Faktor Inilah yang Membuat Persik Degradasi
A
A
A
KEDIRI - Lima tahun terakhir menjadi episode buruk bagi Persik Kediri. Persoalan tiada henti terus dihadapi tim kebanggaan Kota Tahu, hingga berakhir tragis terdegradasi setelah musim ini tak lolos verifikasi. Ini degradasi kedua dalam lima tahun terakhir.
Perbedaannya, degradasi pertama pada 2009-2010 silam lebih kelihatan 'jantan' karena gagal bersaing di Indonesia Super League (ISL). Sedangkan kali ini tergusur dengan cara yang memalukan, bahkan sebelum bertarung di kompetisi.
Krisis finansial menjadi problem terbesar tim berjuluk Macan Putih. Dalam lima tahun terakhir, PT Gudang Garam tidak lagi 'all out' seperti sebelumnya. Dana yang disumbangkan lebih sedikit, ditambah larangan sponsor rokok di sepak bola profesional.
Persik sempat menggenggam harapan ketika akhirnya promosi ke ISL musim lalu setelah tiga tahun mendekam di Divisi Utama. Manajemen dan supporter berharap nilai tawar Persik bakal pulih dan sponsor kakap kembali didatangkan dengan mudah ke Stadion Brawijaya.
Ternyata itu sekadar harapan kosong. Berhasil bertahan di ISL walau harus berdarah-darah, kondisi tim ungu semakin memburuk. Mereka kehilangan akal ke mana lagi mencari sumber dana besar, ketika Gudang Garam sudah memalingkan muka.
"Memang, harus diakui problem Persik Kediri adalah sumber dana. Sekarang ini kondisinya lebih sulit dibanding sebelumnya. Kami sudah berupaya keras mendekati berbagai pemilik dana yang potensial membantu Persik. Tapi hasilnya tak memuaskan," sebut Anang Kurniawan, Manajer Persik Kediri.
Anang juga mengatakan manajemen tidak akan lepas tangan dengan kegagalan bermain di ISL 2015. Dirinya bakal tetap meneruskan persiapan tim serta mencari dana, terlepas di mana Persik nanti bakal berlaga.
Krisis seperti ini menjadi penyakit tahunan yang diderita Persik Kediri dalam lima tahun terakhir. Tunggakan gaji pemain, berutang pada pihak ketiga, hingga defisit di awal musim, bukan hal yang mengejutkan di Stadion Brawijaya.
Persik yang sekarang bukanlah Persik yang dulu. Persikmania kini tidak memiliki Maschut, wali kota yang menyokong Persik habis-habisan satu dekade silam. Persik kini tidak mempunyai ATM bernama PT. Gudang Garam yang siap mengucurkan aliran dana untuk menghidupi tim.
Persik gagal beradaptasi dengan perubahan regulasi kompetisi dalam beberapa musim terakhir. Ketika pintu dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditutup dan tidak diperbolehkannya sponsor rokok, denyut nadi Macan Putih terus melemah.
"Ada perbedaan besar Persik sekarang dengan dulu. Salah satunya dipengaruhi regulasi. Dulu Persik bisa memiliki dana luar biasa karena ada Gudang Garam dan ditambah dana APBD. Sekarang APBD dilarang, sponsor rokok juga tak diperbolehkan,"kata Andi Syukrian, eks pelatih kiper Persik Kediri.
Regulasi tersebut menurutnya sangat membatasi campur tangan pemerintah daerah serta sponsor rokok yang dulu memberi kehidupan untuk Macan Putih. Otomatis, lahan untuk mencari dana semakin menyempit dan sangat sulit. Syukrian menambahkan, menyalahkan manajemen juga bukan solusi yang bijaksana.
"Kenyataannya sangat sulit mencari sumber dana besar di Kediri selain Gudang Garam. Sekarang semua harus memikirkan bagaimana konsep untuk Persik Kediri ke depan jika tak bermain di ISL," tandas pria yang turut mengantar Persik promosi ke ISL 2014 lalu.
Perbedaannya, degradasi pertama pada 2009-2010 silam lebih kelihatan 'jantan' karena gagal bersaing di Indonesia Super League (ISL). Sedangkan kali ini tergusur dengan cara yang memalukan, bahkan sebelum bertarung di kompetisi.
Krisis finansial menjadi problem terbesar tim berjuluk Macan Putih. Dalam lima tahun terakhir, PT Gudang Garam tidak lagi 'all out' seperti sebelumnya. Dana yang disumbangkan lebih sedikit, ditambah larangan sponsor rokok di sepak bola profesional.
Persik sempat menggenggam harapan ketika akhirnya promosi ke ISL musim lalu setelah tiga tahun mendekam di Divisi Utama. Manajemen dan supporter berharap nilai tawar Persik bakal pulih dan sponsor kakap kembali didatangkan dengan mudah ke Stadion Brawijaya.
Ternyata itu sekadar harapan kosong. Berhasil bertahan di ISL walau harus berdarah-darah, kondisi tim ungu semakin memburuk. Mereka kehilangan akal ke mana lagi mencari sumber dana besar, ketika Gudang Garam sudah memalingkan muka.
"Memang, harus diakui problem Persik Kediri adalah sumber dana. Sekarang ini kondisinya lebih sulit dibanding sebelumnya. Kami sudah berupaya keras mendekati berbagai pemilik dana yang potensial membantu Persik. Tapi hasilnya tak memuaskan," sebut Anang Kurniawan, Manajer Persik Kediri.
Anang juga mengatakan manajemen tidak akan lepas tangan dengan kegagalan bermain di ISL 2015. Dirinya bakal tetap meneruskan persiapan tim serta mencari dana, terlepas di mana Persik nanti bakal berlaga.
Krisis seperti ini menjadi penyakit tahunan yang diderita Persik Kediri dalam lima tahun terakhir. Tunggakan gaji pemain, berutang pada pihak ketiga, hingga defisit di awal musim, bukan hal yang mengejutkan di Stadion Brawijaya.
Persik yang sekarang bukanlah Persik yang dulu. Persikmania kini tidak memiliki Maschut, wali kota yang menyokong Persik habis-habisan satu dekade silam. Persik kini tidak mempunyai ATM bernama PT. Gudang Garam yang siap mengucurkan aliran dana untuk menghidupi tim.
Persik gagal beradaptasi dengan perubahan regulasi kompetisi dalam beberapa musim terakhir. Ketika pintu dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditutup dan tidak diperbolehkannya sponsor rokok, denyut nadi Macan Putih terus melemah.
"Ada perbedaan besar Persik sekarang dengan dulu. Salah satunya dipengaruhi regulasi. Dulu Persik bisa memiliki dana luar biasa karena ada Gudang Garam dan ditambah dana APBD. Sekarang APBD dilarang, sponsor rokok juga tak diperbolehkan,"kata Andi Syukrian, eks pelatih kiper Persik Kediri.
Regulasi tersebut menurutnya sangat membatasi campur tangan pemerintah daerah serta sponsor rokok yang dulu memberi kehidupan untuk Macan Putih. Otomatis, lahan untuk mencari dana semakin menyempit dan sangat sulit. Syukrian menambahkan, menyalahkan manajemen juga bukan solusi yang bijaksana.
"Kenyataannya sangat sulit mencari sumber dana besar di Kediri selain Gudang Garam. Sekarang semua harus memikirkan bagaimana konsep untuk Persik Kediri ke depan jika tak bermain di ISL," tandas pria yang turut mengantar Persik promosi ke ISL 2014 lalu.
(aww)