Eksistensi Asep Azis pada Sport Physiotherapist
Senin, 07 Desember 2020 - 22:37 WIB
JAKARTA - Cedera saat berolahraga kerap menjadi momok yang sangat menakutkan. Karena itu dibutuhkan tenaga profesional dalam membantu melakukan rehabilitasi penanganan cedera olahraga .
Dari sekian banyak tenaga profesional, nama Asep Azis mungkin sudah tak asing lagi di telinga kalangan atlet dan sejumlah public figure Tanah Air yang gemar berolahraga seperti lari, sepeda, basket, sepak bola, futsal dan olahraga lainnya. Pria kelahiran Banjar, Jawa Barat, 33 tahun silam itu dikenal sebagai salah satu Sport Physiotherapist terbaik di Indonesia, yang kini serius menggeluti bisnis rehabilitasi penanganan cedera olahraga.
Saat ini Asep juga terpilih sebagai fisioterapis olahraga di timnas sepak bola U-19. Sudah banyak atlet professional yang pernah ditanganinya seperti pesepak bola Evan Dimas, Andik Vermansyah, Otavio Dutra, petenis Christopher Rungkat, Pembalap Formula 2 Sean Gelael, bahkan para sport enthusiast seperti Dian Sastrowardoyo, Luna Maya, Bunga Citra Lestari, Ariel Noah pernah merasakan sentuhan tangan dingin Asep sebagai fisioterapis mereka. (Baca juga: Harry Kane Pemain Tersubur di Laga Derby London Utara )
Pria yang kerap disapa Asep tersebut, memulai kiprahnya pertama kali saat ia mengambil kuliah fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta periode 2004-2008. Setelah lulus ia langsung terjun mempraktekkan ilmunya, sekaligus sebagai fisioterapis pertama yang bergabung bersama klub basket profesional CLS Knights Surabaya. (Baca juga: Brisbane Jadi Penantang Indonesia Tuan Rumah Olimpiade 2032 )
Pada 2012, Asep mendirikan Physiopreneur Sport Physiotherapy, namun baru dikelolanya secara professional di bawah bendera PT. Indo Sehat Fisioterapi di Jakarta pada 2016. Alasannya mendirikan Sport Physiotherapy lantaran dirinya suka berolahraga ditambah background pendidikan kuliah.
"Saat itu saya melihat banyak orang yang masih bingung bagaimana memulihkan cedera dan salah penanganan, sehingga banyak yang berkonsultasi ke saya baik secara langsung maupun di media sosial. Dan akhirnya saya pun secara rutin sering berbagi pengetahuan di twitter, Facebook, dan Instagram mengenai cedera olahraga, fisioterapi, dan tips kesehatan lainnya. Dan akhirnya untuk memberikan manfaat lebih banyak kepada orang selain atlet, maka saya membuka physiopreneur Sport Physiotherapy pertama kali di kota malang bersama kawan kuliah saya, dan akhirnya diikuti di Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makassar," ujar Asep dalam keterangan persnya, Senin (7/12/2020).
Eksistensi Asep dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya berkutat pada konsep pelayanan fisioterapi cedera olahraga seperti penanganan cedera saja, tetapi juga pencegahan cedera (pengurangan resiko cedera) serta layanan recovery dan peningkatan performance berolahraga. Selain cedera olahraga, physiopreneur pun menangani beberapa keluhan yang berkaitan dengan lifestyle dan daily working seperti frozen shoulder, lower back pain, tension headache serta berkaitan dengan usia seperti knee osteoarthritis (pengapuran lutut).
Tahun ini, pria yang pernah menjabat sebagai Project Manager untuk ASIAN GAMES MEDICAL SUPPORT pada 2018 lalu itu membuka layanan sport science dan, body performance yaitu KINETICX di Surabaya. Target utamanya adalah edukasi kepada pasien mengenai pengukuran dari gerakan, kekuatan otot, power dan lain lain secara objektif dibantu dengan teknologi, sehingga datanya bisa digunakan untuk program rehabilitasi maupun program improvement performance.
