Pemain Bintang Bertumbangan, Klub Eropa Tanpa Daya
loading...
A
A
A
TURIN - Jadwal pertandingan yang padat dan faktor cedera membuat klub-klub berpikir keras mengatasi permasalahan kebugaran skuadnya dengan melakukan rotasi. Situasi semakin pelik lantaran di tengah bergulirnya agenda kompetisi klub, terdapat kalender internasional, Nations League.
Kompetisi bentukan UEFA yang bergulir untuk musim keduanya tersebut begitu menghantui klub-klub. Bagaimana tidak, sebelum bergabung, para pemain yang dipanggil ke tim nasional masing-masing berada dalam kondisi sehat. Namun, sekembalinya dari tugas negara, mereka kerap mengalami cedera hingga tertular Covid-19. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Hal itu praktis membuat klub-klub meradang. Penolakan untuk melepas para pemainnya ke tim nasional untuk pertandingan persahabatan dan Nations League bulan ini mulai diserukan berbagai pihak, terutama dari Seri A.
Beberapa pemain internasional Seri A telah menerima larangan bepergian dari otoritas kesehatan lokal setempat (ASL) dan tidak dapat bergabung dengan tim nasional mereka. ASL pertama yang mencegah pemain bergabung dengan tim nasional mereka adalah Florence, yang melarang pemain Fiorentina meninggalkan kota setelah Jose Maria Callejon dinyatakan positif Covid-19.
Skuad Fiorentina diperintahkan masuk ke bubble selama dua hari dan sesuai dengan protokol Seri A, mereka harus mengisolasi diri selama 10 hari sejak kasus pertama muncul. Itu disusul dengan ASL lainnya di Italia telah mencegah pemain-pemain di Sassuolo, Genoa, Roma, Lazio, dan Inter bepergian, karena masing-masing dari tim ini memiliki setidaknya satu pemain positif Covid-19 di dalam grup.
Namun, kubu Inter melalui Direktur Giuseppe Marrotta membantah jika mereka telah mendapatkan perintah menahan para pemainnya dari tugas tim nasional. Dia pun meminta Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora mengeluarkan pernyataan agar semua klub mendapatkan perlakuan setara agar tidak ada yang dirugikan.
“Situasi ini membuat ketimpangan sehingga saya minta Menteri Olahraga Spadafora turun tangan. Ini mengubah keteraturan berbagai turnamen. Saya merasa tidak masuk akal bahwa ASL di berbagai wilayah bertindak berbeda,” ungkap Marrotta, dilansir football-italia.net. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
Terlepas dari hal itu, Italia tampaknya berkomitmen tidak ingin kecolongan lagi. Seperti diketahui, enam pemain Juventus, termasuk Cristiano Ronaldo (CR7), keluar dari bubble klub bulan lalu untuk bergabung dengan tim nasional mereka. Juve telah melaporkan ke ASL setempat dan kejaksaan Turin mulai membuka penyelidikan.
Namun, para pemain yang telah menerima panggilan masih dapat bergabung dengan tim nasional mereka setelah periode isolasi diri mereka berakhir, seperti yang dilakukan pemain Juve lainnya bulan lalu. Dejan Kulusevski, Merih Demiral, Wojciech Szczesny, Aaron Ramsey, dan lainnya bergabung dengan tim nasional mereka beberapa hari setelah dimulainya kamp pelatihan dan setelah berakhirnya periode isolasi.
Sikap tegas Pemerintah Italia merepresentasikan kekhawatiran klub-klub Eropa pada umumnya terhadap kesehatan para pemainnya. Pasalnya, yang dirugikan tetap klub-klub itu sendiri. Dampak dari pertandingan uji coba dan Nations League, September-Oktober lalu misalnya terbukti telah menghadirkan masalah bagi pemain, mulai dari kelelahan, cedera, hingga tertular Covid-19. Toh klub tak berdaya melawan kuasa dari UEFA dan federasi sepak bola.
Imbas lainnya adalah harmonisasi performa klub di pentas domestik maupun Eropa menjadi terganggu. Contoh terbaru adalah Real Madrid. Di luar dugaan, Los Blancos takluk 1-4 dari Valencia di pertandingan Primera Liga, Senin (9/11).
