Hantu Tes Doping Bagi Para Atlet, Berkaca dari Kasus Iannone

Kamis, 12 November 2020 - 13:35 WIB
Penggunaan suplemen tersebar luas di kalangan atlet dengan satu laporan menemukan di beberapa olahraga hingga 90% peserta yang mengonsumsi setidaknya satu suplemen sehari. Dalam bukunya The Anti-Doping Crisis in Sport, akademisi Paul Dimeo dan Verner Moller menyarankan efek buruk dari lebih banyak tes, untuk lebih banyak zat, dengan peningkatan sensitivitas.

“Itu berarti, atlet yang tidak pernah mengonsumsi zat terlarang dan tidak pernah lalai dalam pengertian yang masuk akal dari kata ini, akan meningkatkan risiko menjadi korban dari positif palsu,” bunyi pernyataan Dimeo dan Moller

Di sisi lain, penggunaan doping tetap saja tidak bisa ditoleransi mengingat doping adalah zat terlarang yang dikonsumsi untuk meningkatkan performa. Ada lima kelas obat terlarang, yang paling umum adalah stimulan dan hormon. Ada risiko kesehatan yang terlibat dalam meminumnya dan dilarang oleh badan pengatur olahraga. (Lihat videonya: Fenomena Pohon Pisang Berdaun Purih Gegerkan Warga Bandung)

Menurut Badan Antidoping Inggris, zat dan metode dilarang jika memenuhi setidaknya dua dari tiga kriteria berikut: zat dan metode tersebut meningkatkan kinerja, mengancam kesehatan atlet, atau melanggar semangat olahraga.

Penggunaan stimulan dan zat pembangun kekuatan dalam olahraga telah dilakukan sejak zaman Yunani Kuno. Namun, selama tahun 1920-an, pembatasan penggunaan narkoba dalam olahraga dianggap perlu untuk pertama kali. (Alimansyah)
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More