BOCOG Evaluasi Dampak Penundaan Olimpiade Tokyo 2020
A
A
A
BEIJING - Penundaan Olimpiade 2020 Tokyo ternyata berdampak pada sejumlah agenda bertaraf dunia. Salah satunya adalah Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin Beijing yang bakal berlangsung 4-20 Februari mendatang.
Panitia penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin (BOCOG) Beijing harus mengevaluasi dampak penundaan Olimpiade Tokyo dari 2020 menjadi 2021. Jadwal itu membuat mereka hanya memiliki waktu sekitar enam bulan untuk menggelar Olimpiade dan Paralimpiade musim dingin di Beijing. Karena itu, BOCOG ingin memastikan segalanya berjalan dengan benar.
"Jadwal baru Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo memunculkan situasi baru. Multievent musim panas dan musim dingin hanya berjarak sekitar setengah tahun. Kami akan melihat bagaimana jadwal baru Olimpiade Tokyo bisa memengaruhi," ujar perwakilan BOCOG, dilansir The Star.
Dekatnya jeda penyelenggaraan dikhawatirkan memengaruhi persiapan tuan rumah, Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan atlet. Tidak hanya itu, jumlah peserta juga membuat BOCOG harus bekerja e keras. Pasalnya, persiapan saat ini terkendala pandemi virus corona yang menjangkiti ratusan negara.
Saat ini, China memiliki 8.000 penderita kasus virus corona, yang sudah memakan korban jiwa sebanyak 3.312 orang. Namun, BOCOG optimistis situasi itu cepat berlalu dan mendapatkan waktu melakukan persiapan yang matang untuk menyelenggarakan Olimpiade.
"Kami akan terus berkomunikasi dengan IOC dan semua pihak terkait untuk menangani setiap situasi dengan tepat serta mendorong persiapan di semua aspek. Kami sangat yakin Olimpiade musim panas di Tokyo (2021) dan Olimpiade musim dingin di Beijing (2022) akan sukses," ujar pernyataan BOCOG.
Sementara itu, Profesor Ren Hai dari Pusat Penelitian Olimpiade Universitas Olahraga Beijing mengatakan dampak penundaan Olimpiade Tokyo pada publikasi Olimpiade Musim Dingin, tak besar. Karena, kedua event itu sedikit berbeda, termasuk beberapa cabang olahraganya.
"Tentu akan ada dampaknya. Tapi, saya pikir tak akan terlalu besar karena Olimpiade Musim Panas dan Olimpiade Musim Dingin berbeda dalam hal olahraga dan disiplin. Secara historis, dua Olimpiade yang berbeda itu sejatinya memang digelar dalam waktu berdekatan," kata Ren Hai.
Sekadar informasi, Olimpiade Tokyo XXXII mundur dari 24 Juli-9 Agustus 2020 menjadi 18-29 Agustus 2021. Sementara untuk Paralimpiade menjadi 24 Agustus-5 September 2021. Presiden IOC Thomas Bach mengatakan mulai tahun depan tantangan berat bakal mereka hadapi. IOC harus menyiapkan Olimpiade Tokyo dan Olimpiade Musim Dingin 2022 bersamaan.
"Kami memiliki tantangan besar sekarang. Karena, kami harus fokus untuk beberapa bulan ke depan, lebih dari satu tahun dari sekarang untuk Tokyo 2020. Pada saat yang sama, Beijing 2022 dan Dakar 2022 (Olimpiade Youth Musim Panas) juga harus dipersiapkan. Ini adalah tantangan besar," ungkap Bach. (Raikhul Amar)
Panitia penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin (BOCOG) Beijing harus mengevaluasi dampak penundaan Olimpiade Tokyo dari 2020 menjadi 2021. Jadwal itu membuat mereka hanya memiliki waktu sekitar enam bulan untuk menggelar Olimpiade dan Paralimpiade musim dingin di Beijing. Karena itu, BOCOG ingin memastikan segalanya berjalan dengan benar.
"Jadwal baru Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo memunculkan situasi baru. Multievent musim panas dan musim dingin hanya berjarak sekitar setengah tahun. Kami akan melihat bagaimana jadwal baru Olimpiade Tokyo bisa memengaruhi," ujar perwakilan BOCOG, dilansir The Star.
Dekatnya jeda penyelenggaraan dikhawatirkan memengaruhi persiapan tuan rumah, Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan atlet. Tidak hanya itu, jumlah peserta juga membuat BOCOG harus bekerja e keras. Pasalnya, persiapan saat ini terkendala pandemi virus corona yang menjangkiti ratusan negara.
Saat ini, China memiliki 8.000 penderita kasus virus corona, yang sudah memakan korban jiwa sebanyak 3.312 orang. Namun, BOCOG optimistis situasi itu cepat berlalu dan mendapatkan waktu melakukan persiapan yang matang untuk menyelenggarakan Olimpiade.
"Kami akan terus berkomunikasi dengan IOC dan semua pihak terkait untuk menangani setiap situasi dengan tepat serta mendorong persiapan di semua aspek. Kami sangat yakin Olimpiade musim panas di Tokyo (2021) dan Olimpiade musim dingin di Beijing (2022) akan sukses," ujar pernyataan BOCOG.
Sementara itu, Profesor Ren Hai dari Pusat Penelitian Olimpiade Universitas Olahraga Beijing mengatakan dampak penundaan Olimpiade Tokyo pada publikasi Olimpiade Musim Dingin, tak besar. Karena, kedua event itu sedikit berbeda, termasuk beberapa cabang olahraganya.
"Tentu akan ada dampaknya. Tapi, saya pikir tak akan terlalu besar karena Olimpiade Musim Panas dan Olimpiade Musim Dingin berbeda dalam hal olahraga dan disiplin. Secara historis, dua Olimpiade yang berbeda itu sejatinya memang digelar dalam waktu berdekatan," kata Ren Hai.
Sekadar informasi, Olimpiade Tokyo XXXII mundur dari 24 Juli-9 Agustus 2020 menjadi 18-29 Agustus 2021. Sementara untuk Paralimpiade menjadi 24 Agustus-5 September 2021. Presiden IOC Thomas Bach mengatakan mulai tahun depan tantangan berat bakal mereka hadapi. IOC harus menyiapkan Olimpiade Tokyo dan Olimpiade Musim Dingin 2022 bersamaan.
"Kami memiliki tantangan besar sekarang. Karena, kami harus fokus untuk beberapa bulan ke depan, lebih dari satu tahun dari sekarang untuk Tokyo 2020. Pada saat yang sama, Beijing 2022 dan Dakar 2022 (Olimpiade Youth Musim Panas) juga harus dipersiapkan. Ini adalah tantangan besar," ungkap Bach. (Raikhul Amar)
(ysw)