Formula E, Primadona Beken di Lintasan Balap Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak diragukan lagi, Formula 1 (F1) masih menjadi kejuaraan balap mobil paling bergengsi. Namun, saat dunia bergerak ke arah energi ramah lingkungan, Formula E adalah jawaban sekaligus primadona.
Kabar baiknya, Indonesia akan menjadi tuan rumah Formula E (Jakarta E-Prix) di Sirkuit Internasional Ancol, 4 Juni 2022 mendatang. Berbagai persiapan digenjot menjelang balapan zero emission tersebut.
Jakarta E-Prix akan menjadi seri kesembilan Formula E 2022 dari total 16 balapan musim ini. Untuk kali pertama sejak race perdana digelar di Beijing, China pada 2014, Sirkuit Internasional Ancol akan berpartisipasi dalam kalander balap.
Berbeda dengan grand prix Formula 1 yang mengonsumsi bahan bakar etanol dan oktana, balapan Formula E menggunakan listrik sebagai pemasok tenaga mesin. Skenario ini, selain ramah lingkungan, memberi tantangan tersendiri bagi para pembalap.
Persiapan Jakarta E-Prix sudah memasuki tahap akhir di mana proses pengaspalan sirkuit yang berlokasi di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, telah rampung Senin (11/4/2022) lalu. Targetnya, semua fasilitas sirkuit beres sepekan sebelum balapan.
"Progres sirkuit Formula E sudah berkembang, kita siap menyelenggarakan event," kata Ketua Organizing Committee (OC) Formula E Jakarta, Ahmad Sahroni, dalam jumpa pers di Ancol Beach City, Jakarta Utara, Kamis (19/5/2022).
Untuk mengenal lebih jauh balapan ramah lingkungan ini, berikut sederet fakta menarik tentang mobil balap listrik yang digunakan di Formula E yang jadi primadona baru:
1. Berbobot Lebih Ringan dari Formula 1
Mobil balap Formula E memiliki bobot yang lebih ringan dari Formula 1 karena sebagian besar sasis mobil terbuat dari bahan aluminium, serat karbon, dan Kevlar. Menurut laman Hot Cars, berat mobil Formula E adalah 1100 lbs atau 498,95 Kg. Sedangkan berat mobil Formula 1 mencapai 795 Kg.
2. Spesifikasi Dasar Mobil Seragam
Semua pembalap Formula E berlomba dengan mobil yang pada dasarnya sama, sehingga persaingan relatif lebih kompetitif. Situasi ini terjadi lantaran spesifikasi dasar mobil seperti sasis, baterai, dan ban seragam. Tentu, modifikasi diperbolehkan di sektor lain, seperti electric motor, inverter, girboks, dan sistem pendingin mesin.
Kabar baiknya, Indonesia akan menjadi tuan rumah Formula E (Jakarta E-Prix) di Sirkuit Internasional Ancol, 4 Juni 2022 mendatang. Berbagai persiapan digenjot menjelang balapan zero emission tersebut.
Jakarta E-Prix akan menjadi seri kesembilan Formula E 2022 dari total 16 balapan musim ini. Untuk kali pertama sejak race perdana digelar di Beijing, China pada 2014, Sirkuit Internasional Ancol akan berpartisipasi dalam kalander balap.
Berbeda dengan grand prix Formula 1 yang mengonsumsi bahan bakar etanol dan oktana, balapan Formula E menggunakan listrik sebagai pemasok tenaga mesin. Skenario ini, selain ramah lingkungan, memberi tantangan tersendiri bagi para pembalap.
Persiapan Jakarta E-Prix sudah memasuki tahap akhir di mana proses pengaspalan sirkuit yang berlokasi di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, telah rampung Senin (11/4/2022) lalu. Targetnya, semua fasilitas sirkuit beres sepekan sebelum balapan.
"Progres sirkuit Formula E sudah berkembang, kita siap menyelenggarakan event," kata Ketua Organizing Committee (OC) Formula E Jakarta, Ahmad Sahroni, dalam jumpa pers di Ancol Beach City, Jakarta Utara, Kamis (19/5/2022).
Untuk mengenal lebih jauh balapan ramah lingkungan ini, berikut sederet fakta menarik tentang mobil balap listrik yang digunakan di Formula E yang jadi primadona baru:
1. Berbobot Lebih Ringan dari Formula 1
Mobil balap Formula E memiliki bobot yang lebih ringan dari Formula 1 karena sebagian besar sasis mobil terbuat dari bahan aluminium, serat karbon, dan Kevlar. Menurut laman Hot Cars, berat mobil Formula E adalah 1100 lbs atau 498,95 Kg. Sedangkan berat mobil Formula 1 mencapai 795 Kg.
2. Spesifikasi Dasar Mobil Seragam
Semua pembalap Formula E berlomba dengan mobil yang pada dasarnya sama, sehingga persaingan relatif lebih kompetitif. Situasi ini terjadi lantaran spesifikasi dasar mobil seperti sasis, baterai, dan ban seragam. Tentu, modifikasi diperbolehkan di sektor lain, seperti electric motor, inverter, girboks, dan sistem pendingin mesin.