Minim Komunikasi, Pemain Persib Sesalkan Pemutusan Kontrak
A
A
A
BANDUNG - Minimnya komunikasi dari manajemen Persib Bandung saat memutus kontrak pemain, membuat M Agung Pribadi kecewa. Bagaimana tidak, pada saat pemutusan kontrak oleh manajemen PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada 15 Mei 2015, para penggawa Persib masih harus melakoni pertandingan melawan Kitchee SC di babak 16 besar Piala AFC 2015, 27 Mei 2015 lalu.
"Ya, seharusnya manajemen melakukan komunikasi dulu. Dengan demikian, saat kami tampil di babak 16 besar Piala AFC, kami bisa dianggapnya sebagai pemain gacongan atau bisa jadi ilegal," tegas Agung.
Menurut mantan gelandang Persib kelahiran Bandung, Jawa Barat, 23 Juli 1989, tersebut lain hal jika manajemen terbuka dan melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan para pemain dan menjelaskan permasalahan yang terjadi, sehingga tidak adanya pemain yang merasa dikecewakan.
Dengan begitu, Agung menilai pemain akan mengerti dengan keadaan yang seperti sekarang ini. "Asal bicara dulu semua, kumpul bagaimana baiknya," ungkapnya.
Pemain jebolan Persib U-21 ini mengaku tidak bisa berbuat banyak atau menyalahkan keputusan manajemen. Pasalnya Agung menyadari situasi sepak bola tanah air yang tidak kondusif menjadi salah satu alasannya.
"Tapi, caranya itu setelah kami penantian beberapa bulan. Kalau ujungnya tetap seperti ini, mengapa tidak dari jauh-jauh hari saja dibubarkan," ujarnya.
Selama tidak merumput, rencananya Agung akan kembali fokus kuliah demi meraih gelar sarjana hukum di Universitas Islam Nusantara (Uninus). Menurut lama resmi Persib, Agung merupakan mahasiswa semester akhir di universitas terebut.
Pemain bernomor 13 saat berkostum Persib itu mengatakan, walau saat ini berkarier sebagai pemain sepak bola, namun pendidikan tetap penting. Dia berharap ilmu dari bangku kuliah akan berguna setelah ia tidak lagi berkarier di sepak bola. "Sekarang fokus menyelesaikan kuliah, karena sudah semester akhir," kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.
"Ya, seharusnya manajemen melakukan komunikasi dulu. Dengan demikian, saat kami tampil di babak 16 besar Piala AFC, kami bisa dianggapnya sebagai pemain gacongan atau bisa jadi ilegal," tegas Agung.
Menurut mantan gelandang Persib kelahiran Bandung, Jawa Barat, 23 Juli 1989, tersebut lain hal jika manajemen terbuka dan melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan para pemain dan menjelaskan permasalahan yang terjadi, sehingga tidak adanya pemain yang merasa dikecewakan.
Dengan begitu, Agung menilai pemain akan mengerti dengan keadaan yang seperti sekarang ini. "Asal bicara dulu semua, kumpul bagaimana baiknya," ungkapnya.
Pemain jebolan Persib U-21 ini mengaku tidak bisa berbuat banyak atau menyalahkan keputusan manajemen. Pasalnya Agung menyadari situasi sepak bola tanah air yang tidak kondusif menjadi salah satu alasannya.
"Tapi, caranya itu setelah kami penantian beberapa bulan. Kalau ujungnya tetap seperti ini, mengapa tidak dari jauh-jauh hari saja dibubarkan," ujarnya.
Selama tidak merumput, rencananya Agung akan kembali fokus kuliah demi meraih gelar sarjana hukum di Universitas Islam Nusantara (Uninus). Menurut lama resmi Persib, Agung merupakan mahasiswa semester akhir di universitas terebut.
Pemain bernomor 13 saat berkostum Persib itu mengatakan, walau saat ini berkarier sebagai pemain sepak bola, namun pendidikan tetap penting. Dia berharap ilmu dari bangku kuliah akan berguna setelah ia tidak lagi berkarier di sepak bola. "Sekarang fokus menyelesaikan kuliah, karena sudah semester akhir," kata anak kedua dari tiga bersaudara ini.
(sha)