Jadi Runner-up All England, The Minions Tetap Bersyukur
A
A
A
BIRMINGHAM - Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo gagal mewujudkan ambisinya masuk jajaran ganda putra Indonesia yang mampu menjuarai All England hingga tiga kali. The Minions hanya mampu jadi runner-up. Meski demikian, mereka tetap bersyukur.
(Baca Juga: Marcus/Kevin Tumbang, Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Ganda Putra )
Marcus/Kevin dikalahkan wakil Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe dengan skor 18-21, 21-12, 19-21 saat final, di Arena Birmingham, Senin (16/3). Padahal, jika saja keluar sebagai pemenang, mereka bisa mengikuti jejak seniornya yang bisa menjuarai event ini sebanyak tiga kali.
Selama mengikuti All England, ganda putra Indonesia sudah 21 kali jadi juara. Dan, pasangan yang paling banyak meraih gelar adalah Tjun Tjun/Johan Wahjudi. Keduanya tercatat sudah enam kali keluar sebagai pemenang.
Sebelum era Terbuka, Tjun Tjun/Johan Wahjudi merajai edisi 1974, 1975, 1977, 1978 dan 1979. Sedangkan saat era Terbuka keduanya menguasai perhelatan 1980. Artinya, mereka sempat empat kali beruntun jadi juara.
Marcus/Kevin sejatinya sempat berpeluang mengikuti jejak mereka setidaknya dengan merengkuh gelar ketiga. Keduanya sempat memenangi edisi 2017 dengan mengalahkan Li Junhui/Liu Yuchen asal China, dan 2018 usai melibas Mathias Boe/Carsten Mogensen dari Denmark.
Sayang, misi itu urung terpenuhi. Meski gagal berdiri di podium juara, Marcus/Kevin tetap bersyukur. Sebab, pencapaian kali ini jauh lebih baik dari tahun lalu. Pada All England 2019, mereka terhenti di babak pertama.
“Hasil tahun ini kami syukuri saja. Main juga sudah baik, cuma di partai final lawannya memang bagus. Mereka lagi bagus juga, belum pernah kalah satu game pun. Lagi rapet juga mereka. Di akhir-akhir mereka melakukan spekulasi yang cukup nekat juga,” kata Marcus, dilansir badminton.org
Kevin/Marcus sempat kehilangan game pertamanya. Namun, bisa ditebusnya dengan memenangi game kedua. Sayang, pada game penentu, upaya mereka urung berbuah kemenangan. Padahal, sempat memimpin 19-18.
“Hari ini kami sudah coba yang terbaik. Mungkin sedikit kurang hoki juga. Karena di akhir game kami sudah sempat leading. Hari ini mereka bermain dengan sangat konsisten dan nggak banyak melakukan kesalahan sendiri,” ungkap Kevin.
Indonesia gagal mempertahankan gelarnya di ganda putra lantaran lawan bisa memetik tiga poin beruntun. Alhasil, Endo/Watanabe menjadi pasangan Jepang pertama yang menjuarai All England di nomor ini. Sebelumnya Endo sempat tiga kali masuk final ketika berduet dengan Kenichi Hayakawa.
“Pastinya kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Game pertama kami sudah fight, terus memang kalah. Game kedua kami ubah strategi, mainnya agak dipelanin sedikit, di situ sudah ketemu polanya. Tapi, game ketiga mereka coba mempercepat permainan lagi,” ucap Marcus.
“Kami sudah coba melakukan dengan maksimal, kami juga sudah mengejar. Kami sudah melakukan yang terbaik. Akhir-akhir kami juga unggul 19-18. Tapi, mereka maju lagi nempel ke net. Ya mungkin belum rejeki ya,” tandas Marcus.
Penjelasan Marcus dibenarkan Kevin. “Waktu kami unggul 19-18 memang sedikit buru-buru ya. Pengen menyerang duluan malah mati sendiri,” tegasnya.
(Baca Juga: Marcus/Kevin Tumbang, Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Ganda Putra )
Marcus/Kevin dikalahkan wakil Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe dengan skor 18-21, 21-12, 19-21 saat final, di Arena Birmingham, Senin (16/3). Padahal, jika saja keluar sebagai pemenang, mereka bisa mengikuti jejak seniornya yang bisa menjuarai event ini sebanyak tiga kali.
Selama mengikuti All England, ganda putra Indonesia sudah 21 kali jadi juara. Dan, pasangan yang paling banyak meraih gelar adalah Tjun Tjun/Johan Wahjudi. Keduanya tercatat sudah enam kali keluar sebagai pemenang.
Sebelum era Terbuka, Tjun Tjun/Johan Wahjudi merajai edisi 1974, 1975, 1977, 1978 dan 1979. Sedangkan saat era Terbuka keduanya menguasai perhelatan 1980. Artinya, mereka sempat empat kali beruntun jadi juara.
Marcus/Kevin sejatinya sempat berpeluang mengikuti jejak mereka setidaknya dengan merengkuh gelar ketiga. Keduanya sempat memenangi edisi 2017 dengan mengalahkan Li Junhui/Liu Yuchen asal China, dan 2018 usai melibas Mathias Boe/Carsten Mogensen dari Denmark.
Sayang, misi itu urung terpenuhi. Meski gagal berdiri di podium juara, Marcus/Kevin tetap bersyukur. Sebab, pencapaian kali ini jauh lebih baik dari tahun lalu. Pada All England 2019, mereka terhenti di babak pertama.
“Hasil tahun ini kami syukuri saja. Main juga sudah baik, cuma di partai final lawannya memang bagus. Mereka lagi bagus juga, belum pernah kalah satu game pun. Lagi rapet juga mereka. Di akhir-akhir mereka melakukan spekulasi yang cukup nekat juga,” kata Marcus, dilansir badminton.org
Kevin/Marcus sempat kehilangan game pertamanya. Namun, bisa ditebusnya dengan memenangi game kedua. Sayang, pada game penentu, upaya mereka urung berbuah kemenangan. Padahal, sempat memimpin 19-18.
“Hari ini kami sudah coba yang terbaik. Mungkin sedikit kurang hoki juga. Karena di akhir game kami sudah sempat leading. Hari ini mereka bermain dengan sangat konsisten dan nggak banyak melakukan kesalahan sendiri,” ungkap Kevin.
Indonesia gagal mempertahankan gelarnya di ganda putra lantaran lawan bisa memetik tiga poin beruntun. Alhasil, Endo/Watanabe menjadi pasangan Jepang pertama yang menjuarai All England di nomor ini. Sebelumnya Endo sempat tiga kali masuk final ketika berduet dengan Kenichi Hayakawa.
“Pastinya kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Game pertama kami sudah fight, terus memang kalah. Game kedua kami ubah strategi, mainnya agak dipelanin sedikit, di situ sudah ketemu polanya. Tapi, game ketiga mereka coba mempercepat permainan lagi,” ucap Marcus.
“Kami sudah coba melakukan dengan maksimal, kami juga sudah mengejar. Kami sudah melakukan yang terbaik. Akhir-akhir kami juga unggul 19-18. Tapi, mereka maju lagi nempel ke net. Ya mungkin belum rejeki ya,” tandas Marcus.
Penjelasan Marcus dibenarkan Kevin. “Waktu kami unggul 19-18 memang sedikit buru-buru ya. Pengen menyerang duluan malah mati sendiri,” tegasnya.
(mir)