"Kualitas fisioterapis di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan fisioterapis di luar negeri, hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi yang baik sehingga pasien menjadi lebih termotivasi juga untuk segera pulih dari cederanya. Sehingga orang Indonesia bisa mendapatkan kualitas pelayanan yang standarnya diterima oleh internasional dan diakui keprofesionalannya."
"Kami didukung dengan tenaga medis yang berkualitas dan lulusan kuliah fisioterapis di Indonesia dengan jenjang pendidikan D3 sampai dengan S1. Sedangkan untuk biayanya bervariasi dikisaran 350-500 ribu. Harapan saya kedepan, melalui Physiopreneur Sport Physiotherapy ini bisa memfasilitasi staff fisioterapis untuk mengejar mimpinya menjadi fisioterapis olahraga di team olahraga professional misal Persib Bandung, Persebaya, Borneo FC, Bhayangkara FC, PS TNI, maupun timnas seperti di Timnas Futsal, Basket, Sepakbola," jelasnya lagi.
Lebih lanjut Asep optimis kedepannya jasa rehabilitasi cedera olahraga yang dibangunnya akan dibutuhkan oleh pelaku olahraga, karena saat ini ia menilai terlepas dari pandemi Corona yang terjadi dibelahan dunia, masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya olahraga sebagai bagian gaya hidup. Namun ia berpesan kepada seluruh pelaku olahraga di Tanah Air, agar melakukan pemeriksaan rutin sebelum mulai berolahaga, dan lakukan olahraga secara bertahap sesuai kemampuan dan melakukan latihan pencegahan cedera secara individual dan spesifik serta memperhatikan aspek recovery seperti misalnya kualitas dan pola tidur, Nutrisi, maupun stress management.
"Peluang bisnisnya semakin besar karena kesadaran orang berolahraga semakin tinggi, sehingga jumlah calon klien meningkat bukan hanya menunggu saat mereka cedera, tetapi semakin sadar merawat dan memeriksakan tubuhnya juga. Yang tidak kalah pentingnya, peningkatan angka harapan hidup juga diikuti dengan banyaknya lansia yang mempunyai keinginan menjadi lebih sehat salah satunya dengan fisioterapi," pungkasnya.
Dari sekian banyak tenaga profesional, nama Asep Azis mungkin sudah tak asing lagi di telinga kalangan atlet dan sejumlah public figure Tanah Air yang gemar berolahraga seperti lari, sepeda, basket, sepak bola, futsal dan olahraga lainnya. Pria kelahiran Banjar, Jawa Barat, 33 tahun silam itu dikenal sebagai salah satu Sport Physiotherapist terbaik di Indonesia, yang kini serius menggeluti bisnis rehabilitasi penanganan cedera olahraga.
Saat ini Asep juga terpilih sebagai fisioterapis olahraga di timnas sepak bola U-19. Sudah banyak atlet professional yang pernah ditanganinya seperti pesepak bola Evan Dimas, Andik Vermansyah, Otavio Dutra, petenis Christopher Rungkat, Pembalap Formula 2 Sean Gelael, bahkan para sport enthusiast seperti Dian Sastrowardoyo, Luna Maya, Bunga Citra Lestari, Ariel Noah pernah merasakan sentuhan tangan dingin Asep sebagai fisioterapis mereka. (Baca juga: Harry Kane Pemain Tersubur di Laga Derby London Utara )
Pria yang kerap disapa Asep tersebut, memulai kiprahnya pertama kali saat ia mengambil kuliah fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta periode 2004-2008. Setelah lulus ia langsung terjun mempraktekkan ilmunya, sekaligus sebagai fisioterapis pertama yang bergabung bersama klub basket profesional CLS Knights Surabaya. (Baca juga: Brisbane Jadi Penantang Indonesia Tuan Rumah Olimpiade 2032 )
Pada 2012, Asep mendirikan Physiopreneur Sport Physiotherapy, namun baru dikelolanya secara professional di bawah bendera PT. Indo Sehat Fisioterapi di Jakarta pada 2016. Alasannya mendirikan Sport Physiotherapy lantaran dirinya suka berolahraga ditambah background pendidikan kuliah.
