Gara-gara Rossi, Dovizioso Punya Dendam Kesumat kepada Yamaha
Minggu, 28 Februari 2021 - 22:32 WIB
FORLIMPOPOLI - Andrea Dovizioso rupanya masih belum bisa melupakan perlakuan Yamaha kepadanya pada awal MotoGP 2013. Gara-gara kepulangan Valentino Rossi dari Ducati, dia jadi batal promosi ke tim pabrikan.
Ketika itu Dovizioso berstatus pembalap tim satelit Tech3 Yamaha. Dia membela tim itu setelah tersingkir dari Repsol Honda. Harapannya sempat tinggi ketika Yamaha mencari tandem Jorge Lorenzo untuk MotoGP 2013.
Torehan Dovizioso bersama Tech3 Yamaha tidak terlalu buruk. Dia mampu enam kali naik podium sepanjang MotoGP 2012. Pada klasemen akhir, dia berhasil menghuni peringkat empat dengan 228 poin.
Wajar jika Dovizioso berharap diangkut ke tim pabrikan Yamaha. Namun, tak disangka, tim berlogo garpu tala itu malah memilih memulangkan Rossi dari Ducati Corse. Perlakuan itu benar-benar membuatnya sangat kesal.
“Satu-satunya momen yang menyebalkan buat saya adalah, di tahun itu, saya punya capaian bagus dan menjadi yang kedua terbaik di Yamaha. Jorge (Lorenzo) adalah yang terbaik (juara dunia 2012),” ungkit Dovizioso, dikutip dari Corse di Moto.
“Karena itu, normal jika saya ingin bergabung dengan tim pabrikan setahun kemudian. Namun, kondisinya tidak memungkinkan. Setelah dua tahun bersama Ducati, Valentino memutuskan kembali ke Yamaha, yang menyambutnya tanpa berpikir panjang. Itu satu-satunya momen yang menyebalkan,” lanjutnya dengan ketus.
Karena hal itu, Dovizioso lantas menerima pinangan Ducati Corse. Pembalap berusia 34 tahun itu bertahan dengan tim Ducati hingga akhir musim Kejuaraan Dunia MotoGP 2020.
Bersama Ducati Corse, Dovizioso berhasil menunjukkan kehebatannya. Dia menyumbang total 14 kemenangan yang merupakan jumlah terbanyak setelah Casey Stoner. Sayangnya, Dovizioso gagal menjadi juara dunia dan harus puas menyandang gelar runner-up tiga kali beruntun (2017-2019).
Trauma di masa lalu itu sepertinya masih membekas di benak Dovizioso. Ketika Yamaha menawari peran sebagai pembalap tes, dia langsung menolak. Dia berdalih penolakan itu karena belum merasa siap.
“Sejujurnya, saya merasa belum siap untuk menjadi pembalap tes, bukan karena pekerjaan itu tidak penting. Saya merasa seperti seorang pembalap (penuh waktu),” tegas pembalap kelahiran Forlimpopoli itu.
Ketika itu Dovizioso berstatus pembalap tim satelit Tech3 Yamaha. Dia membela tim itu setelah tersingkir dari Repsol Honda. Harapannya sempat tinggi ketika Yamaha mencari tandem Jorge Lorenzo untuk MotoGP 2013.
Torehan Dovizioso bersama Tech3 Yamaha tidak terlalu buruk. Dia mampu enam kali naik podium sepanjang MotoGP 2012. Pada klasemen akhir, dia berhasil menghuni peringkat empat dengan 228 poin.
Wajar jika Dovizioso berharap diangkut ke tim pabrikan Yamaha. Namun, tak disangka, tim berlogo garpu tala itu malah memilih memulangkan Rossi dari Ducati Corse. Perlakuan itu benar-benar membuatnya sangat kesal.
“Satu-satunya momen yang menyebalkan buat saya adalah, di tahun itu, saya punya capaian bagus dan menjadi yang kedua terbaik di Yamaha. Jorge (Lorenzo) adalah yang terbaik (juara dunia 2012),” ungkit Dovizioso, dikutip dari Corse di Moto.
“Karena itu, normal jika saya ingin bergabung dengan tim pabrikan setahun kemudian. Namun, kondisinya tidak memungkinkan. Setelah dua tahun bersama Ducati, Valentino memutuskan kembali ke Yamaha, yang menyambutnya tanpa berpikir panjang. Itu satu-satunya momen yang menyebalkan,” lanjutnya dengan ketus.
Karena hal itu, Dovizioso lantas menerima pinangan Ducati Corse. Pembalap berusia 34 tahun itu bertahan dengan tim Ducati hingga akhir musim Kejuaraan Dunia MotoGP 2020.
Bersama Ducati Corse, Dovizioso berhasil menunjukkan kehebatannya. Dia menyumbang total 14 kemenangan yang merupakan jumlah terbanyak setelah Casey Stoner. Sayangnya, Dovizioso gagal menjadi juara dunia dan harus puas menyandang gelar runner-up tiga kali beruntun (2017-2019).
Trauma di masa lalu itu sepertinya masih membekas di benak Dovizioso. Ketika Yamaha menawari peran sebagai pembalap tes, dia langsung menolak. Dia berdalih penolakan itu karena belum merasa siap.
“Sejujurnya, saya merasa belum siap untuk menjadi pembalap tes, bukan karena pekerjaan itu tidak penting. Saya merasa seperti seorang pembalap (penuh waktu),” tegas pembalap kelahiran Forlimpopoli itu.
(mirz)
tulis komentar anda