Klub Rontok Satu Per Satu, Giliran Persis Solo Dibubarkan
A
A
A
SOLO - Persis Solo akhirnya dibubarkan setelah dipastikan tidak ada kompetisi Divisi Utama musim ini. Laskar Sambernyawa tidak terlalu berharap kepada kompetisi yang dibentuk Tim Transisi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), karena hingga saat ini dianggap masih berstatus wacana.
Tidak mau menunggu terlalu lama karena khawatir akan membebani keuangan, pengurus akhirnya memutus kontrak seluruh, pemain, dan pelatih serta elemen tim lainnya, sejak Minggu (10/5/2015).
“Sudah diputus kontrak tadi, setelah pemain dan tim pelatih dikumpulkan di Balai Persis. Tim kami bubarkan sementara,” kata Ketua Umum Persis Paulus Haryoto, melalui sambungan telepon, Minggu (10/5/2015).
Paulus menegaskan setelah diputus kontrak, manajemen menanggung seluruh gaji atau hak pemain. Pembayaran gaji akan dilakukan dengan cara transfer melalui rekening masing-masing pemain.
Menurut dia, rencana Kemenpora menggelar kompetisi belum ada realisasinya. Atas dasar itu, dalam kondisi seperti ini, tim tidak bisa terlalu lama dibiarkan. “Baru wacana-wacana thok, masih rencana. Kalau seperti itu, tidak perlu ditanggapi dulu,” katanya enteng.
Kendati keputusan berat ini harus diambil, manajemen tidak akan melupakan para pemain dan tim pelatih. Jika sudah ada kepastian kompetisi resmi, tentu mereka akan diutamakan untuk dikontrak kembali. ”Kalau kompetisi jalan, diprioritaskan yang lama-lama,” tegasnya.
Dalam kondisi seperti ini, para pemain masih bisa menyadari kesulitan tim. Karena kompetisi tidak berjalan, secara otomatis tidak ada pemasukan untuk membiayai tim dalam mengarungi laga. Winger Persis Andrid Wibawa mengaku legowo dan bisa menerima keputusan manajemen. Dia bahkan masih berharap musim yang akan datang tetap membela Laskar Sembernyawa, karena lebih dekat dengan keluarganya di Klaten. ”Mudah-mudahan, musim depan bisa bergabung Persis lagi,” ungkap Andrid.
Pembubaran tim tersebut sangat disayangkan oleh Pasoepati, suporter setia Persis Solo. Seharusnya manajemen bisa menahan diri, dan menunggu finalisasi tim transisi bentukan Kemenpora yang berencana menggulirkan kompetisi.
“Kalau seperti ini, sudah mematikan pemain. Sebagai klub profesional, harusnya juga sudah mengantisipasi kondisi sulit seperti ini, saya kurang setuju (pembubaran),” sesal Wakil Ketua Umum Pasoepati Ginda Ferachtriawan.
Menurut dia, jika tim ini dibubarkan, pemain dan tim pelatih akan vakum dalam beberapa lama. Tentu kekompakan yang sudah berjalan selama ini, akan terpengaruh meski nanti dikumpulkan kembali.
Tidak mau menunggu terlalu lama karena khawatir akan membebani keuangan, pengurus akhirnya memutus kontrak seluruh, pemain, dan pelatih serta elemen tim lainnya, sejak Minggu (10/5/2015).
“Sudah diputus kontrak tadi, setelah pemain dan tim pelatih dikumpulkan di Balai Persis. Tim kami bubarkan sementara,” kata Ketua Umum Persis Paulus Haryoto, melalui sambungan telepon, Minggu (10/5/2015).
Paulus menegaskan setelah diputus kontrak, manajemen menanggung seluruh gaji atau hak pemain. Pembayaran gaji akan dilakukan dengan cara transfer melalui rekening masing-masing pemain.
Menurut dia, rencana Kemenpora menggelar kompetisi belum ada realisasinya. Atas dasar itu, dalam kondisi seperti ini, tim tidak bisa terlalu lama dibiarkan. “Baru wacana-wacana thok, masih rencana. Kalau seperti itu, tidak perlu ditanggapi dulu,” katanya enteng.
Kendati keputusan berat ini harus diambil, manajemen tidak akan melupakan para pemain dan tim pelatih. Jika sudah ada kepastian kompetisi resmi, tentu mereka akan diutamakan untuk dikontrak kembali. ”Kalau kompetisi jalan, diprioritaskan yang lama-lama,” tegasnya.
Dalam kondisi seperti ini, para pemain masih bisa menyadari kesulitan tim. Karena kompetisi tidak berjalan, secara otomatis tidak ada pemasukan untuk membiayai tim dalam mengarungi laga. Winger Persis Andrid Wibawa mengaku legowo dan bisa menerima keputusan manajemen. Dia bahkan masih berharap musim yang akan datang tetap membela Laskar Sembernyawa, karena lebih dekat dengan keluarganya di Klaten. ”Mudah-mudahan, musim depan bisa bergabung Persis lagi,” ungkap Andrid.
Pembubaran tim tersebut sangat disayangkan oleh Pasoepati, suporter setia Persis Solo. Seharusnya manajemen bisa menahan diri, dan menunggu finalisasi tim transisi bentukan Kemenpora yang berencana menggulirkan kompetisi.
“Kalau seperti ini, sudah mematikan pemain. Sebagai klub profesional, harusnya juga sudah mengantisipasi kondisi sulit seperti ini, saya kurang setuju (pembubaran),” sesal Wakil Ketua Umum Pasoepati Ginda Ferachtriawan.
Menurut dia, jika tim ini dibubarkan, pemain dan tim pelatih akan vakum dalam beberapa lama. Tentu kekompakan yang sudah berjalan selama ini, akan terpengaruh meski nanti dikumpulkan kembali.
(sha)