Awas! Terkena Gas Air Mata dan Didiamkan selama 20 Menit Bisa Berakibat Kematian
Senin, 03 Oktober 2022 - 17:30 WIB
JAKARTA - Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dokter Agus Dwi Susanto memaparkan dampak yang ditimbulkan dari gas air mata jika dihirup. Menurutnya, gas air mata akan meningkatkan risiko gagal nafas yang berujung pada kematian, bahkan dalam waktu puluhan menit jika terjadi dalam keadaan tertentu.
Salah satu penyebab utama banyaknya korban jiwa di Stadion Kanjuruhan adalah gas air mata yang ditembakkan polisi. Ratusan korban berjatuhan karena dampak dari gas air mata.
Terlebih lagi, para suporter berdesakan keluar dari stadion. Menurut Ketum PDPI, Agus Dwi Susanto, situasi berdesakan tersebut meningkatkan risiko dampak dari gas air mata .
BACA JUGA: Prihatin Tragedi Kanjuruhan, Pep Guardiola: Menyedihkan, Dunia Sudah Gila!
Bahkan gas air mata dengan dosis tinggi di tengah kepadatan massa meningkatkan risiko kematian. Para suporter yang saling berebutan nafas, ditambah minimnya kadar oksigen akibat kepulan gas air mata bisa menyebabkan seseorang mengalami gagal nafas.
"Ini kan termausk salah satu risiko yang paling berat, dari beberapa laporan studi yang ada jika itu terjadi dengan dosis yang konsentrasinya tinggi, dan pada ruang yang tertutup atau ruang padat," kata Dokter Agus ketika berbincang dengan MNC Portal Indonesia, Senin (3/10/2022).
"Karena apa? Karena akan merusak jaringan saluran nafas bawah dan paru-paru yang mana itu akan terjadi kerusakan jaringan yang menyebabkan distribusi oksigen menjadi terganggu, ini yang dinamakan respitory distress," paparnya.
BACA JUGA: Ketum The Jakmania Tuntut Investigasi Terbuka Tragedi Kanjuruhan
"Artinya ini akan berlanjut menjadi gagal pernaafasan, akibat oksigen di darah menjadi rendah, kalau apabila terjadi gagal nafas, bila tidak dapat pertolongan segera akan mendapat risiko kematian," tuturnya lagi.
Salah satu penyebab utama banyaknya korban jiwa di Stadion Kanjuruhan adalah gas air mata yang ditembakkan polisi. Ratusan korban berjatuhan karena dampak dari gas air mata.
Terlebih lagi, para suporter berdesakan keluar dari stadion. Menurut Ketum PDPI, Agus Dwi Susanto, situasi berdesakan tersebut meningkatkan risiko dampak dari gas air mata .
BACA JUGA: Prihatin Tragedi Kanjuruhan, Pep Guardiola: Menyedihkan, Dunia Sudah Gila!
Bahkan gas air mata dengan dosis tinggi di tengah kepadatan massa meningkatkan risiko kematian. Para suporter yang saling berebutan nafas, ditambah minimnya kadar oksigen akibat kepulan gas air mata bisa menyebabkan seseorang mengalami gagal nafas.
"Ini kan termausk salah satu risiko yang paling berat, dari beberapa laporan studi yang ada jika itu terjadi dengan dosis yang konsentrasinya tinggi, dan pada ruang yang tertutup atau ruang padat," kata Dokter Agus ketika berbincang dengan MNC Portal Indonesia, Senin (3/10/2022).
"Karena apa? Karena akan merusak jaringan saluran nafas bawah dan paru-paru yang mana itu akan terjadi kerusakan jaringan yang menyebabkan distribusi oksigen menjadi terganggu, ini yang dinamakan respitory distress," paparnya.
BACA JUGA: Ketum The Jakmania Tuntut Investigasi Terbuka Tragedi Kanjuruhan
"Artinya ini akan berlanjut menjadi gagal pernaafasan, akibat oksigen di darah menjadi rendah, kalau apabila terjadi gagal nafas, bila tidak dapat pertolongan segera akan mendapat risiko kematian," tuturnya lagi.
tulis komentar anda