Air Mata Penyesalan Andriy Yarmolenko Kirim Keluarga ke Ukraina
loading...
A
A
A
LONDON - Air mata penyesalan Andriy Yarmolenko datang terlambat. Perasaan itulah yang dialami pemain West Ham United dalam sebulan terakhir ini setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Yarmolenko menunjukkan sisi paling emosionalnya saat ia berbicara dengan Football 1/2/3. Dikutip dari Marca, Kamis (24/3/2022), ia bercerita bagaimana perasaannya saat ia mengetahui Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Pasalnya, sehari sebelum konflik bersenjata itu dimulai, Yarmolenko mengirim keluarganya (istri dan anak-anaknya) ke Ukraina lantaran anaknya sudah membuat janji dengan dokter. Dan, dia tidak pernah menyangka sebelumnya akan ada peristiwa yang sangat menakutkan dalam hidupnya.
BACA JUGA: Live di iNews! Hari Ini, Laga Penentuan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia
"Ketika semuanya dimulai, pada 24 Februari, saya tiba di pelatihan dan saya bahkan tidak bisa berbicara. Air mata jatuh. Saya meminta pelatih untuk membiarkan saya pulang dan kemudian saya tidak tahu harus berbuat apa," kenang Yarmolenko.
"Saya tidak berpikir hal seperti ini bisa terjadi. Saya mengirim mereka ke kyiv karena putra saya memiliki jadwal dengan dokter," sambungnya.
Perasaan Yarmolenko semakin tidak karuan ketika mengetahui adanya serangan militer Rusia ke Ukraina. Saat itu, ia bahkan ingin membenturkan kepalanya ke dinding.
BACA JUGA: Pesepak Bola Spanyol Kecam Standar Ganda di Ukraina dan Palestina
"Bisakah Anda bayangkan bagaimana rasanya ketika itu dimulai keesokan paginya? Saya hanya ingin berlari dan membenturkan diri ke dinding. Betapa bodohnya! Saya mengirim keluarga saya ke kyiv dan saya sedang duduk di London."
Yarmolenko mengaku kesulitan untuk mengembalikan kehidupan normalnya. Dia terus melakukan komunikasi dengan kerabatnya untuk memastikan bahwa keluarganya selamat dari serangan militer Rusia.
Namun pada akhirnya Yarmolenko mengakui bahwa hanya sepak bola yang mampu membantunya keluar dari masa sulit ini. "Saya tidak tidur, saya tidak makan, saya terus-menerus menelepon kerabat saya. Akhirnya, saya memilih untuk memakai sepatu saya lagi karena saya akan gila. Saya perlu mengalihkan perhatian saya," jelasnya.
"Mereka yang ada di sana (Ukraina), di mana ada pemboman terus-menerus, berada di tempat perlindungan bom. Mereka bersembunyi di ruang bawah tanah, seperti orang lain. Sejujurnya, itu membuatku takut untuk membicarakannya, untuk berpikir bahwa permusuhan terus-menerus terjadi."
Yarmolenko menyimpulkan, agar masyarakat Ukraina saling bekerja sama. Ia pun meyakini peperangan ini akan selesai.
“Pesan saya adalah tidak semua orang bisa bertarung. Tidak semua orang bisa menembak. Sekarang kita harus saling membantu. Jika tidak, tidak ada seorang pun kecuali diri kita sendiri yang akan melakukannya," tegas Yarmolenko.
"Saya yakin kita tidak akan kalah. Saya mengerti bahwa ketika ini sudah berakhir banyak anak akan ditinggalkan tanpa orang tua, banyak keluarga akan kehilangan tempat tinggal. Kita harus membangun bersama dan saling membantu," pungkas Yarmolenko.
Yarmolenko menunjukkan sisi paling emosionalnya saat ia berbicara dengan Football 1/2/3. Dikutip dari Marca, Kamis (24/3/2022), ia bercerita bagaimana perasaannya saat ia mengetahui Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Pasalnya, sehari sebelum konflik bersenjata itu dimulai, Yarmolenko mengirim keluarganya (istri dan anak-anaknya) ke Ukraina lantaran anaknya sudah membuat janji dengan dokter. Dan, dia tidak pernah menyangka sebelumnya akan ada peristiwa yang sangat menakutkan dalam hidupnya.
BACA JUGA: Live di iNews! Hari Ini, Laga Penentuan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia
"Ketika semuanya dimulai, pada 24 Februari, saya tiba di pelatihan dan saya bahkan tidak bisa berbicara. Air mata jatuh. Saya meminta pelatih untuk membiarkan saya pulang dan kemudian saya tidak tahu harus berbuat apa," kenang Yarmolenko.
"Saya tidak berpikir hal seperti ini bisa terjadi. Saya mengirim mereka ke kyiv karena putra saya memiliki jadwal dengan dokter," sambungnya.
Perasaan Yarmolenko semakin tidak karuan ketika mengetahui adanya serangan militer Rusia ke Ukraina. Saat itu, ia bahkan ingin membenturkan kepalanya ke dinding.
BACA JUGA: Pesepak Bola Spanyol Kecam Standar Ganda di Ukraina dan Palestina
"Bisakah Anda bayangkan bagaimana rasanya ketika itu dimulai keesokan paginya? Saya hanya ingin berlari dan membenturkan diri ke dinding. Betapa bodohnya! Saya mengirim keluarga saya ke kyiv dan saya sedang duduk di London."
Yarmolenko mengaku kesulitan untuk mengembalikan kehidupan normalnya. Dia terus melakukan komunikasi dengan kerabatnya untuk memastikan bahwa keluarganya selamat dari serangan militer Rusia.
Namun pada akhirnya Yarmolenko mengakui bahwa hanya sepak bola yang mampu membantunya keluar dari masa sulit ini. "Saya tidak tidur, saya tidak makan, saya terus-menerus menelepon kerabat saya. Akhirnya, saya memilih untuk memakai sepatu saya lagi karena saya akan gila. Saya perlu mengalihkan perhatian saya," jelasnya.
"Mereka yang ada di sana (Ukraina), di mana ada pemboman terus-menerus, berada di tempat perlindungan bom. Mereka bersembunyi di ruang bawah tanah, seperti orang lain. Sejujurnya, itu membuatku takut untuk membicarakannya, untuk berpikir bahwa permusuhan terus-menerus terjadi."
Yarmolenko menyimpulkan, agar masyarakat Ukraina saling bekerja sama. Ia pun meyakini peperangan ini akan selesai.
“Pesan saya adalah tidak semua orang bisa bertarung. Tidak semua orang bisa menembak. Sekarang kita harus saling membantu. Jika tidak, tidak ada seorang pun kecuali diri kita sendiri yang akan melakukannya," tegas Yarmolenko.
"Saya yakin kita tidak akan kalah. Saya mengerti bahwa ketika ini sudah berakhir banyak anak akan ditinggalkan tanpa orang tua, banyak keluarga akan kehilangan tempat tinggal. Kita harus membangun bersama dan saling membantu," pungkas Yarmolenko.
(yov)