Final Liga Europa, Beda Gaya di Laga Pamungkas

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 15:19 WIB
loading...
Final Liga Europa, Beda...
Foto/dok
A A A
KOLN - Sevilla maupun Inter Milan memiliki formula tersendiri sukses di Final Liga Europa yang berlangsung di Rhein Energie Stadion, Koln, Jerman, dini hari nanti. Perbedaan gaya dalam menerapkan taktik dan strategi menjadi pertaruhan reputasi besar kedua tim.

Bagi Sevilla, mendominasi penguasaan bola adalah sebuah identitas yang menjadi kesuksesan mereka sejauh ini. Berdasarkan statistik whoscored, Jesus Navas dkk menampati urutan teratas tim paling banyak menguasai bola sepanjang Liga Europa musim ini dengan 65,1%, mengungguli Dinamo Kiev (60,9%) dan Ajax Amsterdam (60,7%).

Belum cukup sampai di situ, klub berjuluk Los Nervionenses tersebut juga terdepan dalam akurasi umpan (88,7%) di atas Shakhtar Donetsk (86,6%) dan Manchester United (MU) (86,1%). Dalam hal taktik, pelatih Julen Lopetegui terbilang fleksibel. (Baca: Jelang Final Liga Europa, Presiden Sevilla Optimistis Bekuk Inter)

Formasi 4-3-3 bisa berubah dengan cepat menjadi 4-5-1 saat Sevilla tidak menguasai bola. Sevilla sangat piawai bermain dengan intensitas tinggi, ofensif, serta memburu lawan yang mencoba dan bermain dari belakang. Pergerakan Navas dan Sergio Reguilon dari bek sayap kerap merepotkan lawan, sedangkan Ever Banega bermain bagus di lini tengah.

Data-data tersebut jelas mengindikasikan Sevilla sebagai ancaman serius Inter di final kali ini. Mereka ingin menjadi juara guna mempertegas sumpremasi mereka sebagai klub tersukses di Liga Europa pasca-meraihnya pada musim 2005–06, 2006–07, 2013–14, 2014–15, dan 2015–16.

Meski baru pertama kali bersua Inter di kompetisi Eropa, rapor Sevilla melawan waki-wakil Italia terbilang bagus. Mereka mengoleksi tiga kemenangan di tiga pertandingan terakhir Liga Europa, yakni menang agregat 3-0 atas SS Lazio di babak 32 besar Liga Europa 2018/19 dan mengalahkan AS Roma 2-0 di babak 16 besar musim ini.

Secara keseluruhan, performa Sevilla sangat menjanjikan, berbekal tidak terkalahkan dalam 20 pertandingan terakhir di semua kompetisi dengan memenangkan delapan dari sembilan pertandingan terakhir mereka. Karenanya, Lopetegui menegaskan, Sevilla sangat termotivasi bertemu lawan-lawan kuat termasuk Inter di final dan menargetkan juara. (Baca juga: Wamena Papua Kembali Mencekam, 10 Rumah Dibakar dan 4 Warga Terluka)

Pelatih Spanyol tersebut kemungkinan bakal menurunkan komposisi terbaik seperti saat menang 2-1 atas MU di semifinal, Senin (17/8). Lucas Ocampos, Youssef En-Nesyri, dan Suso diandalkan di lini depan. Mereka akan ditopang kreativitas Banega, Fernando, dan Joan Jordan di sektor tengah.

“Inter layak berada di kompetisi level tertinggi di Liga Champions, mengingat kaliber luar biasa dari para pemain yang mereka miliki dan pelatih yang sangat berpengalaman. Itu akan menuntut kami berada pada batas kami dalam segala hal," kata Lopetegui dilansir uefa.com.

Meski demikian, kepercayaan diri Lopetegui dan Sevilla dengan penguasaan bola yang diandalkan selama ini bakal mendapatkan tantangan serius dari Inter. I Nerazzurri menerapkan permainan dengan defensif solid. Gawang Samir Handanovic baru kebobolan satu kali dalam tujuh pertandingan terakhir. (Baca juga: Gesek ATM Mulai Gak Laku, Nasabah Lebih Memilih Digital Banking)

Pelatih Antonio Conte mengandalkan pola 3-5-2. Menempatkan dua penyerang dengan dua gelandang dinamis di depan pemain bertahan dan dua bek sayap menyerang. Build-up dimulai dari belakang, menarik tekanan lawan, dan kemudian mencari dua penyerang, khususnya Romelu Lukaku dengan umpan-umpan panjang ke depan.

Inter sangat berbahaya lewat permainan serangan baik cepat yang tergolong efektif. Terbukti, sejak memulai perjalanan di Liga Europa musim ini dari babak 32 besar hingga final, mereka telah menggelontorkan 13 gol. Jauh lebih banyak dari Sevilla yang hanya mencetak enam gol dari babak 32 besar hingga final.

Bagusnya produktivitas Inter tidak terlepas dari kinerja Lukaku dan Lautaro Martinez yang tengah on fire. Lukaku telah mencetak 33 gol dalam 50 pertandingan, sedangkan Martinez sekarang memiliki 21 gol dalam 48 pertandingan. Ketajaman keduanya wajib diwaspadai barisan pertahanan Sevilla.

Final kali ini menjadi momentum terbaik Inter menyudahi puasa gelar 10 tahun di pentas Eropa. Terakhir kali I Nerazzurri menjuarai Liga Champions di era Jose Mourinho pada musim 2009/10. Itu melengkapi torehan fenomenal treble winners, di mana Inter juga memenangkan scudetto dan Coppa Italia. (Lihat videonya: Jejak Tradisi Malam 1 Suro dan Suronan di Pesantren)

Conte mengingatkan pasukannya untuk fokus, mengingat Sevilla sangat berpengalaman dan telah memenangkan gelar terbanyak di Liga Europa selama dekade terakhir. Menurut dia, Inter harus mengoptimalkan semua potensi mereka untuk mengalahkan Sevilla . Conte menganggap gelar Liga Europa bakal menjadi penutup musim yang sempurna setelah menempati posisi runner up Seri A

“Ini kesempatan memenangkan trofi. Saya yakin ini adalah musim yang positif secara keseluruhan. Kami telah melakukan hal-hal penting dan telah melakukan peningkatan besar. Kami harus tampil dengan semangat dan keberanian besar, seperti yang telah kami lakukan sejauh ini. Ini final dan hanya tim terbaik yang bisa mencapai final,” kata Conte. (Alimansyah)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)