Dillian Whyte Ungkap Wilder Pernah Di-KO Klitschko
A
A
A
LONDON - Petinju kelas berat Inggris Dillian Whyte mengungkap mantan juara kelas berat Wladimir Klitschko meng-knock out Deontay Wilder sampai-sampai petinju Amerika Serikat itu merasa kesakitan.
Klitschko, juara dunia tahun 2000, 2003, 2004 dan 2015, biasa mengundang kelas berat muda ke kamp pelatihannya di resor Stanglwirt yang terpencil di Austria.
Wilder dan Whyte sama-sama hadir di berbagai kesempatan. Whyte menggambarkan bagaimana petinju asal Ukraina biasa berlatih tanding dengan Bronze Bomber -julukan Wilder- dan mengapa pertarungan antara keduanya tidak pernah terjadi.
"Saya telah melihatnya (Wilder) KO," Whyte mengatakan kepada Sky Sports. "Wladimir menjatuhkannya. Wilder tahu apa yang terjadi. Dia mengangkat tangannya. Dia menghajar Wlad, dan dia menjadi liar. Itu bukan knockdown, dia jatuh."
"Itu sebabnya mereka mungkin Wilder tidak ingin melawan Wlad, karena Wlad akan melawannya sebagai seorang profesional dan Wilder tidak pernah mengira itu sepanjang waktu."
Wilder memenangkan gelar kelas berat WBC pada Januari 2015, yang berarti Bronze Bomber dan Dr Steelhammer -julukan Klitschko- memegang gelar dunia selama 11 bulan secara bersamaan.
Tapi, Klitschko kehilangan gelarnya karena Tyson Fury dalam kekalahan mengejutkan pada November 2015, sebelum kehilangan pertarungan terakhirnya dalam pertandingan menegangkan melawan Anthony Joshua di Stadion Wembley pada April 2017.
Sementara itu, Whyte juga bernostalgia tentang kariernya di dunia adu jotos. Whyte mengungkapkan dirinya sempat bingung setelah mendapat sejumlah cedera yang mengancam karier menuju perebutan gelar dunia.
Whyte dinasihati dokter untuk tidak pernah bertarung lagi ketika dia terbaring di ranjang rumah sakit setelah tubuhnya yang rapuh babak belur akibat pertempuran brutal dengan Anthony Joshua di The O2 Arena, London, Inggris, 12 Desember 2015. Whyte kalah KO di ronde ketujuh pada duel tersebut.
Whyte mengalami tangan yang terluka dan digips. Dia mencoba untuk menghindari pertemuan tatap muka dengan promotor Eddie Hearn. Namun, ketika bos Matchroom Boxing akhirnya bertemu Whyte di sebuah pub di Brixton, dia mengutuk keras ketika melihat kepalan tangan kiri petinju asal London selatan itu.
"Saya cukup tangguh, mungkin agak bodoh juga," kata Whyte kepada Sky Sports. "Jujur saja, itu masih dalam ingatan. Begitu keluar, saya kembali berlatih. Saya punya sarung tangan 20 ons, saya baru saja mulai menggunakannya dan kemudian langsung kembali ke pelatihan."
Whyte berhasil menaikkan peringkatnya, lebih mengandalkan tenaga kasar dan kekuatan mentah. Alih-alih keterampilannya disempurnakan, justru menempatkan masalah lebih lanjut pada persendiannya dalam pertarungan pemanasan profil tinggi jelang pertarungannya yang tak terhindarkan dengan Joshua.
Sebelum bertarung dengan Joshua, Whyte menghadapi Brian Minto di The O2 Arena, pada 12 September 2015 dan mennag KO di ronde ketiga dari 10 ronde yang direncanakan, sekaligus meraih gelar WBC Silver International.
Namun, pertarungan itu menimbulkan beberapa masalah bagi Whyte, yang berharap musuh yang lebih kuat secara fisik, jelang duel melawan Joshua. Pertarungan itu justru memperburuk cedera yang dialaminya.
