Didukung FFF, Akademi Sepak Bola di Prancis Cetak Pemain Mahal
A
A
A
PARIS - Di tengah hiruk-pikuk bursa transfer, orang lebih banyak membicarakan tentang pemain dan klub lalu lalang. Siapa pemain bintang yang hengkang dan klub besar yang rela mengeluarkan uang triliunan rupiah.
Tapi, sedikit yang membicarakan bagaimana pemain tersebut diproduksi sehingga menghasilkan angka ratusan miliar sampai triliunan rupiah. Bicara produksi pemain, empat tahun terakhir, Prancis harus ditempatkan di urutan pertama.
Prancis mulai menjadi kiblat dari produksi pemain, menggeser Brasil, Spanyol, atau Jerman. Lalu, bagaimana Prancis melakukannya? Jawabannya pada keseriusan mereka dengan 12 akademi sepak bola elite di seluruh penjuru negeri di bawah pengawasan Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).
Salah satu akademi yang paling kesohor adalah Clairefontaine. Berlokasi 30 mil dari barat daya Paris, Clairefontaine ibarat pabrik yang telah menghasilkan pemain-pemain istimewa seperti Thierry Henry, Nicolas Anelka, Louis Saha, hingga William Gallas.
Beberapa di antaranya bahkan menjadi tulang punggung Les Bleussaat menjuarai Piala Dunia 1998. Di masa kini, Clairefontaine terus memproduksi talenta muda yang telah menjelma menjadi bintang seperti Kylian Mbappe dan Blaise Matuidi.
Clairefontaine memang tempat ideal, Terletak di lembah Chevreuse di jantung hutan Rambouillet. Clairefontaine memiliki beberapa tempat latihan, lapangan stadion, dan bahkan lapangan indooryang terbuat dari rumput sintetis.
Pusat akademi ini juga mencakup gedung medis, pusat kebugaran, ruang kebugaran, restoran, kafetaria, hingga tiga lapangan tenis. Semua fasilitas lengkap tersebut diimbangi dengan pelatih dan kurikulum yang bagus.
Jean-Claude Lafargue selaku direktur Clairefontaine menuturkan pihaknya sangat piawai mengelola dan membentuk bakat-bakat potensial sehingga bisa menjadi pemain-pemain bintang.
“Kami adalah spesialis menangani pemain-pemain muda. Kami membuat mereka pintar dan berpikir. Sepak bola adalah tentang lebih unggul dari yang lain. Agar unggul, Anda harus menggunakan kaki yang tepat. Anda harus bergerak pada waktu yang tepat,” ungkap Lafargue, dilansir telegraph.co.uk.
Clairefontaine dan akademi-akademi lainnya jelas berperan besar membuat Prancis berada di puncak dunia. Para pemainnya kini tersebar di berbagai klub-klub top Eropa. Mbappe, misalnya. Dia memperkuat Paris Saint- Germain (PSG), Paul Pogba di Manchester United (MU), hingga Antoine Griezmann di Atletico Madrid.
Pogba bahkan pernah berlabel sebagai pemain termahal dunia ketika diboyong dari Juventus ke MU senilai 89,3 juta poundsterling, Agustus 2016. Berbagai pencapaian tersebut seolah membayar lunas ketekunan dan keuletan FFF membangun akademi yang berkesinambungan.
Tapi, sedikit yang membicarakan bagaimana pemain tersebut diproduksi sehingga menghasilkan angka ratusan miliar sampai triliunan rupiah. Bicara produksi pemain, empat tahun terakhir, Prancis harus ditempatkan di urutan pertama.
Prancis mulai menjadi kiblat dari produksi pemain, menggeser Brasil, Spanyol, atau Jerman. Lalu, bagaimana Prancis melakukannya? Jawabannya pada keseriusan mereka dengan 12 akademi sepak bola elite di seluruh penjuru negeri di bawah pengawasan Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).
Salah satu akademi yang paling kesohor adalah Clairefontaine. Berlokasi 30 mil dari barat daya Paris, Clairefontaine ibarat pabrik yang telah menghasilkan pemain-pemain istimewa seperti Thierry Henry, Nicolas Anelka, Louis Saha, hingga William Gallas.
Beberapa di antaranya bahkan menjadi tulang punggung Les Bleussaat menjuarai Piala Dunia 1998. Di masa kini, Clairefontaine terus memproduksi talenta muda yang telah menjelma menjadi bintang seperti Kylian Mbappe dan Blaise Matuidi.
Clairefontaine memang tempat ideal, Terletak di lembah Chevreuse di jantung hutan Rambouillet. Clairefontaine memiliki beberapa tempat latihan, lapangan stadion, dan bahkan lapangan indooryang terbuat dari rumput sintetis.
Pusat akademi ini juga mencakup gedung medis, pusat kebugaran, ruang kebugaran, restoran, kafetaria, hingga tiga lapangan tenis. Semua fasilitas lengkap tersebut diimbangi dengan pelatih dan kurikulum yang bagus.
Jean-Claude Lafargue selaku direktur Clairefontaine menuturkan pihaknya sangat piawai mengelola dan membentuk bakat-bakat potensial sehingga bisa menjadi pemain-pemain bintang.
“Kami adalah spesialis menangani pemain-pemain muda. Kami membuat mereka pintar dan berpikir. Sepak bola adalah tentang lebih unggul dari yang lain. Agar unggul, Anda harus menggunakan kaki yang tepat. Anda harus bergerak pada waktu yang tepat,” ungkap Lafargue, dilansir telegraph.co.uk.
Clairefontaine dan akademi-akademi lainnya jelas berperan besar membuat Prancis berada di puncak dunia. Para pemainnya kini tersebar di berbagai klub-klub top Eropa. Mbappe, misalnya. Dia memperkuat Paris Saint- Germain (PSG), Paul Pogba di Manchester United (MU), hingga Antoine Griezmann di Atletico Madrid.
Pogba bahkan pernah berlabel sebagai pemain termahal dunia ketika diboyong dari Juventus ke MU senilai 89,3 juta poundsterling, Agustus 2016. Berbagai pencapaian tersebut seolah membayar lunas ketekunan dan keuletan FFF membangun akademi yang berkesinambungan.
(don)