Sepak Bola Bisa Buktikan Uang Bukan Segalanya
Rabu, 26 Agustus 2020 - 11:36 WIB
Sayang, sampai musim 2019/2020, The Citizens tetap gagal bahkan untuk sekadar mencapai partai final. “Itulah kompetisi ini (Liga Champions), Anda harus sempurna. Kami menciptakan lebih banyak peluang, melakukan lebih banyak tembakan, kami melakukan segalanya, tapi sayangnya kami tersingkir lagi," kata Guardiola.
Menaklukkan Eropa selalu membutuhkan waktu dan tradisi. Boleh saja Liga Champions mendatangkan kejutan seperti saat Porto atau Chelsea juara, tapi semua tidak akan hadir dalam setiap musim. Lihat saja bagaimana distribusi trofi Liga Champions berkutat pada tim tradisional seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern, Liverpool, atau AC Milan.
Mereka adalah tim yang membangun reputasi sejak lama. Madrid bahkan bisa menjadi juara saat mereka tidak dalam penampilan terbaik di domestik dan tidak mengeluarkan banyak uang. Liverpool boleh saja berulang kali gagal mendapatkan trofi domestik, tapi mereka memiliki koleksi gelar Liga Champions lebih banyak dibandingkan Manchester United, Chelsea, atau Man City sejak era Liga Primer. (Lihat videonya: Antrean Mengular, Pengadilan Agama Soreang Dibanjiri Pasutri Sidang Cerai)
Karena itu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin merasa tidak khawatir dengan besarnya perputaran uang yang digelontoran oleh investor di beberapa klub. Bahkan, jika uang tersebut berasal dari pendanaan sebuah negara. "Jika itu dalam peraturan, saya tidak khawatir,” kata Ceferin, dikutip Reuters.
Menurut dia, UEFA mendistribusikan hampir 90% dari semua uang kembali ke asosiasi dan klub. Justru, UEFA ingin mendapatkan lebih banyak pendapatan karena itu bagus perkembangan sepak bola. Menurut dia, sangat penting mengizinkan investasi datang, selama dalam regulasi (dan) mengikuti financial fair play dan keseimbangan kompetitif. “Mengapa keseimbangan kompetitif sangat penting? Karena, kalau tidak persaingan sudah tidak menarik lagi sehingga membosankan dan kita tidak ingin itu terjadi,” tandasnya. (Maruf)
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
Menaklukkan Eropa selalu membutuhkan waktu dan tradisi. Boleh saja Liga Champions mendatangkan kejutan seperti saat Porto atau Chelsea juara, tapi semua tidak akan hadir dalam setiap musim. Lihat saja bagaimana distribusi trofi Liga Champions berkutat pada tim tradisional seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern, Liverpool, atau AC Milan.
Mereka adalah tim yang membangun reputasi sejak lama. Madrid bahkan bisa menjadi juara saat mereka tidak dalam penampilan terbaik di domestik dan tidak mengeluarkan banyak uang. Liverpool boleh saja berulang kali gagal mendapatkan trofi domestik, tapi mereka memiliki koleksi gelar Liga Champions lebih banyak dibandingkan Manchester United, Chelsea, atau Man City sejak era Liga Primer. (Lihat videonya: Antrean Mengular, Pengadilan Agama Soreang Dibanjiri Pasutri Sidang Cerai)
Karena itu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin merasa tidak khawatir dengan besarnya perputaran uang yang digelontoran oleh investor di beberapa klub. Bahkan, jika uang tersebut berasal dari pendanaan sebuah negara. "Jika itu dalam peraturan, saya tidak khawatir,” kata Ceferin, dikutip Reuters.
Menurut dia, UEFA mendistribusikan hampir 90% dari semua uang kembali ke asosiasi dan klub. Justru, UEFA ingin mendapatkan lebih banyak pendapatan karena itu bagus perkembangan sepak bola. Menurut dia, sangat penting mengizinkan investasi datang, selama dalam regulasi (dan) mengikuti financial fair play dan keseimbangan kompetitif. “Mengapa keseimbangan kompetitif sangat penting? Karena, kalau tidak persaingan sudah tidak menarik lagi sehingga membosankan dan kita tidak ingin itu terjadi,” tandasnya. (Maruf)
Lihat Juga: Tragedi Berdarah di Belgrade: Pau Cubarsi Butuh 10 Jahitan di Wajah usai Diterjang Tendangan
(ysw)
tulis komentar anda