Persebaya 1927 Kesal Kursi Suaranya Direbut 'Oknum' di Kongres PSSI
Kamis, 10 November 2016 - 15:50 WIB

Persebaya 1927 Kesal Kursi Suaranya Direbut 'Oknum' di Kongres PSSI
A
A
A
JAKARTA - Interupsi bertensi tegang sempat terjadi saat Kongres PSSI 2016, Kamis (10/11/2016) memasuki agenda pembahasan tata cara pemilihan ketua umum. Perwakilan Persebaya 1927 mempertanyakan keabsahan klub Bhayangkara Surabaya United (BSU) sebagai peserta Kongres.
Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB ketika suasana ballroom Hotel Mercure memanas. Saat itu, ketua Komite Pemilihan Agum Gumelar membacakan surat perintah AFC untuk sistem pemilihan. Tiba-tiba, perwakilan Persebaya 1927 maju ke depan dan naik ke mimbar untuk berpidato.
Dalam kesempatan tersebut, pria yang diketahui bernama M Choesnoel Faried mempertanyakan pengisi kursi untuk Persebaya Surabaya. Sebab, bukan Faried yang merupakan perwakilan klub sesungguhnya yang menduduki, melainkan orang lain.
Ia merujuk pada sosok dari klub Bhayangkara Surabaya United, tim yang awalnya 'menyingkirkan' Persebaya 1927 dari panggung sepak bola Indonesia. Menurut Faried, wakil BSU yang duduk di kursi Persebaya Surabaya tidak masuk akal.
"Kalau mengacu FIFA, ya tidak ada namanya Bhayangkara. Yang ada Persebaya, sedangkan kami pemilik suara tersebut yang sah," ucap Faried setelah meninggalkan arena Kongres.
Faried yang menjabat sebagai Direktur Keuangan dan manajer Persebaya 1927, mengaku ditunjuk sebagai perwakilan untuk menghadiri kongres. Pasalnya, salah satu agenda Kongres PSSI adalah mengembalikan haknya sebagai klub yang diakui PSSI.
Sebagai bukti, Faried membawa salinan asli surat mandat dari Persebaya 1927. Dengan berapi-api, ia meminta bantuan media membedakan mana Persebaya yang asli dan bukan.
"Mereka itu siapa? Siapa yang suruh mereka? Dari mana mereka bisa duduk di situ. Mana yang benar, katanya aturan harus ditegakkan?
"Itu hak kita. Kita udah menangkan segalanya, mulai dari pengadilan, semuanya baik dari nama, logo. Kalau mereka tetap gunakan, ya pelanggaran,"
Ada pun Faried cuma meminta keadilan. Menurutnya, jika PT PI (Persebaya Indonesia) tidak punya hak suara, maka orang lain juga tidak boleh menggunakan suara tersebut.
Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB ketika suasana ballroom Hotel Mercure memanas. Saat itu, ketua Komite Pemilihan Agum Gumelar membacakan surat perintah AFC untuk sistem pemilihan. Tiba-tiba, perwakilan Persebaya 1927 maju ke depan dan naik ke mimbar untuk berpidato.
Dalam kesempatan tersebut, pria yang diketahui bernama M Choesnoel Faried mempertanyakan pengisi kursi untuk Persebaya Surabaya. Sebab, bukan Faried yang merupakan perwakilan klub sesungguhnya yang menduduki, melainkan orang lain.
Ia merujuk pada sosok dari klub Bhayangkara Surabaya United, tim yang awalnya 'menyingkirkan' Persebaya 1927 dari panggung sepak bola Indonesia. Menurut Faried, wakil BSU yang duduk di kursi Persebaya Surabaya tidak masuk akal.
"Kalau mengacu FIFA, ya tidak ada namanya Bhayangkara. Yang ada Persebaya, sedangkan kami pemilik suara tersebut yang sah," ucap Faried setelah meninggalkan arena Kongres.
Faried yang menjabat sebagai Direktur Keuangan dan manajer Persebaya 1927, mengaku ditunjuk sebagai perwakilan untuk menghadiri kongres. Pasalnya, salah satu agenda Kongres PSSI adalah mengembalikan haknya sebagai klub yang diakui PSSI.
Sebagai bukti, Faried membawa salinan asli surat mandat dari Persebaya 1927. Dengan berapi-api, ia meminta bantuan media membedakan mana Persebaya yang asli dan bukan.
"Mereka itu siapa? Siapa yang suruh mereka? Dari mana mereka bisa duduk di situ. Mana yang benar, katanya aturan harus ditegakkan?
"Itu hak kita. Kita udah menangkan segalanya, mulai dari pengadilan, semuanya baik dari nama, logo. Kalau mereka tetap gunakan, ya pelanggaran,"
Ada pun Faried cuma meminta keadilan. Menurutnya, jika PT PI (Persebaya Indonesia) tidak punya hak suara, maka orang lain juga tidak boleh menggunakan suara tersebut.
(bbk)