Novak Djokovic, Ikon Perdamaian Pasca-Perang Balkan

Kamis, 11 Januari 2018 - 19:00 WIB
Novak Djokovic, Ikon Perdamaian Pasca-Perang Balkan
Novak Djokovic, Ikon Perdamaian Pasca-Perang Balkan
A A A
DISINTEGRASI Yugoslavia memicu terjadinya perpecahan dan perang di antara negara-negara yang bergabung dalam payung Yugoslavia. Meski saat ini telah usai, tidak bisa dimungkiri efek perang yang mendalam di antara negara-negara tersebut masih begitu terasa.

Politisi di negara-negara bubaran Yugoslavia berusaha meredam percikan emosi tersebut. Hanya, itu tidak cukup. Tidak mengherankan, kehadiran para atlet dari negara-negara Balkan tersebut diharapkan mampu menjadi jembatan perdamaian seperti yang dilakukan Novak Djokovic. Petenis Serbia tersebut memang menjadi saksi buruknya perang yang terjadi di negara-negara pecahan Yugoslavia.

Dia juga menjadi bukti multidimensi orang-orang yang ada di Balkan. Contohnya Novak Djokovic yang dari garis keturunan merupakan campuran antara Kroasia dan Serbia. "Kami mengerti betul bagaimana rasa ketakutan, di mana setiap saat kami harus pergi berlindung ke barak agar terhindar dari bom. Setelah semua usai, kami merasakan betapa pentingnya hidup ini," tutur Novak Djokovic.

Pentingnya kehidupan tanpa melihat ras dan etnis inilah yang hendak disampaikan Novak Djokovic saat berkiprah di lapangan tenis. Dia tidak pernah keberatan ketika pada sebuah turnamen di Amerika Serikat pada 2013, panitia acara salah menulis kewarganegaraan Novak Djokovic sebagai Kroasia, bukan Serbia. "Serbia atau Kroasia itu sama saja," katanya.

Dia juga sangat vokal ketika mengapresiasi pendukungnya yang memberikan respons positif ketika Kroasia bertemu Serbia di ajang Piala Davis 2015. "Ini jarang terjadi karena sukar dimungkiri, luka akibat peperangan masih begitu terasa," ujar Novak Djokovic.

Sikap properdamaian inilah yang terkadang membuat Novak Djokovic begitu dibenci golongan ultranasionalis di Serbia. Mereka mengecam Novak Djokovic yang bersikap netral dan mendekati negara-negara yang pernah berseberangan dengan Serbia. Puncak kekesalan itu terjadi ketika Novak Djokovic mengunggah foto dia berpose dengan Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic ke akun Instagram miliknya.

"Dia mempromosikan Kroasia dan seolah tidak memedulikan apa yang terjadi pada kita (Serbia)," tulis koran Serbia, Politika.

Kritikan tersebut ternyata tidak mengusik Novak Djokovic mengupayakan perdamaian di negara-negara Balkan. Dia bersama petenis Serbia lainnya, seperti Ana Ivanovic dan Jelena Jankovic, merasakan betapa atlet seperti petenis dan olahragawan lainnya memegang kunci yang penting untuk menyuarakan perdamaian.

Lagipula jangan tanyakan nasionalisme Novak Djokovic. Tersiar cerita, saat usianya 19 tahun dan berhasil duduk di peringkat 40 dunia, tawaran menggiurkan menjadi warga negara Inggris datang dengan dukungan finansial yang kuat untuk terus bermain tenis. Namun, tawaran tersebut ditolak, meskipun usianya masih belasan tahun. "Saya bilang kepada diri saya, Saya adalah orang Serbia dan saya bangga karenanya," pungkasnya.

(Baca Juga: Resolusi Total Novak Djokovic(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1128 seconds (0.1#10.140)