Final Piala Bhayangkara Jadi Perseteruan Pelatih Alumni Gajayana

Jum'at, 01 April 2016 - 15:09 WIB
Final Piala Bhayangkara Jadi Perseteruan Pelatih Alumni Gajayana
Final Piala Bhayangkara Jadi Perseteruan Pelatih Alumni Gajayana
A A A
MALANG - Pertemuan Arema Cronus dan Persib Bandung di final Piala Bhayangkara 2016 menyodorkan fakta menarik selain perseteruan 11 pemain di lapangan. Apalagi kalau bukan perseteruan dua pelatih asal Eropa Timur, yakni Dejan Antonic dan Milomir Seslija.

Dua pelatih ini pernah menapaki jalan yang sama ketika pertama datang ke Indonesia sebagai pelatih. Dejan dan Milo sama-sama berangkat dari Stadion Gajayana, Malang. Tim pertama yang ditangani di Indonesia juga sama, yakni Arema Indonesia IPL.

Milomir Seslija diperkenalkan lebih dulu oleh Arema Indonesia IPL pada 2011 dan sempat melatih selama tiga bulan di Stadion Gajayana. Namun kiprah awalnya sebagai arsitek tim di negeri ini berakhir tragis, karena Arema kemudian didera perpecahan hingga dia harus hengkang.

Kemudian nama Milo tidak terdengar lagi hingga akhirnya ditunjuk sebagai Direktur Teknik Barito Putra tahun lalu. Dia akhirnya kembali ke tugasnya sebagai pelatih setelah Arema Cronus merekrutnya sebagai pelatih pada awal 2016, meneruskan tugas mendiang Suharno dan caretaker Joko Susilo.

Bisa dibilang Milo belum sempat mendapatkan prestasi yang menonjol selama berkiprah di Indonesia. Prestasi maksimalnya adalah membawa Arema Cronus juara Bali Island Cup 2016, serta mencapai babak trofeo alias semifinal di Piala Gubernur Kaltim 2016.

Milo belum setenar Dejan Antonic, suksesornya di Gajayana yang sebelumnya pernah menangani Kitchee FC. Rupanya keberuntungan lebih berpihak pada Dejan, karena dia lebih lama menangani Arema IPL dan sempat membawa timnya sampai quarter final Liga Champion Asia.

Perjalanan Dejan juga lebih konsisten di liga Indonesia. Setelah mengemasi kopor di Arema IPL, dia masih sempat menangani Pro Duta dan menjadi jawara Divisi Utama walau akhirnya tak diakui karena berkompetisi di bawah PT LPIS. Pelatih asal Serbia ini kemudian dikontrak Pelita Bandung Raya (PBR).

Karakter sebagai pelatih berbakat tampaknya melekat pada sosok yang pernah bermain untuk Persebaya Surabaya dan Persema Malang ini. Di PBR mencapai puncak ketika dia membawa timnya hingga semifinal Indonesia Super League (ISL) 2014. Hingga akhirnya Persib Bandung menariknya pada 2016.

Kini, pada akhirnya kedua pelatih yang dulunya bukan siapa-siapa di Stadion Gajayana, sama-sama melatih tim dengan ambisi besar di sepak bola tanah air. Dua tim yang beberapa musim terakhir terlibat rivalitas sengit, baik dalam persaingan di lapangan maupun supporter di tribun.

Secara karakter, Dejan dan Milo memiliki kesamaaan, yakni disiplin dan kuat dalam memompa motivasi timnya. Sosok yang sangat yakin dengan pendiriannya. Keduanya juga memiliki filosofi yang terkadang membuat supporter sulit untuk memahami keputusan yang dibuatnya.

Bisa dilihat bagaimana Dejan sempat memicu kontroversi ketika membawa Hermawan ke Persib Bandung. Beberapa pemain eks PBR juga diboyongnya ke Persib. Kejadian serupa juga dialami Milo dengan menerima luapan kekecewaan Aremania saat dirinya mendepak Kiko Insa dan menggantinya dengan Goran Gancev.

Aremania juga sempat heran dengan keputusan Milo membawa Srdjan Lopicic dan Antoni Putro ke Malang. Tapi begitulah, Dejan dan Milo tidak pernah terpengaruh dengan tekanan dan omongan di luar sana. Keduanya yakin dengan apa yang dibutuhkannya, bukan apa yang diinginkan orang lain.

Persib versus Arema bakal menyajikan laga menarik. Kedua pelatih dari Eropa Timur, dengan tipikal hampir sama, 'berkonflik' di Jakarta untuk mendapat trofi terbesarnya sejak menangani tim Indonesia. Siapa bakal jadi penguasa? Kita tunggu bersama.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4034 seconds (0.1#10.140)