"Saya pikir itu sedikit kekakuan dan masalah di pundak saya. Saya bukan orang yang suka mengeluh. Saya tak mempermasalahkan itu," kata Whyte.
"Saya berharap sudah bisa menyelesaikannya saat itu. Akhirnya membuat saya kembali, tapi akhirnya menuju kekalahan pertama saya juga (melawan Joshua)."
Whyte enggan melakukan kunjungan ke fisio, dan setelah berjuang untuk menggerakkan lengan kirinya dengan cepat dia dirujuk ke konsultan ortopedi.
Pelatih Chris Okoh absen menangani Whyte sejak April, dan Johnathon Banks dari Amerika mengawasi persiapannya melawan Joshua. Banks tanpa sadar memperburuk penurunan fisik Whyte ketika dia menjadi terlalu bergantung pada lengan kirinya yang cedera.
Terlepas dari kekuatan pukulannya yang rusak, Whyte maju terus melawan Joshua. Whyte pernah menjatuhkan dan mengalahkan Joshua dengan angka dalam pertarungan amatir pertamanya.
Suntikan kortison, prosedur medis yang diterima dalam tinju, diperlukan untuk mematikan rasa sakit di bahu Whyte di hari-hari menjelang pertarungan, dan berita tentang cedera lawannya sampai ke telinga kamp Joshua.
"Mereka tahu tentang bahu saya. Bahkan dalam konferensi pers, dia terus berkata kepada saya, 'Pastikan bahumu baik-baik saja. Jika kamu membutuhkan fisik yang bagus, aku akan mendapatkan satu untukmu'."
Di tengah-tengah perkelahian liar, Whyte mengambil momennya di babak kedua, membuka hook kiri yang mengirim gelombang kejut bagi Joshua, tetapi dia tidak dapat memberikan pukulan yang mengakhiri pertarungan.
"Saya seperti bergumam, 'Dengar, ini kesempatanku. Yang harus aku lakukan adalah, lepaskan hook kiri dan itu sudah cukup', karena Joshua ketika dia menyerang, dia membiarkan sisi kanannya terbuka sepanjang waktu. Tapi jelas bahunya sangat buruk."
"Saya benar-benar mendaratkan pukulan yang diinginkan, tetapi ketika aku mendaratkannya, seluruh sendiku hancur. Rasa sakitnya sangat kuat. Adrenalinku memompa, jadi aku hanya mencoba untuk menyimpannya, tetapi ada rasa sakit setiap kali saya menohok atau memukulnya, rasanya seperti tulang menggesek tulang dan tidak ada kekuatan."
Whyte yang kelelahan, yang tidak pernah bertarung lebih dari empat putaran, KO di ronde ketujuh, dengan wasit dengan cepat memberi tanda penghentian. Pertarungan berakhir, dan dia kemudian diberi tahu bahwa karier tinjunya juga telah berakhir.
Dia telah diberitahu bahwa operasi diperlukan, bahkan sebelum pertarungan, dan operasi berikutnya mengungkapkan serangkaian masalah ketika tulang diperbaiki untuk merekonstruksi sendi bahunya, yang juga sangat terhambat oleh radang sendi.
Duduk di bangsal rumah sakit, Whyte menghasilkan senyum menantang ketika ia mem-posting sebuah gambar yang dirilis di media sosial, beberapa hari setelah pertarungan, tetapi di balik senyum, ia takut akan masa depannya.
"Saya berpikir bahwa karier saya sudah selesai," ujar Whyte, yang diberi tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan kembali kekuatan di bahunya selama dua tahun.
"Aku tidak akan membohongimu. Butuh waktu sekitar setahun sebelum aku benar-benar mulai mendapatkan kembali kepercayaan dan kepercayaan diri itu."
