Persik Terpaksa Minta Sumbangan dari Suporter
A
A
A
KEDIRI - Persik Kediri kehabisan akal untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah besar. Langkah terakhir untuk mempertahankan tim agar tetap eksis di kompetisi adalah meminta 'sedekah' dari suporter Persikmania dan pihak yang peduli.
Mengumpulkan sumbangan dari suporter merupakan langkah paling masuk akal sejauh ini. Sebab berharap pada PT. Gudang Garam dan Pemerintah Kota Kediri belum mendapatkan sebuah kepastian tersedianya dana yang nyata secara nominal.
Manajer Persik Anang Kurniawan mengakui peran suporter sangat vital dalam kondisi seperti ini. Manajemen menurutnya sudah tak kurang upaya untuk mendekati sumber dana potensial di Kota Kediri, namun hasilnya tak membuat Macan Putih lolos verifikasi finansial.
"Tampaknya itu solusi yang bisa direalisasikan. Manajemen bisa bekerjasama dengan pihak bank untuk membuat rekening khusus agar Persikmania dan pihak-pihak yang peduli Persik bisa menyumbang. Kalau Persikmania setuju, konsep itu akan dijalankan," sebut Anang Kurniawan.
Ditambah kesediaan PT. Gudang Garam untuk memberikan bantuan, dia optimistis konsep itu bisa menghidupi tim ungu di Divisi Utama 2016 nanti. "Divisi Utama butuh sekitar Rp4-5 miliar, saya yakin bisa tertutup kalau suporter mendukung penuh," tambahnya.
Persikmania pada Senin (26/1) menggelar aksi yang ditujukan untuk Pemerintah Kota Kediri, dengan harapan bisa menyelamatkan Persik. Sayang gerakan tersebut sekali lagi tak mendatangkan hasil menggembirakan. Jaminan finansial Persik pun masih kabur.
Namun konsep 'sedekah' supporter tersebut masih menyisakan keraguan bagi beberapa kalangan. Terutama soal pengawasan aliran dana yang nantinya terkumpul. "Yang rawan masalah adalah penggunaan dana dan pertanggungjawabannya,"ucap Yusuf Edi, Persikmania Gringging.
"Persikmania sudah bayar tiket ketika menonton di Stadion Brawijaya, kemudian masih membayar patungan. Kasihan kalau kemudian pengelolaannya asal-asalan. Kalau memang sudah siap mengelola sistem tersebut secara profesional, sebenarnya bagus juga,"tambah dia.
Jika hanya dipersiapkan secara instant, Yusuf khawatir risikonya justru lebih besar lagi karena menyangkut banyak orang. "Sekarang saja banyak yang gak percaya ke manajemen. Apakah ada jaminan dana yang terkumpul nantinya tak diselewengkan?," katanya berlogika.
Mengumpulkan sumbangan dari suporter merupakan langkah paling masuk akal sejauh ini. Sebab berharap pada PT. Gudang Garam dan Pemerintah Kota Kediri belum mendapatkan sebuah kepastian tersedianya dana yang nyata secara nominal.
Manajer Persik Anang Kurniawan mengakui peran suporter sangat vital dalam kondisi seperti ini. Manajemen menurutnya sudah tak kurang upaya untuk mendekati sumber dana potensial di Kota Kediri, namun hasilnya tak membuat Macan Putih lolos verifikasi finansial.
"Tampaknya itu solusi yang bisa direalisasikan. Manajemen bisa bekerjasama dengan pihak bank untuk membuat rekening khusus agar Persikmania dan pihak-pihak yang peduli Persik bisa menyumbang. Kalau Persikmania setuju, konsep itu akan dijalankan," sebut Anang Kurniawan.
Ditambah kesediaan PT. Gudang Garam untuk memberikan bantuan, dia optimistis konsep itu bisa menghidupi tim ungu di Divisi Utama 2016 nanti. "Divisi Utama butuh sekitar Rp4-5 miliar, saya yakin bisa tertutup kalau suporter mendukung penuh," tambahnya.
Persikmania pada Senin (26/1) menggelar aksi yang ditujukan untuk Pemerintah Kota Kediri, dengan harapan bisa menyelamatkan Persik. Sayang gerakan tersebut sekali lagi tak mendatangkan hasil menggembirakan. Jaminan finansial Persik pun masih kabur.
Namun konsep 'sedekah' supporter tersebut masih menyisakan keraguan bagi beberapa kalangan. Terutama soal pengawasan aliran dana yang nantinya terkumpul. "Yang rawan masalah adalah penggunaan dana dan pertanggungjawabannya,"ucap Yusuf Edi, Persikmania Gringging.
"Persikmania sudah bayar tiket ketika menonton di Stadion Brawijaya, kemudian masih membayar patungan. Kasihan kalau kemudian pengelolaannya asal-asalan. Kalau memang sudah siap mengelola sistem tersebut secara profesional, sebenarnya bagus juga,"tambah dia.
Jika hanya dipersiapkan secara instant, Yusuf khawatir risikonya justru lebih besar lagi karena menyangkut banyak orang. "Sekarang saja banyak yang gak percaya ke manajemen. Apakah ada jaminan dana yang terkumpul nantinya tak diselewengkan?," katanya berlogika.
(aww)