Unggul melalui Karim Benzema (23), Valencia sukses membalikkan situasi berkat hattrick penalti Carlos Soler (35, 54, 63) dan gol bunuh diri Raphael Varane (43). Hasil minor di Estadio de Mestalla mengakhiri rentetan tanpa kekalahan Madrid dalam empat pertandingan sebelumnya di semua kompetisi. Itu membuat Sergio Ramos dkk terpaku di urutan keempat dan tertinggal empat poin dari Real Sociedad yang bercokol di puncak klasemen sementara Primera Liga (20 poin). (Baca juga: 7 Cara Sederhana Atasi Masalah Asam Lambung)
Bukan hanya Madrid, padatnya jadwal pertandingan domestik, Eropa, dan internasional membuat raksasa tradisional lainnya, Barcelona, juga berkutat di urutan ke-11. Pengaruh besar juga dirasakan klub-klub elite Liga Primer seperti Manchester City (Man City), Manchester United (MU), dan Arsenal yang tercecer di papan tengah klasemen.
Arsenal, misalnya. The Gunners harus menelan pil pahit seusai dipermalukan Aston Villa dengan skor 0-3 lewat gol bunuh diri Bukayo Saka (25) dan Ollie Watkins (72,75). Kekalahan tersebut membuat mereka menempati urutan ke-11 (12 poin).
Itu merupakan kekalahan terburuk kedua Arsenal di pertandingan kandang Liga Primer setelah takluk dari Man City dengan skor sama, Desember 2019. Kegagalan melanjutkan tiga kemenangan beruntun di tiga pertandingan sebelumnya membuat Pelatih Mikel Arteta kecewa dan akan bertanggung jawab penuh atas performa buruk Arsenal.
“Saya bertanggung jawab penuh. Kami tidak memulai dengan cukup baik. Kami lolos dengan VAR karena situasi offside. Namun, kami kalah dalam semua balapan, duel, dan kami ceroboh dalam penguasaan bola. Saat kami menciptakan peluang, kami tidak mencapai target. Ini kombinasi yang sangat buruk. Kami meninggalkan ruang dan ketika diserang balik, kami terlihat sangat rentan,” papar Arteta. (Baca juga: Penanganan Covid-19 Membaik, Ekonomi Segera tumbuh)
Tren naik-turun yang dialami klub-klub besar Eropa menandakan diperlukannya evaluasi terkait jadwal pertandingan, terutama pengurangan kalender internasional yang tergolong cukup padat. Potensi mendapatkan masalah baru terhadap para pemainnya seusai tiga pertandingan internasional (uji coba dan Nations League) yang dimulai akhir pekan ini sangat terbuka.
Di sisi lain, padatnya jadwal pertandingan Eropa dan internasional seolah menjadi keuntungan tersendiri bagi klub-klub di luar kekuatan tradisional. Sociedad yang bercokol di puncak klasemen sementara Primera Liga terlihat solid lantaran sebagian besar pemain andalannya tidak dipanggil ke tim nasional.
Itu pula diperlihatkan Sassuolo yang menempati urutan kedua Seri A (15 poin) yang mengungguli Juventus (13 poin) dan Inter Milan (12 poin). Angin segar juga dirasakan Leicester City. The Foxes bercokol di singgasana Liga Primer (18 poin) mengungguli Tottenham Hotspur dan Liverpool (17 poin).