"Saat itu saya melihat banyak orang yang masih bingung bagaimana memulihkan cedera dan salah penanganan, sehingga banyak yang berkonsultasi ke saya baik secara langsung maupun di media sosial. Dan akhirnya saya pun secara rutin sering berbagi pengetahuan di twitter, Facebook, dan Instagram mengenai cedera olahraga, fisioterapi, dan tips kesehatan lainnya. Dan akhirnya untuk memberikan manfaat lebih banyak kepada orang selain atlet, maka saya membuka physiopreneur Sport Physiotherapy pertama kali di kota malang bersama kawan kuliah saya, dan akhirnya diikuti di Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makassar," ujar Asep dalam keterangan persnya, Senin (7/12/2020).
Eksistensi Asep dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya berkutat pada konsep pelayanan fisioterapi cedera olahraga seperti penanganan cedera saja, tetapi juga pencegahan cedera (pengurangan resiko cedera) serta layanan recovery dan peningkatan performance berolahraga. Selain cedera olahraga, physiopreneur pun menangani beberapa keluhan yang berkaitan dengan lifestyle dan daily working seperti frozen shoulder, lower back pain, tension headache serta berkaitan dengan usia seperti knee osteoarthritis (pengapuran lutut).
Tahun ini, pria yang pernah menjabat sebagai Project Manager untuk ASIAN GAMES MEDICAL SUPPORT pada 2018 lalu itu membuka layanan sport science dan, body performance yaitu KINETICX di Surabaya. Target utamanya adalah edukasi kepada pasien mengenai pengukuran dari gerakan, kekuatan otot, power dan lain lain secara objektif dibantu dengan teknologi, sehingga datanya bisa digunakan untuk program rehabilitasi maupun program improvement performance.
"Kualitas fisioterapis di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan fisioterapis di luar negeri, hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi yang baik sehingga pasien menjadi lebih termotivasi juga untuk segera pulih dari cederanya. Sehingga orang Indonesia bisa mendapatkan kualitas pelayanan yang standarnya diterima oleh internasional dan diakui keprofesionalannya."
"Kami didukung dengan tenaga medis yang berkualitas dan lulusan kuliah fisioterapis di Indonesia dengan jenjang pendidikan D3 sampai dengan S1. Sedangkan untuk biayanya bervariasi dikisaran 350-500 ribu. Harapan saya kedepan, melalui Physiopreneur Sport Physiotherapy ini bisa memfasilitasi staff fisioterapis untuk mengejar mimpinya menjadi fisioterapis olahraga di team olahraga professional misal Persib Bandung, Persebaya, Borneo FC, Bhayangkara FC, PS TNI, maupun timnas seperti di Timnas Futsal, Basket, Sepakbola," jelasnya lagi.
Lebih lanjut Asep optimis kedepannya jasa rehabilitasi cedera olahraga yang dibangunnya akan dibutuhkan oleh pelaku olahraga, karena saat ini ia menilai terlepas dari pandemi Corona yang terjadi dibelahan dunia, masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya olahraga sebagai bagian gaya hidup. Namun ia berpesan kepada seluruh pelaku olahraga di Tanah Air, agar melakukan pemeriksaan rutin sebelum mulai berolahaga, dan lakukan olahraga secara bertahap sesuai kemampuan dan melakukan latihan pencegahan cedera secara individual dan spesifik serta memperhatikan aspek recovery seperti misalnya kualitas dan pola tidur, Nutrisi, maupun stress management.
"Peluang bisnisnya semakin besar karena kesadaran orang berolahraga semakin tinggi, sehingga jumlah calon klien meningkat bukan hanya menunggu saat mereka cedera, tetapi semakin sadar merawat dan memeriksakan tubuhnya juga. Yang tidak kalah pentingnya, peningkatan angka harapan hidup juga diikuti dengan banyaknya lansia yang mempunyai keinginan menjadi lebih sehat salah satunya dengan fisioterapi," pungkasnya.
(mirz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda