Prestasi Melorot, Pelatih Tunggal Putri: Gregoria Terbebani Nomor 1 Indonesia
Jum'at, 22 Juli 2022 - 21:02 WIB
JAKARTA - Penyebab menurunnya performa Gregoria Mariska Tunjung dalam beberapa tahun terakhir terungkap. Menurut pelatih tunggal putri PBSI Herli Djaenudin, hal itu lantaran Gregoria merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia.
Gregoria diprediksi bisa menjadi andalan karena merupakan wonderkid di sektor tunggal putri Indonesia. Jelang menginjak usia 20 tahun, dia meraih ranking BWF tertingginya, yakni di posisi 13 dunia pada Juli 2019 lalu.
Akan tetapi, sejak itu performanya terus menurun. Dia kerap kali kalah di babak-babak awal dalam setiap turnamen yang diikutinya hingga membuatnya sempat turun ke ranking 31 dunia.
Bahkan, sampai Juni 2022 lalu, perempat final terakhir yang diraihnya adalah pada Januari 2020 di ajang Thailand Masters. Kemudian, semifinal terakhirnya adalah di ajang Denmark Open pada Oktober 2018 lalu.
Herli pun menilai bahwa penurunan performa Gregoria banyak disebabkan dari segi non-teknis. Salah satunya adalah karena dia merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia sehingga membuatnya selalu diandalkan sebagai tumpuan.
Padahal menurut Herli, dari segi kemampuan pemain berusia 22 tahun itu sangat mumpuni untuk bersaing dengan para pemain top dunia. Namun, karena mentalnya belum bisa mengatasi tekanan tersebut, akhirnya Gregoria malah terpuruk dan sering tampil jauh di bawah performa terbaiknya.
“Selama ini sih non teknis lainnya enggak ada saya pikir (yang membuat performa Gregoria menurun). Karena mungkin sekarang dia nomor satu (tunggal putri Indonesia) dan jadi ujung tombaknya, itu ternyata menjadi boomerang buat dia gitu punya pikiran seperti itu,” kata Herli saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (21/7/2022).
Gregoria diprediksi bisa menjadi andalan karena merupakan wonderkid di sektor tunggal putri Indonesia. Jelang menginjak usia 20 tahun, dia meraih ranking BWF tertingginya, yakni di posisi 13 dunia pada Juli 2019 lalu.
Akan tetapi, sejak itu performanya terus menurun. Dia kerap kali kalah di babak-babak awal dalam setiap turnamen yang diikutinya hingga membuatnya sempat turun ke ranking 31 dunia.
Bahkan, sampai Juni 2022 lalu, perempat final terakhir yang diraihnya adalah pada Januari 2020 di ajang Thailand Masters. Kemudian, semifinal terakhirnya adalah di ajang Denmark Open pada Oktober 2018 lalu.
Baca Juga
Herli pun menilai bahwa penurunan performa Gregoria banyak disebabkan dari segi non-teknis. Salah satunya adalah karena dia merasa terbebani menjadi tunggal putri nomor satu Indonesia sehingga membuatnya selalu diandalkan sebagai tumpuan.
Padahal menurut Herli, dari segi kemampuan pemain berusia 22 tahun itu sangat mumpuni untuk bersaing dengan para pemain top dunia. Namun, karena mentalnya belum bisa mengatasi tekanan tersebut, akhirnya Gregoria malah terpuruk dan sering tampil jauh di bawah performa terbaiknya.
“Selama ini sih non teknis lainnya enggak ada saya pikir (yang membuat performa Gregoria menurun). Karena mungkin sekarang dia nomor satu (tunggal putri Indonesia) dan jadi ujung tombaknya, itu ternyata menjadi boomerang buat dia gitu punya pikiran seperti itu,” kata Herli saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (21/7/2022).
tulis komentar anda