Pencetak gol andalan mereka, Jamie Vardy (sembilan gol dari delapan penampilan), adalah bukti jika tersisih dari tim nasional Inggris sejak 2018 bukan akhir segalanya. Performa Vardy ini membuat Pelatih The Foxes Brendan Rodgers merasa bersyukur. (Lihat videonya: Kian Heboh Video Asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
Dia yakin Vardy telah mendapat manfaat dari pengasingan internasionalnya dengan tampil gemilang bersama klub. “Ini adalah poin penting. Anda harus mengatur kesegaran itu. Vardy membawa dimensi yang sangat besar ke tim kami. Dia tahu tahap kariernya saat ini. Dia mengatur waktunya untuk beristirahat dan memulihkan diri, seperti yang dilakukan seorang profesional top,” papar Rodgers. (Alimansyah)
Kompetisi bentukan UEFA yang bergulir untuk musim keduanya tersebut begitu menghantui klub-klub. Bagaimana tidak, sebelum bergabung, para pemain yang dipanggil ke tim nasional masing-masing berada dalam kondisi sehat. Namun, sekembalinya dari tugas negara, mereka kerap mengalami cedera hingga tertular Covid-19. (Baca: Baca Doa Ini Sebelum Shalat, Setan Bakal Kabur)
Hal itu praktis membuat klub-klub meradang. Penolakan untuk melepas para pemainnya ke tim nasional untuk pertandingan persahabatan dan Nations League bulan ini mulai diserukan berbagai pihak, terutama dari Seri A.
Beberapa pemain internasional Seri A telah menerima larangan bepergian dari otoritas kesehatan lokal setempat (ASL) dan tidak dapat bergabung dengan tim nasional mereka. ASL pertama yang mencegah pemain bergabung dengan tim nasional mereka adalah Florence, yang melarang pemain Fiorentina meninggalkan kota setelah Jose Maria Callejon dinyatakan positif Covid-19.
Skuad Fiorentina diperintahkan masuk ke bubble selama dua hari dan sesuai dengan protokol Seri A, mereka harus mengisolasi diri selama 10 hari sejak kasus pertama muncul. Itu disusul dengan ASL lainnya di Italia telah mencegah pemain-pemain di Sassuolo, Genoa, Roma, Lazio, dan Inter bepergian, karena masing-masing dari tim ini memiliki setidaknya satu pemain positif Covid-19 di dalam grup.
Namun, kubu Inter melalui Direktur Giuseppe Marrotta membantah jika mereka telah mendapatkan perintah menahan para pemainnya dari tugas tim nasional. Dia pun meminta Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora mengeluarkan pernyataan agar semua klub mendapatkan perlakuan setara agar tidak ada yang dirugikan.
“Situasi ini membuat ketimpangan sehingga saya minta Menteri Olahraga Spadafora turun tangan. Ini mengubah keteraturan berbagai turnamen. Saya merasa tidak masuk akal bahwa ASL di berbagai wilayah bertindak berbeda,” ungkap Marrotta, dilansir football-italia.net. (Baca juga: UIN Jakarta Dirikan Pusat Kajian Halal)
Terlepas dari hal itu, Italia tampaknya berkomitmen tidak ingin kecolongan lagi. Seperti diketahui, enam pemain Juventus, termasuk Cristiano Ronaldo (CR7), keluar dari bubble klub bulan lalu untuk bergabung dengan tim nasional mereka. Juve telah melaporkan ke ASL setempat dan kejaksaan Turin mulai membuka penyelidikan.
Namun, para pemain yang telah menerima panggilan masih dapat bergabung dengan tim nasional mereka setelah periode isolasi diri mereka berakhir, seperti yang dilakukan pemain Juve lainnya bulan lalu. Dejan Kulusevski, Merih Demiral, Wojciech Szczesny, Aaron Ramsey, dan lainnya bergabung dengan tim nasional mereka beberapa hari setelah dimulainya kamp pelatihan dan setelah berakhirnya periode isolasi.
Sikap tegas Pemerintah Italia merepresentasikan kekhawatiran klub-klub Eropa pada umumnya terhadap kesehatan para pemainnya. Pasalnya, yang dirugikan tetap klub-klub itu sendiri. Dampak dari pertandingan uji coba dan Nations League, September-Oktober lalu misalnya terbukti telah menghadirkan masalah bagi pemain, mulai dari kelelahan, cedera, hingga tertular Covid-19. Toh klub tak berdaya melawan kuasa dari UEFA dan federasi sepak bola.
Imbas lainnya adalah harmonisasi performa klub di pentas domestik maupun Eropa menjadi terganggu. Contoh terbaru adalah Real Madrid. Di luar dugaan, Los Blancos takluk 1-4 dari Valencia di pertandingan Primera Liga, Senin (9/11).