"Saya baru saja mengalami kekalahan pertama saya, juga bahu saya hancur. Tapi saya pikir, setidaknya saya berjuang untuk gelar Inggris. Saya berusaha, saya memiliki 16 pertarungan, atau apa pun itu. Setidaknya saya pernah mencoba."
Klitschko, juara dunia tahun 2000, 2003, 2004 dan 2015, biasa mengundang kelas berat muda ke kamp pelatihannya di resor Stanglwirt yang terpencil di Austria.
Wilder dan Whyte sama-sama hadir di berbagai kesempatan. Whyte menggambarkan bagaimana petinju asal Ukraina biasa berlatih tanding dengan Bronze Bomber -julukan Wilder- dan mengapa pertarungan antara keduanya tidak pernah terjadi.
"Saya telah melihatnya (Wilder) KO," Whyte mengatakan kepada Sky Sports. "Wladimir menjatuhkannya. Wilder tahu apa yang terjadi. Dia mengangkat tangannya. Dia menghajar Wlad, dan dia menjadi liar. Itu bukan knockdown, dia jatuh."
"Itu sebabnya mereka mungkin Wilder tidak ingin melawan Wlad, karena Wlad akan melawannya sebagai seorang profesional dan Wilder tidak pernah mengira itu sepanjang waktu."
Wilder memenangkan gelar kelas berat WBC pada Januari 2015, yang berarti Bronze Bomber dan Dr Steelhammer -julukan Klitschko- memegang gelar dunia selama 11 bulan secara bersamaan.
Tapi, Klitschko kehilangan gelarnya karena Tyson Fury dalam kekalahan mengejutkan pada November 2015, sebelum kehilangan pertarungan terakhirnya dalam pertandingan menegangkan melawan Anthony Joshua di Stadion Wembley pada April 2017.
Sementara itu, Whyte juga bernostalgia tentang kariernya di dunia adu jotos. Whyte mengungkapkan dirinya sempat bingung setelah mendapat sejumlah cedera yang mengancam karier menuju perebutan gelar dunia.
Whyte dinasihati dokter untuk tidak pernah bertarung lagi ketika dia terbaring di ranjang rumah sakit setelah tubuhnya yang rapuh babak belur akibat pertempuran brutal dengan Anthony Joshua di The O2 Arena, London, Inggris, 12 Desember 2015. Whyte kalah KO di ronde ketujuh pada duel tersebut.
Whyte mengalami tangan yang terluka dan digips. Dia mencoba untuk menghindari pertemuan tatap muka dengan promotor Eddie Hearn. Namun, ketika bos Matchroom Boxing akhirnya bertemu Whyte di sebuah pub di Brixton, dia mengutuk keras ketika melihat kepalan tangan kiri petinju asal London selatan itu.
"Saya cukup tangguh, mungkin agak bodoh juga," kata Whyte kepada Sky Sports. "Jujur saja, itu masih dalam ingatan. Begitu keluar, saya kembali berlatih. Saya punya sarung tangan 20 ons, saya baru saja mulai menggunakannya dan kemudian langsung kembali ke pelatihan."
Whyte berhasil menaikkan peringkatnya, lebih mengandalkan tenaga kasar dan kekuatan mentah. Alih-alih keterampilannya disempurnakan, justru menempatkan masalah lebih lanjut pada persendiannya dalam pertarungan pemanasan profil tinggi jelang pertarungannya yang tak terhindarkan dengan Joshua.
Sebelum bertarung dengan Joshua, Whyte menghadapi Brian Minto di The O2 Arena, pada 12 September 2015 dan mennag KO di ronde ketiga dari 10 ronde yang direncanakan, sekaligus meraih gelar WBC Silver International.
Namun, pertarungan itu menimbulkan beberapa masalah bagi Whyte, yang berharap musuh yang lebih kuat secara fisik, jelang duel melawan Joshua. Pertarungan itu justru memperburuk cedera yang dialaminya.
"Saya pikir itu sedikit kekakuan dan masalah di pundak saya. Saya bukan orang yang suka mengeluh. Saya tak mempermasalahkan itu," kata Whyte.
