Pandemi Virus Corona Membuat 177 Juta Pounds Menguap dari Liga Primer
loading...
A
A
A
LONDON - Pandemi Covid-19 benar-benar menampar perekonomian sepak bola Inggris, terutama Liga Primer. Tidak adanya kompetisi membuat klub-klub menghadapi kerugian gabungan hingga 177 juta poundsterling dari tiket musiman dan hotel.
Analisis yang dilakukan Sportsmail mengungkapkan bahwa 20 klub papan atas memproyeksikan pendapatan pertandingan sekitar 708 juta musim ini. Namun, hampir seperempat dari yang ditetapkan tersebut akan hilang sebagai akibat terhentinya kompetisi.
Untuk menghindari risiko kerugian besar, berbagai rencana diberlakukan untuk memulai kembali musim ini, Juli nanti, dengan menggelar pertandingan secara tertutup. Skenario ini membuat klub bertanggung jawab untuk menawarkan pengembalian uang kepada penggemar dan klien-klien yang tidak dapat hadir ke stadion.
Solusi lainnya adalah klub berusaha mempertahankan tingkat kas mereka dalam jangka pendek dengan menawarkan diskon seperti tiket musim depan, dengan harapan penggemar dapat kembali menyaksikan pertandingan di stadion. Namun, apa pun yang terjadi, klub-klub ingin mengambil manfaat yang signifikan.
Analisis Liga Primer sendiri telah menginformasikan kepada kapten masing-masing tim pada conference call pekan lalu, bahwa klub berpotensi kehilangan 1,137miliar poundsterling secara keseluruhan akibat dampak pandemi Covid-19. Namun, sebagian besar dari angka itu berasal dari liga yakni 762 juta poundsterling yang diklaim akan jatuh tempo untuk pemegang hak siar jika musim dibatalkan.
Memang, Sky Sports telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan meminta pengembalian uang atas pertandingan senilai 371 juta poundsterling yang sejauh ini telah ditunda bahkan jika musim dibatalkan, seperti yang dilaporkan Sportsmail akhir pekan lalu.
Namun, prospek untuk mengembalikan uang tiket kepada penggemar adalah kekhawatiran nyata untuk semua klub. Sebagian besar bahkan semua klub sudah mengalami kerugian karena penangguhan tiket musim dan koorporasi penjualan untuk musim depan.
Alarm waspada jelas menyelimuti klub-klub besar. Meskipun memiliki aliran pendapatan lain, mereka akan terkena dampak paling besar akibat hilangnya pendapatan tiket. Manchester United (MU) misalnya. The Red Devils yang menghasilkan lebih dari 110 juta poundsterling pada hari-hari pertandingan musim lalu, setidaknya seperempatnya kini dalam bahaya.
Selain itu, Arsenal, Liverpool, dan Tottenham yang semuanya menghasilkan lebih dari 80 juta poundsterling dalam penjualan tiket dan hotel, dengan kerugian langsung sekitar 20 juta poundsterling. Hal itu menjadi alasan mengapa Liverpool dan Tottenham mengambil keputusan kontroversial dengan mengorbankan staf nonpemain, walaupun akhirnya dibatalkan.
Terbaru, Tottenham membatalkan menggunakan skema pemotongan gaji pemerintah terhadap staf nonpemainnya setelah mendapatkan kritikan dari fans, Senin (13/4). Sebuah pernyataan Spurs bahwa staf nonpemain akan menerima 100% dari gaji mereka untuk April dan Mei. Hanya, anggota dewan sekarang akan mendapatkan pengurangan gaji, termasuk ketua The Lilywhites, Daniel Levy, yang mendapatkan penghasilan 7 juta poundsterling tahun lalu.
“Kami menyesali kekhawatiran yang disebabkan selama krisis dan berharap pekerjaan ini yang akan dilihat pendukung kami dalam beberapa minggu mendatang, karena stadion kami memiliki tujuan yang sama sekali baru. Pendukung akan bangga dengan klub mereka,” ungkap Levy dilansir bbc.
