Saya Akan Juara Dunia Superbike 2017 dan Kembali ke MotoGP
A
A
A
BOLOGNA - Setelah akhir musim yang menakjubkan, pembalap asal Wales Chaz Davies (tim Aruba.it Ducati), punya target merebut juara dunia Superbike 2017 buat kembali ke MotoGP pada 2018.
Ya, Chaz Davies melakoni akhir musim yang luar biasa pada Kejuaraan Dunia Balap Superbike (WSBK) 2016. Dia menyapu bersih tiga seri terakhir (enam balapan) dengan kemenangan, dan total lima kemenangan ganda. Orang-orang tampak melihat lagi sebuah dominasi di ajang ini seperti yang pernah dicatat Carl Fogarty, Neil Hodgson, Colin Edwards, Troy Bayliss, hingga Ben Spies.
Walau total mengumpulkan 11 kemenangan, berbanding 9 milik Jonathan Rea (498 poin) yang sukses mempertahankan gelar juara dunianya. Pada klasemen akhir pembalap Superbike 2016, Davies hanya mampu bertengger di urutan ketiga klasemen akhir. Dia mengumpulkan 445 poin, minus dua poin dari Tom Sykes (Kawasaki) di peringkat kedua.
Apa komentar terbaru dari pembalap yang pernah jadi juara dunia Supersport 2011 dan runner-up Superbike 2015 itu, soal hasil 2016 dan masa depan karier balapnya? Berikut kutipan wawancara terbarunya dengan GPOne.
Dengan motor Ducati, Anda mampu menunjukkan potensi luar biasa di Superbike?
“Semuanya dengan kerja keras bersama teknisi dan mekanik. Saingan kami telah mengalami peningkatan selama perjalanan musim dan kami bisa menjaganya. Mesin dan peralatan elektronik, telah mengambil beberapa langkah maju dalam hal evolusi. Tetapi kemajuan utama, datang dari pengerjaan pada geometri rangka dan sasis, yang mana telah beradaptasi sempurna dengan gaya balap saya.”
Apakah motor Superbike Ducati butuh gaya balap stop and go?
“Tidak, saya pikir tidak begitu. Motor dapat disesuaikan tergantung kebutuhan pembalap. Contohnya, jika saya membutuhkan gaya untuk menaklukkan tikungan, saya bisa memiliki itu. Ketika saya harus cepat melalui tikungan, saya mampu melakukan itu. Titik kekuatan kami sekarang adalah, ketika motor melalui tikungan menengah, dan sasis motor kami dapat beradaptasi dengan setiap kebutuhan. Bersama-sama kami telah mengumpulkan paket lengkap.”
Bagaimana persaingan di Superbike tahun depan dan tes dengan motor Ducati MotoGP?
“Tahun depan akan menjadi tantangan nyata bagi semua orang. Ducati akan fokus 110 persen pada Jorge Lorenzo di MotoGP, tes saya akan jadi prioritas kedua. Semoga kami menemukan tanggal tes yang tepat.”
Anda pernah balapan di kelas 125cc dan 250cc, juga diberi kesempatan turun di MotoGP pada dua seri. Apakah ada niat untuk kembali ke kelas bergengsi?
“Jika saya bisa memenangkan gelar juara dunia Superbike 2017, tujuan saya berikutnya adalah pindah ke MotoGP, itu pasti. Sekarang, terlalu mudah untuk bicara tentang itu. Tapi saya ambisius, karena setiap tahun saya membalap lebih baik. Saya selalu memberikan 100 persen, dan ini bisa jadi saat yang tepat untuk menguji MotoGP. Hanya saja, untuk melakukannya dengan baik di MotoGP, Anda membutuhkan motor tim pabrikan. Namun saat ini, saya fokus pada target sendiri di Superbike.”
Ya, Chaz Davies melakoni akhir musim yang luar biasa pada Kejuaraan Dunia Balap Superbike (WSBK) 2016. Dia menyapu bersih tiga seri terakhir (enam balapan) dengan kemenangan, dan total lima kemenangan ganda. Orang-orang tampak melihat lagi sebuah dominasi di ajang ini seperti yang pernah dicatat Carl Fogarty, Neil Hodgson, Colin Edwards, Troy Bayliss, hingga Ben Spies.
Walau total mengumpulkan 11 kemenangan, berbanding 9 milik Jonathan Rea (498 poin) yang sukses mempertahankan gelar juara dunianya. Pada klasemen akhir pembalap Superbike 2016, Davies hanya mampu bertengger di urutan ketiga klasemen akhir. Dia mengumpulkan 445 poin, minus dua poin dari Tom Sykes (Kawasaki) di peringkat kedua.
Apa komentar terbaru dari pembalap yang pernah jadi juara dunia Supersport 2011 dan runner-up Superbike 2015 itu, soal hasil 2016 dan masa depan karier balapnya? Berikut kutipan wawancara terbarunya dengan GPOne.
Dengan motor Ducati, Anda mampu menunjukkan potensi luar biasa di Superbike?
“Semuanya dengan kerja keras bersama teknisi dan mekanik. Saingan kami telah mengalami peningkatan selama perjalanan musim dan kami bisa menjaganya. Mesin dan peralatan elektronik, telah mengambil beberapa langkah maju dalam hal evolusi. Tetapi kemajuan utama, datang dari pengerjaan pada geometri rangka dan sasis, yang mana telah beradaptasi sempurna dengan gaya balap saya.”
Apakah motor Superbike Ducati butuh gaya balap stop and go?
“Tidak, saya pikir tidak begitu. Motor dapat disesuaikan tergantung kebutuhan pembalap. Contohnya, jika saya membutuhkan gaya untuk menaklukkan tikungan, saya bisa memiliki itu. Ketika saya harus cepat melalui tikungan, saya mampu melakukan itu. Titik kekuatan kami sekarang adalah, ketika motor melalui tikungan menengah, dan sasis motor kami dapat beradaptasi dengan setiap kebutuhan. Bersama-sama kami telah mengumpulkan paket lengkap.”
Bagaimana persaingan di Superbike tahun depan dan tes dengan motor Ducati MotoGP?
“Tahun depan akan menjadi tantangan nyata bagi semua orang. Ducati akan fokus 110 persen pada Jorge Lorenzo di MotoGP, tes saya akan jadi prioritas kedua. Semoga kami menemukan tanggal tes yang tepat.”
Anda pernah balapan di kelas 125cc dan 250cc, juga diberi kesempatan turun di MotoGP pada dua seri. Apakah ada niat untuk kembali ke kelas bergengsi?
“Jika saya bisa memenangkan gelar juara dunia Superbike 2017, tujuan saya berikutnya adalah pindah ke MotoGP, itu pasti. Sekarang, terlalu mudah untuk bicara tentang itu. Tapi saya ambisius, karena setiap tahun saya membalap lebih baik. Saya selalu memberikan 100 persen, dan ini bisa jadi saat yang tepat untuk menguji MotoGP. Hanya saja, untuk melakukannya dengan baik di MotoGP, Anda membutuhkan motor tim pabrikan. Namun saat ini, saya fokus pada target sendiri di Superbike.”
(sbn)