Lin Jarvis Bicara Kelebihan dan Kelemahan Vinales
A
A
A
MADRID - Lin Jarvis selaku Managing Director Yamaha Motor Racing masih belum bisa memastikan apakah Maverick Vinales dianggap layak untuk menggantikan posisi Valentino Rossi andai The Doctor pensiun setelah gelaran MotoGP 2020. Tapi jika pembalap berjuluk Top Gun berada di zona nyamannya, maka ia bakal mendapat manfaat yang luar biasa.
"Anda selalu khawatir ketika melihat pembalap yang melewati masa-masa sulit. Dalam kasus Maverick, saya akan mengatakan dia memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak jika dia mengalami depresi, maka dia dapat terus memotivasi dirinya sendiri untuk berlatih, terus mendorong, terus berjuang - dan kemudian kembali ke bagian atas. Kelemahannya adalah dia terlalu mudah terlibat dalam hal negatif. Dia kemudian menciptakan dirinya sendiri - dan kemudian mendarat tanpa banyak usaha untuk mendapatkan hal positif," cetus Lin Jarvis dikutip dari Speedweek, Senin (22/7/2019).
Vinales bergabung dengan tim pabrikan Movistar Yamaha pada 2017. Pada debutnya, pembalap asal Spanyol itu berhasil berada di peringkat ketiga pada klasemen akhir MotoGP setelah mengumpulkan 230 poin dari tujuh podium (tiga menang di Qatar, Argentina, dan Prancis) yang diraihnya.
Setahun kemudian, Vinales tak mampu keluar dari bayang-bayang Rossi setelah tercecer di peringkat keempat pada klasemen akhir MotoGP 2018. Tapi di tahun ini, dia tampaknya ingin menggarisbawahi namanya sebagai pembalap nomor satu di tim Yamaha.
Karena di paruh pertama MotoGP 2019, Vinales mampu unggul lima poin dari Rossi. "Jika Maverick berhasil tetap di zona nyamannya, ia benar-benar bisa mendapatkan manfaat luar biasa," sambung Jarvis.
Disinggung apakah Vinales membutuhkan pelatih mental untuk mengatasi masalah, Jarvis mengaku tidak tahu apakah dia membutuhkannya. Tapi sepengetahuannya setiap pembalap selalu melihat semua sudut persiapan, sehingga pembalap tidak membutuhkan pelatih mental.
Jarvis menambahkan Vinales saat ini telah mengalami perubahan sejak mengubah kepala mekanik Ramon Forcada ke Esteban Garcia. Dulu, dia kerap mementingkan satu putaran cepat ketimbang konsisten mempertahankan kecepatan selama balapan.
Kesalahan inilah yang sudah diubah. "Kepala kru baru jelas memiliki efek positif pada Maverick. Tentu saja, Ramon Forcada memiliki banyak pengetahuan teknis yang luar biasa dan banyak pengalaman. Tetapi kelemahan Ramon adalah komunikasi pribadi. Selain itu, ia hampir 40 tahun lebih tua dari Maverick. Jadi ada konflik generasi yang sangat besar dan perbedaan usia."
"Di satu sisi, Esteban Garcia lebih muda dan memiliki pendekatan yang berbeda dengan pembalap dan pendekatan yang lebih manusiawi. Kedatangannya di tim tentu saja terbukti menjadi keuntungan bagi Maverick. Dan kami telah menemukan seorang analis trek baru, Julian Simon. Dia adalah pria top. Kombinasi dengan anggota tim baru Esteban sebagai kepala kru dan Julian sebagai pelatih balap baru terbukti sangat baik untuk Maverick. Pada saat yang sama, tim SIC Yamaha dengan Wilco dan Ramon telah diuntungkan dari perubahan personel ini,"
"Anda selalu khawatir ketika melihat pembalap yang melewati masa-masa sulit. Dalam kasus Maverick, saya akan mengatakan dia memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak jika dia mengalami depresi, maka dia dapat terus memotivasi dirinya sendiri untuk berlatih, terus mendorong, terus berjuang - dan kemudian kembali ke bagian atas. Kelemahannya adalah dia terlalu mudah terlibat dalam hal negatif. Dia kemudian menciptakan dirinya sendiri - dan kemudian mendarat tanpa banyak usaha untuk mendapatkan hal positif," cetus Lin Jarvis dikutip dari Speedweek, Senin (22/7/2019).
Vinales bergabung dengan tim pabrikan Movistar Yamaha pada 2017. Pada debutnya, pembalap asal Spanyol itu berhasil berada di peringkat ketiga pada klasemen akhir MotoGP setelah mengumpulkan 230 poin dari tujuh podium (tiga menang di Qatar, Argentina, dan Prancis) yang diraihnya.
Setahun kemudian, Vinales tak mampu keluar dari bayang-bayang Rossi setelah tercecer di peringkat keempat pada klasemen akhir MotoGP 2018. Tapi di tahun ini, dia tampaknya ingin menggarisbawahi namanya sebagai pembalap nomor satu di tim Yamaha.
Karena di paruh pertama MotoGP 2019, Vinales mampu unggul lima poin dari Rossi. "Jika Maverick berhasil tetap di zona nyamannya, ia benar-benar bisa mendapatkan manfaat luar biasa," sambung Jarvis.
Disinggung apakah Vinales membutuhkan pelatih mental untuk mengatasi masalah, Jarvis mengaku tidak tahu apakah dia membutuhkannya. Tapi sepengetahuannya setiap pembalap selalu melihat semua sudut persiapan, sehingga pembalap tidak membutuhkan pelatih mental.
Jarvis menambahkan Vinales saat ini telah mengalami perubahan sejak mengubah kepala mekanik Ramon Forcada ke Esteban Garcia. Dulu, dia kerap mementingkan satu putaran cepat ketimbang konsisten mempertahankan kecepatan selama balapan.
Kesalahan inilah yang sudah diubah. "Kepala kru baru jelas memiliki efek positif pada Maverick. Tentu saja, Ramon Forcada memiliki banyak pengetahuan teknis yang luar biasa dan banyak pengalaman. Tetapi kelemahan Ramon adalah komunikasi pribadi. Selain itu, ia hampir 40 tahun lebih tua dari Maverick. Jadi ada konflik generasi yang sangat besar dan perbedaan usia."
"Di satu sisi, Esteban Garcia lebih muda dan memiliki pendekatan yang berbeda dengan pembalap dan pendekatan yang lebih manusiawi. Kedatangannya di tim tentu saja terbukti menjadi keuntungan bagi Maverick. Dan kami telah menemukan seorang analis trek baru, Julian Simon. Dia adalah pria top. Kombinasi dengan anggota tim baru Esteban sebagai kepala kru dan Julian sebagai pelatih balap baru terbukti sangat baik untuk Maverick. Pada saat yang sama, tim SIC Yamaha dengan Wilco dan Ramon telah diuntungkan dari perubahan personel ini,"
(sha)