Keputusan klub membatalkan pemotongan gaji staf nonpemain mendapatkan sambutan positif dari fans yang tergabung dalam Tottenham Hotspur Supporters' Club (THST). Mereka mengucapkan terima kasih kepada jajaran direksi yang telah mendengarkan aspirasi orang-orang yang mencintai klub.
“Ini adalah langkah pertama, tetapi langkah besar dalam memulihkan hubungan antara penggemar dan klub. Kami berterima kasih kepada klub karena telah menemukan solusi terbaik,” terang THST.
Sementara itu, klub-klub yang lebih kecil cenderung memiliki lebih sedikit kehilangan dalam hal penerimaan pendapatan dan jauh lebih bergantung pada pendapatan siaran sehingga dapat terus beroperasi relatif aman asalkan kompetisi bisa dilanjutkan.
AFC Bournemouth, Burnley, dan Watford, misalnya, mereka hanya mendapatkan kurang dari 10 juta poundsterling dalam penjualan tiket musim lalu. Jauh lebih kecil dibandingkan dari pendapatan hak siar televisi, yakni 100 juta poundsterling.
Beberapa biaya siaran pertandingan diberikan sesuai dengan posisi kompetisi dan penampilan di televisi, tetapi distribusi tetap relatif adil dan kesenjangan dalam tingkat pendapatan antara tim jauh lebih sedikit daripada angka yang sesuai untuk tiket dan pendapatan komersial.
Manchester City (Man City) menerima paling banyak keuntungan dari hak siar televisi dan hadiah uang musim lalu 147,5 juta poundsterling. Namun, klub terbawah Huddersfield Town, juga dibayar 93,6 juta poundsterling oleh pemegang hak siar.
Ketakutan terbesar bagi semua klub adalah bahwa masalah penjualan tiket akan memburuk, karena tidak ada jaminan bahwa penggemar akan diizinkan masuk ke dalam stadion musim berikutnya dan banyak yang mungkin memilih untuk menjauh karena alasan kesehatan atau keuangan.
Itu artinya, kebanggaan Liga Primer memperjuangkan terisinya stadion lebih dari 95% selama beberapa tahun terakhir harus bersiap, karena kapasitas sebesar itu tidak lagi dapat dijamin. (Alimansyah)
Analisis yang dilakukan Sportsmail mengungkapkan bahwa 20 klub papan atas memproyeksikan pendapatan pertandingan sekitar 708 juta musim ini. Namun, hampir seperempat dari yang ditetapkan tersebut akan hilang sebagai akibat terhentinya kompetisi.
Untuk menghindari risiko kerugian besar, berbagai rencana diberlakukan untuk memulai kembali musim ini, Juli nanti, dengan menggelar pertandingan secara tertutup. Skenario ini membuat klub bertanggung jawab untuk menawarkan pengembalian uang kepada penggemar dan klien-klien yang tidak dapat hadir ke stadion.
Solusi lainnya adalah klub berusaha mempertahankan tingkat kas mereka dalam jangka pendek dengan menawarkan diskon seperti tiket musim depan, dengan harapan penggemar dapat kembali menyaksikan pertandingan di stadion. Namun, apa pun yang terjadi, klub-klub ingin mengambil manfaat yang signifikan.
Analisis Liga Primer sendiri telah menginformasikan kepada kapten masing-masing tim pada conference call pekan lalu, bahwa klub berpotensi kehilangan 1,137miliar poundsterling secara keseluruhan akibat dampak pandemi Covid-19. Namun, sebagian besar dari angka itu berasal dari liga yakni 762 juta poundsterling yang diklaim akan jatuh tempo untuk pemegang hak siar jika musim dibatalkan.
Memang, Sky Sports telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan meminta pengembalian uang atas pertandingan senilai 371 juta poundsterling yang sejauh ini telah ditunda bahkan jika musim dibatalkan, seperti yang dilaporkan Sportsmail akhir pekan lalu.
Namun, prospek untuk mengembalikan uang tiket kepada penggemar adalah kekhawatiran nyata untuk semua klub. Sebagian besar bahkan semua klub sudah mengalami kerugian karena penangguhan tiket musim dan koorporasi penjualan untuk musim depan.
