Ketika Tinju Eratkan Hubungan Umat Kristen dan Muslim di Afrika

Sabtu, 26 Desember 2015 - 07:00 WIB
Ketika Tinju Eratkan Hubungan Umat Kristen dan Muslim di Afrika
Ketika Tinju Eratkan Hubungan Umat Kristen dan Muslim di Afrika
A A A
BANGUI - Menyebarkan pesan perdamaian antar umat beragama bisa dilakukan dengan cara apapun, termasuk lewat olah raga yang kini terus dipopulerkan. Seperti yang terjadi di Bangui, Ibukota Republik Afrika Tengah (CAR), yang coba merekatkan hubungan umat Kristen dan Muslim lewat ajang adu jotos alias tinju.

CAR, tepatnya di Bangui, sempat mencekam pada 2012-2013 ketika terjadi konflik. Saat itu, sekelompok pemberontak yang mayoritas berasal dari Muslim Koalisi Seleka, menuntut mundur Presiden Fracois Bozize yang juga pemimpin umat Kristen. Penyebabnya, pihak pemberontak menuduh pemerintahan Presiden Bozize gagal mematuhi perjanjian damai yang ditandatangani tahun 2007.

Hingga kini keributan kecil antar pemuda Kristen dan Muslim masih kerap terjadi. Namun sejak kedatangan Paus Francis bulan lalu, tensi panas sedikit mereda. Kini gelaran acara untuk membuat situasi tetap kondusif terus digalang, salah satunya menggelar tinju di wilayah PK5, wilayah mayoritas Muslim di Bangui.

"Hal itu tidak (aneh) sama sekali, tinju merupakan simbol perdamaian. Ketika dua petinju bertarung, mereka saling berpelukan setelahnya, tidak peduli siapa yang jadi pemenang. Itulah pesan yang ingin kita sampaikan," ucap Roger SMP Loutomo selaku Presiden federasi tinju Afrika Tengah yang mengagas ide tersebut sebagaimana dikutip Asian Age.

Wilayah PK5 mulai berani menggelar tinju setelah sebelumnya adu jotos hanya digelar di pusat Bangui. Sekedar informasi, setelah kerusuhan banyak warga Muslim takut beraktivitas dengan cara berdiam diri di rumah ketimbang keluar ke jalanan.

Ajang tinju itu diikuti 20 peserta dan hanya dua petarung yang beragama muslim, salah satunya Martial Ngoko. Petarung yang mengaku pindah agama dari Katolik ke Islam sejak lima tahun lalu mengaku sangat mengidolakan Muhammad Ali. Bahkan ia mengikuti jejaknya yakni tak terkalahkan dan selalu menang sejak Ronde ke-2.

Adapun petarung lainnya yakni Ngassima, seorang remaja Kristen yang belum menginjakkan kakinya di PK5 selama dua tahun terakhir. Keikutsertaannya di ajang tinju ini selain untuk bertarung, ternyata juga untuk mencari teman masa kecilnya yang beragama muslim.

"Ini adalah hari yang bersejarah," katanya dengan mata berkaca-kaca usai bertemu dan berpelukan dengan teman masa kecilnya tersebut.

Tepat di samping ring tinju, terdapat billboard besar dengan gambar peta CAR serta orang yang sedang melakukan gencatan senjata. Kata "Perdamaian" dalam bahasa Prancis juga dipampang disana sebagai pesan khusus gelaran tinju tersebut.

Di sisi ring, beberapa hakim duduk di kursi plastik menonton pertarungan. Gaspard Kopkapka, salah satu hakim yang juga anggota veteran asosiasi tinju Afrika Tengah, menyebut ajang ini bisa jadi pembelajaran bagi kaum remaja Kristen dan Muslim di sana.

"Semua yang kita dengar hanyalah pembicaraan tentang perang, dan kami sudah cukup soal itu. Kita harus menjaga para pemuda tetap. Olahraga adalah cara terbaik untuk mengatasinya," jelas Kopkapka yang sempat berlaga di Kejuaraan Dunia Tinju Amatir di Belgrade tahun 1970-an.
(bep)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4490 seconds (0.1#10.140)