"Saya berharap sudah bisa menyelesaikannya saat itu. Akhirnya membuat saya kembali, tapi akhirnya menuju kekalahan pertama saya juga (melawan Joshua)."
Whyte enggan melakukan kunjungan ke fisio, dan setelah berjuang untuk menggerakkan lengan kirinya dengan cepat dia dirujuk ke konsultan ortopedi.
Pelatih Chris Okoh absen menangani Whyte sejak April, dan Johnathon Banks dari Amerika mengawasi persiapannya melawan Joshua. Banks tanpa sadar memperburuk penurunan fisik Whyte ketika dia menjadi terlalu bergantung pada lengan kirinya yang cedera.
Terlepas dari kekuatan pukulannya yang rusak, Whyte maju terus melawan Joshua. Whyte pernah menjatuhkan dan mengalahkan Joshua dengan angka dalam pertarungan amatir pertamanya.
Suntikan kortison, prosedur medis yang diterima dalam tinju, diperlukan untuk mematikan rasa sakit di bahu Whyte di hari-hari menjelang pertarungan, dan berita tentang cedera lawannya sampai ke telinga kamp Joshua.
"Mereka tahu tentang bahu saya. Bahkan dalam konferensi pers, dia terus berkata kepada saya, 'Pastikan bahumu baik-baik saja. Jika kamu membutuhkan fisik yang bagus, aku akan mendapatkan satu untukmu'."
Di tengah-tengah perkelahian liar, Whyte mengambil momennya di babak kedua, membuka hook kiri yang mengirim gelombang kejut bagi Joshua, tetapi dia tidak dapat memberikan pukulan yang mengakhiri pertarungan.
"Saya seperti bergumam, 'Dengar, ini kesempatanku. Yang harus aku lakukan adalah, lepaskan hook kiri dan itu sudah cukup', karena Joshua ketika dia menyerang, dia membiarkan sisi kanannya terbuka sepanjang waktu. Tapi jelas bahunya sangat buruk."
"Saya benar-benar mendaratkan pukulan yang diinginkan, tetapi ketika aku mendaratkannya, seluruh sendiku hancur. Rasa sakitnya sangat kuat. Adrenalinku memompa, jadi aku hanya mencoba untuk menyimpannya, tetapi ada rasa sakit setiap kali saya menohok atau memukulnya, rasanya seperti tulang menggesek tulang dan tidak ada kekuatan."
Whyte yang kelelahan, yang tidak pernah bertarung lebih dari empat putaran, KO di ronde ketujuh, dengan wasit dengan cepat memberi tanda penghentian. Pertarungan berakhir, dan dia kemudian diberi tahu bahwa karier tinjunya juga telah berakhir.
Dia telah diberitahu bahwa operasi diperlukan, bahkan sebelum pertarungan, dan operasi berikutnya mengungkapkan serangkaian masalah ketika tulang diperbaiki untuk merekonstruksi sendi bahunya, yang juga sangat terhambat oleh radang sendi.
Duduk di bangsal rumah sakit, Whyte menghasilkan senyum menantang ketika ia mem-posting sebuah gambar yang dirilis di media sosial, beberapa hari setelah pertarungan, tetapi di balik senyum, ia takut akan masa depannya.
"Saya berpikir bahwa karier saya sudah selesai," ujar Whyte, yang diberi tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan kembali kekuatan di bahunya selama dua tahun.
"Aku tidak akan membohongimu. Butuh waktu sekitar setahun sebelum aku benar-benar mulai mendapatkan kembali kepercayaan dan kepercayaan diri itu."
"Saya baru saja mengalami kekalahan pertama saya, juga bahu saya hancur. Tapi saya pikir, setidaknya saya berjuang untuk gelar Inggris. Saya berusaha, saya memiliki 16 pertarungan, atau apa pun itu. Setidaknya saya pernah mencoba."
(sha)