Alarm waspada jelas menyelimuti klub-klub besar. Meskipun memiliki aliran pendapatan lain, mereka akan terkena dampak paling besar akibat hilangnya pendapatan tiket. Manchester United (MU) misalnya. The Red Devils yang menghasilkan lebih dari 110 juta poundsterling pada hari-hari pertandingan musim lalu, setidaknya seperempatnya kini dalam bahaya.
Selain itu, Arsenal, Liverpool, dan Tottenham yang semuanya menghasilkan lebih dari 80 juta poundsterling dalam penjualan tiket dan hotel, dengan kerugian langsung sekitar 20 juta poundsterling. Hal itu menjadi alasan mengapa Liverpool dan Tottenham mengambil keputusan kontroversial dengan mengorbankan staf nonpemain, walaupun akhirnya dibatalkan.
Terbaru, Tottenham membatalkan menggunakan skema pemotongan gaji pemerintah terhadap staf nonpemainnya setelah mendapatkan kritikan dari fans, Senin (13/4). Sebuah pernyataan Spurs bahwa staf nonpemain akan menerima 100% dari gaji mereka untuk April dan Mei. Hanya, anggota dewan sekarang akan mendapatkan pengurangan gaji, termasuk ketua The Lilywhites, Daniel Levy, yang mendapatkan penghasilan 7 juta poundsterling tahun lalu.
“Kami menyesali kekhawatiran yang disebabkan selama krisis dan berharap pekerjaan ini yang akan dilihat pendukung kami dalam beberapa minggu mendatang, karena stadion kami memiliki tujuan yang sama sekali baru. Pendukung akan bangga dengan klub mereka,” ungkap Levy dilansir bbc.
Keputusan klub membatalkan pemotongan gaji staf nonpemain mendapatkan sambutan positif dari fans yang tergabung dalam Tottenham Hotspur Supporters' Club (THST). Mereka mengucapkan terima kasih kepada jajaran direksi yang telah mendengarkan aspirasi orang-orang yang mencintai klub.
“Ini adalah langkah pertama, tetapi langkah besar dalam memulihkan hubungan antara penggemar dan klub. Kami berterima kasih kepada klub karena telah menemukan solusi terbaik,” terang THST.
Sementara itu, klub-klub yang lebih kecil cenderung memiliki lebih sedikit kehilangan dalam hal penerimaan pendapatan dan jauh lebih bergantung pada pendapatan siaran sehingga dapat terus beroperasi relatif aman asalkan kompetisi bisa dilanjutkan.
AFC Bournemouth, Burnley, dan Watford, misalnya, mereka hanya mendapatkan kurang dari 10 juta poundsterling dalam penjualan tiket musim lalu. Jauh lebih kecil dibandingkan dari pendapatan hak siar televisi, yakni 100 juta poundsterling.
Beberapa biaya siaran pertandingan diberikan sesuai dengan posisi kompetisi dan penampilan di televisi, tetapi distribusi tetap relatif adil dan kesenjangan dalam tingkat pendapatan antara tim jauh lebih sedikit daripada angka yang sesuai untuk tiket dan pendapatan komersial.
Manchester City (Man City) menerima paling banyak keuntungan dari hak siar televisi dan hadiah uang musim lalu 147,5 juta poundsterling. Namun, klub terbawah Huddersfield Town, juga dibayar 93,6 juta poundsterling oleh pemegang hak siar.
Ketakutan terbesar bagi semua klub adalah bahwa masalah penjualan tiket akan memburuk, karena tidak ada jaminan bahwa penggemar akan diizinkan masuk ke dalam stadion musim berikutnya dan banyak yang mungkin memilih untuk menjauh karena alasan kesehatan atau keuangan.
Itu artinya, kebanggaan Liga Primer memperjuangkan terisinya stadion lebih dari 95% selama beberapa tahun terakhir harus bersiap, karena kapasitas sebesar itu tidak lagi dapat dijamin. (Alimansyah)
(yuds)