Unggul melalui Karim Benzema (23), Valencia sukses membalikkan situasi berkat hattrick penalti Carlos Soler (35, 54, 63) dan gol bunuh diri Raphael Varane (43). Hasil minor di Estadio de Mestalla mengakhiri rentetan tanpa kekalahan Madrid dalam empat pertandingan sebelumnya di semua kompetisi. Itu membuat Sergio Ramos dkk terpaku di urutan keempat dan tertinggal empat poin dari Real Sociedad yang bercokol di puncak klasemen sementara Primera Liga (20 poin). (Baca juga: 7 Cara Sederhana Atasi Masalah Asam Lambung)
Bukan hanya Madrid, padatnya jadwal pertandingan domestik, Eropa, dan internasional membuat raksasa tradisional lainnya, Barcelona, juga berkutat di urutan ke-11. Pengaruh besar juga dirasakan klub-klub elite Liga Primer seperti Manchester City (Man City), Manchester United (MU), dan Arsenal yang tercecer di papan tengah klasemen.
Arsenal, misalnya. The Gunners harus menelan pil pahit seusai dipermalukan Aston Villa dengan skor 0-3 lewat gol bunuh diri Bukayo Saka (25) dan Ollie Watkins (72,75). Kekalahan tersebut membuat mereka menempati urutan ke-11 (12 poin).
Itu merupakan kekalahan terburuk kedua Arsenal di pertandingan kandang Liga Primer setelah takluk dari Man City dengan skor sama, Desember 2019. Kegagalan melanjutkan tiga kemenangan beruntun di tiga pertandingan sebelumnya membuat Pelatih Mikel Arteta kecewa dan akan bertanggung jawab penuh atas performa buruk Arsenal.
“Saya bertanggung jawab penuh. Kami tidak memulai dengan cukup baik. Kami lolos dengan VAR karena situasi offside. Namun, kami kalah dalam semua balapan, duel, dan kami ceroboh dalam penguasaan bola. Saat kami menciptakan peluang, kami tidak mencapai target. Ini kombinasi yang sangat buruk. Kami meninggalkan ruang dan ketika diserang balik, kami terlihat sangat rentan,” papar Arteta. (Baca juga: Penanganan Covid-19 Membaik, Ekonomi Segera tumbuh)
Tren naik-turun yang dialami klub-klub besar Eropa menandakan diperlukannya evaluasi terkait jadwal pertandingan, terutama pengurangan kalender internasional yang tergolong cukup padat. Potensi mendapatkan masalah baru terhadap para pemainnya seusai tiga pertandingan internasional (uji coba dan Nations League) yang dimulai akhir pekan ini sangat terbuka.
Di sisi lain, padatnya jadwal pertandingan Eropa dan internasional seolah menjadi keuntungan tersendiri bagi klub-klub di luar kekuatan tradisional. Sociedad yang bercokol di puncak klasemen sementara Primera Liga terlihat solid lantaran sebagian besar pemain andalannya tidak dipanggil ke tim nasional.
Itu pula diperlihatkan Sassuolo yang menempati urutan kedua Seri A (15 poin) yang mengungguli Juventus (13 poin) dan Inter Milan (12 poin). Angin segar juga dirasakan Leicester City. The Foxes bercokol di singgasana Liga Primer (18 poin) mengungguli Tottenham Hotspur dan Liverpool (17 poin).
Pencetak gol andalan mereka, Jamie Vardy (sembilan gol dari delapan penampilan), adalah bukti jika tersisih dari tim nasional Inggris sejak 2018 bukan akhir segalanya. Performa Vardy ini membuat Pelatih The Foxes Brendan Rodgers merasa bersyukur. (Lihat videonya: Kian Heboh Video Asusila Mirip Gisel dan Jedar di Medsos)
Dia yakin Vardy telah mendapat manfaat dari pengasingan internasionalnya dengan tampil gemilang bersama klub. “Ini adalah poin penting. Anda harus mengatur kesegaran itu. Vardy membawa dimensi yang sangat besar ke tim kami. Dia tahu tahap kariernya saat ini. Dia mengatur waktunya untuk beristirahat dan memulihkan diri, seperti yang dilakukan seorang profesional top,” papar Rodgers. (Alimansyah)
(ysw)