Gempa Magnitudo 6,0 Ganggu Perhelatan Olimpiade Tokyo 2020
Rabu, 04 Agustus 2021 - 20:35 WIB
TOKYO - Perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 digemparkan guncangan gempa bumi yang berlangsung Rabu (4/8/2021). Kabar baiknya, kondisinya terbilang kondusif karena Jepang sudah sangat siap untuk menghadapi gangguan ini.
“Selamat datang kembali di kota Olimpiade yang saat ini sedang gempa, gempa bumi.” Begitulah ucapan wartawan Australia, Mark Beretta ketika gempa mengguncang Jepang saat ia sedang melakukan siaran langsung pada hari ini pukul 05.30 waktu setempat, seperti yang dilaporkan Evening Standard.
“Atap di atas kami bergerak dan Anda mungkin melihat lampu dan kamera kami juga bergerak. Ini adalah momen yang tidak biasa, saya belum pernah merasakan gempa sebelumnya,” jelas wartawan Negeri Kangguru itu.
Gempa yang berkekuatan M 6,0 itu terasa hingga venue-venue Olimpiade Tokyo 2020. Menurut laporan dari Badan Meteorologi Jepang, pusat gempa berada kira-kira 25 mil di lepas pantai Jepang dan tidak berpotensi tsunami.
Gemuruh ringan di Olimpiade dilaporkan oleh wartawan-wartawan di Tokyo. Mereka melaporkan gempa itu yang berlangsung sekitar 20 detik sampai tiga menit. Beruntung pihak penyelenggara telah melakukan antisipasi dengan membangun venue yang tahan gempa dan bencana alam lainnya.
Misalnya, seperti arena bola voli di Ariake berisi bantalan karet raksasa penyerap goncangan. Selain itu, Wisma Atlit Olimpiade dilindungi oleh tembok laut yang dapat melindungi dari tsunami setinggi 6,5 kaki.
Dikelilingi dengan banyaknya gunung berapi dan parit samudra cekungan Pasifik, Jepang menyumbang sekitar 20% dari gempa bumi berkekuatan M 6,0 atau lebih besar di dunia. Rata-rata negara ini mengalami gempa setiap lima menit sekali.
Ahli Seismologi Jepang, Robert Geller, pada Juli lalu telah mengingatkan potensi bencana alam di negara tersebut selama pergelaran Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung. Meski kemungkinan terjadi sejauh ini masih cenderung kecil.
"Peluang terjadinya gempa bumi besar pada hari tertentu sangat kecil, tetapi itu bukan nol," kata Geller selaku Ahli Seismologi dan profesor emeritus di Universitas Tokyo, dikutip dari laman Reuters.
Meski memiliki teknologi pendeteksi tsunami yang canggih, gempa bumi pada tahun 2011 memicu tsunami besar. Kala itu, tsunami tersebut menewaskan sekitar 18.500 orang dan menyebabkan bencana nuklir Fukushima.
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
Baca Juga
“Selamat datang kembali di kota Olimpiade yang saat ini sedang gempa, gempa bumi.” Begitulah ucapan wartawan Australia, Mark Beretta ketika gempa mengguncang Jepang saat ia sedang melakukan siaran langsung pada hari ini pukul 05.30 waktu setempat, seperti yang dilaporkan Evening Standard.
“Atap di atas kami bergerak dan Anda mungkin melihat lampu dan kamera kami juga bergerak. Ini adalah momen yang tidak biasa, saya belum pernah merasakan gempa sebelumnya,” jelas wartawan Negeri Kangguru itu.
Gempa yang berkekuatan M 6,0 itu terasa hingga venue-venue Olimpiade Tokyo 2020. Menurut laporan dari Badan Meteorologi Jepang, pusat gempa berada kira-kira 25 mil di lepas pantai Jepang dan tidak berpotensi tsunami.
Gemuruh ringan di Olimpiade dilaporkan oleh wartawan-wartawan di Tokyo. Mereka melaporkan gempa itu yang berlangsung sekitar 20 detik sampai tiga menit. Beruntung pihak penyelenggara telah melakukan antisipasi dengan membangun venue yang tahan gempa dan bencana alam lainnya.
Misalnya, seperti arena bola voli di Ariake berisi bantalan karet raksasa penyerap goncangan. Selain itu, Wisma Atlit Olimpiade dilindungi oleh tembok laut yang dapat melindungi dari tsunami setinggi 6,5 kaki.
Dikelilingi dengan banyaknya gunung berapi dan parit samudra cekungan Pasifik, Jepang menyumbang sekitar 20% dari gempa bumi berkekuatan M 6,0 atau lebih besar di dunia. Rata-rata negara ini mengalami gempa setiap lima menit sekali.
Ahli Seismologi Jepang, Robert Geller, pada Juli lalu telah mengingatkan potensi bencana alam di negara tersebut selama pergelaran Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung. Meski kemungkinan terjadi sejauh ini masih cenderung kecil.
"Peluang terjadinya gempa bumi besar pada hari tertentu sangat kecil, tetapi itu bukan nol," kata Geller selaku Ahli Seismologi dan profesor emeritus di Universitas Tokyo, dikutip dari laman Reuters.
Baca Juga
Meski memiliki teknologi pendeteksi tsunami yang canggih, gempa bumi pada tahun 2011 memicu tsunami besar. Kala itu, tsunami tersebut menewaskan sekitar 18.500 orang dan menyebabkan bencana nuklir Fukushima.
Lihat Juga: Pordasi Sambut Target NOC Indonesia Loloskan 100 Atlet Termasuk Berkuda ke Olimpiade LA 2028
(mirz)
tulis komentar anda