jika harus gantung sepatu, karena merasa telah dikecewakan oleh cabang olahraga yang telah membesarkan namanya itu.
"Agen saya menyarankan ke Amerika Serikat (Major League Soccer atau MLS), tapi saya hanya akan bermain di Amerika atau Dubai ketika berusia 40 tahun dan tidak bisa berlari lagi," kata pemain berusia 32 tahun itu kepada Sport Mediaset dalam acara Tiki Taka.
"Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi. Jika tidak ada yang terjadi, maka saya akan menunggu sampai Juni. Jika tidak ada yang terjadi pada bulan Juni, mungkin saya berhenti bermain sepak bola. Saya tidak punya masalah jika harus berhenti dari sepak bola, karena olahraga ini telah mengecewakan saya akhir-akhir ini."
Cassano berulangkali dikaitkan dengan klub lamanya, Sampdoria, Inter Milan, atau klub kota kelahirannya, Bari. Namun, pemain kelahiran 12 Juli 1982, itu menyatakan tidak pada saat yang tepat untuk bergabung dengan Sampdoria. "Memang benar saya ingin kembali ke Sampdoria satu hari nanti, tapi tidak sekarang, itu akan menjadi konyol. Saya hanya ingin istirahat beberapa hari untuk bersantai dan beristirahat setelah penderitaan ini," imbuhnya.
Murka Cassano kepada Parma sudah pada puncaknya. Dia mengaku bukan uang yang membuatnya kecewa. Namun, sikap manajemen yang tidak menghormati hak pemain. Padahal, dia dan rekan-rekannya membawa I Gialloblu, julukan Parma, meraih tiket Liga Europa setelah finis peringkat 6 di Seri A 2013/2014. Pergantian pemilik baru pada Desembwer 2014 juga belum membuat kondisi membaik.
Cassano sepakat mengakhiri kontraknya dengan Parma setelah enam bulan gajinya tidak dibayar. Mantan pemain AS Roma itu merasa lebih baik setelah hengkang karena hampir selama tujuh bulan dirinya merasa tertipu. "Saya lelah dan memutuskan pergi. Saya tidak punya masalah dengan fans Parma, dengan rekan tim saya atau orang-orang yang bekerja di klub, tapi saya marah kepada orang-orang yang telah membuat Parma dari awal yang sempurna menjadi sebuah bencana."
"Saya kehilangan upah saya empat juta euro (sekitar Rp56,2 miliar) di sini, tapi uang bukanlah masalah. Ini bukan hanya untuk saya. Hal terburuk adalah banyak orang-orang yang pendapatannya berkurang dan belum menerima euro dalam tujuh bulan. Setiap kali mereka memberitahu kami, akan dibayar besok. Lalu, hari berikutnya, mereka bilang besok lagi. Cukup sudah. Saya tidak tahan lagi, penderitaan ini berlarut-larut dan menjadi berkelanjutan."
"Apakah saya marah dengan pemilik lama atau yang baru? Marah pada semuanya, bahkan saya tidak tahu siapa pemilik baru Parma. Selama 20 hari, kami melihat empat Presiden yang berbeda berlalu-lalang. Pemilik baru tiba 15 hari yang lalu, tapi tidak ada perubahan di sana," tandasnya.
"Agen saya menyarankan ke Amerika Serikat (Major League Soccer atau MLS), tapi saya hanya akan bermain di Amerika atau Dubai ketika berusia 40 tahun dan tidak bisa berlari lagi," kata pemain berusia 32 tahun itu kepada Sport Mediaset dalam acara Tiki Taka.
"Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi. Jika tidak ada yang terjadi, maka saya akan menunggu sampai Juni. Jika tidak ada yang terjadi pada bulan Juni, mungkin saya berhenti bermain sepak bola. Saya tidak punya masalah jika harus berhenti dari sepak bola, karena olahraga ini telah mengecewakan saya akhir-akhir ini."
Cassano berulangkali dikaitkan dengan klub lamanya, Sampdoria, Inter Milan, atau klub kota kelahirannya, Bari. Namun, pemain kelahiran 12 Juli 1982, itu menyatakan tidak pada saat yang tepat untuk bergabung dengan Sampdoria. "Memang benar saya ingin kembali ke Sampdoria satu hari nanti, tapi tidak sekarang, itu akan menjadi konyol. Saya hanya ingin istirahat beberapa hari untuk bersantai dan beristirahat setelah penderitaan ini," imbuhnya.
Murka Cassano kepada Parma sudah pada puncaknya. Dia mengaku bukan uang yang membuatnya kecewa. Namun, sikap manajemen yang tidak menghormati hak pemain. Padahal, dia dan rekan-rekannya membawa I Gialloblu, julukan Parma, meraih tiket Liga Europa setelah finis peringkat 6 di Seri A 2013/2014. Pergantian pemilik baru pada Desembwer 2014 juga belum membuat kondisi membaik.
Cassano sepakat mengakhiri kontraknya dengan Parma setelah enam bulan gajinya tidak dibayar. Mantan pemain AS Roma itu merasa lebih baik setelah hengkang karena hampir selama tujuh bulan dirinya merasa tertipu. "Saya lelah dan memutuskan pergi. Saya tidak punya masalah dengan fans Parma, dengan rekan tim saya atau orang-orang yang bekerja di klub, tapi saya marah kepada orang-orang yang telah membuat Parma dari awal yang sempurna menjadi sebuah bencana."
"Saya kehilangan upah saya empat juta euro (sekitar Rp56,2 miliar) di sini, tapi uang bukanlah masalah. Ini bukan hanya untuk saya. Hal terburuk adalah banyak orang-orang yang pendapatannya berkurang dan belum menerima euro dalam tujuh bulan. Setiap kali mereka memberitahu kami, akan dibayar besok. Lalu, hari berikutnya, mereka bilang besok lagi. Cukup sudah. Saya tidak tahan lagi, penderitaan ini berlarut-larut dan menjadi berkelanjutan."
"Apakah saya marah dengan pemilik lama atau yang baru? Marah pada semuanya, bahkan saya tidak tahu siapa pemilik baru Parma. Selama 20 hari, kami melihat empat Presiden yang berbeda berlalu-lalang. Pemilik baru tiba 15 hari yang lalu, tapi tidak ada perubahan di sana," tandasnya.
(sha)